Cinta tidak mengajarkan kita menjadi pengemis, tapi mengapa saat aku jatuh cinta pada mu aku seolah menjadi orang yang paling miskin di dunia?
~Haluna Mega Putri
Haluna POV
Sudah 6 kali aku pulang di antar oleh Fahmi, dan sekarang adalah hari terakhir ku bisa di antar pulang oleh nya. Sedih? Ya. Karena aku tidak bisa lagi merasa lebih dekat dengan nya. Mungkin setelah ini aku akan kembali menjadi orang asing lagi bagi nya.
Fahmi memang sudah menepati janji nya yang akan mengantarkan ku pulang selama seminggu ini, karena kemarin saat ke rumah Irwan Fahmi tidak membawa dompet, motor, dan juga ponsel nya. Aku membantu nya bukan semata-mata mengharapkan imbalan,aku ikhlas membantu nya. Fahmi sempat menolak nya tapi aku tak tega membiarkan nya begitu saja, terlebih lagi dengan kondisi nya sekarang.
Aku tau pikirannya pasti kacau, hati nya pasti sakit, dan aku tidak akan membiarkan nya sendirian. Walaupun kehadiran ku tidak pernah di ingin kan nya, namun aku berusaha untuk tetap berada di dekat nya dalam keadaan apa pun.
"Hari ini hari terakhir gue anter lo balik, setelah ini gue gk ada utang budi lagi sama lo." ucap Fahmi pada ku. Aku hanya membalas nya dengan senyuman tulus, walaupun sebenarnya aku ingin berada di dekat nya lebih lama.
Aku dan Fahmi berjalan beriringan menuju parkiran sekolah. Saat di koridor sekolah banyak yang memperhatikan kami dengan berbagai macam tatapan. Ada yang iri, sirik, dan ada juga yang kagum melihat kedekatan ku dengan nya. Maklum saja, Fahmi ini tampan. Sudah hal yang wajar bukan jika ia di idolakan kaum hawa?
Entah lah, tatapan mereka tidak berpengaruh di hidup ku. Tetap saja aku akan mencintai nya,dengan atau tidak nya persetujuan mereka.
Ini adalah hari terakhir ku di antar oleh Fahmi, setelah cukup sabar aku menunggu keputusan dari abang ku(Fasha) untuk di izinkan di antar pulang selama seminggu oleh Fahmi membuat ku tak ingin mensia-siakan waktu kali ini.
Aku meminta Fahmi untuk menemani ku ke pantai setelah pulang sekolah. Tadi nya ia menolak, namun aku memberikan berbagai macam alasan agar dia bisa menurutin apa yang aku pinta. Percayalah, ini adalah cara ku untuk tetap dekat dengan nya.
"Lo yakin mau ke pantai pake seragam gini?" Fahmi mengerutkan kening bingung. Aku mengangguk antusias lalu segera menarik nya ke tepi pantai.
Aku sengaja melepas sepatu ku untuk di jadikan alas untuk ku duduki. Fahmi masih berdiri di depan ku, menatap ku bingung. Aku mengeluarkan hoddie kesayangan ku di dalam tas,lalu meletakkan nya di atas pasir pantai.
Aku menepuk-nepuk hoddie ku bermaksud untuk menyuruh nya duduk di sebelah kiri ku. Tapi ia tak menggubris apa yang aku lakukan barusan, Fahmi malah memilih duduk di sebelah kanan ku dengan beralas daun kelapa kering yang sudah berjatuhan. Aku tersenyum miris ke arah nya.
Tidak ada percakapan di antara kami. Fahmi hanya menatap lurus memperhatikan ombak laut yang bergelombang itu. Aku sibuk menatap nya dengan diam.
"Ami?" Aku mulai membuka pembicaraan.
"Kenapa" Fahmi masih fokus dengan pandangan nya.
"Ami masih inget gak waktu kita kecil, kita main nyanyi-nyanyian?"
"Nggak"
"Masa gak inget si? Waktu itu Ami pake gitar kecil, terus Luna pake sapu. Ami nyanyi dangdut waktu itu." aku terkekeh pelan. Fahmi tak menggubris.
Aku sempat merasa putus asa ,hari yang seharusnya menjadi indah tapi malah seperti ini. Aku lebih memilih diam, karena saat aku mulai berbicara pun ia enggan untuk membalas.
Setelah sekian lama aku dan dia berpisah.
Setelah cukup lama sudah ku membendung Rindu. Dan kini aku bertemu lagi dengannya, bahkan sekarang aku berada di dekatnya. Lebih tepat nya duduk di samping nya.Namun kali ini pertemuan ku dengan nya hanya membahagiakan satu pihak. Hanya aku yang terlihat bahagia dan terlalu punya pengharapan yang terlalu lebih. Sedangkan dia? Sudah bisa terbaca dari sikap nya bahwa dia biasa saja.
Entah kenapa aku masih bisa bertahan pada kondisi seperti ini. Kadang sikap cuek dan dingin nya membuat ku melangkah ragu, tapi entah mengapa aku lebih memilih tetap seperti ini. Setidaknya aku masih bisa menatap mu sebentar.
Aku juga tak mengerti mengapa aku bisa mencintai manusia es seperti mu. Bahkan bersikap manis di depan ku pun kamu tak pernah. Lalu bagaimana cinta itu bisa muncul? Mungkin benar kata pepatah, cinta tak beralasan dan tak butuh alasan.
****
Author
Haluna membaring kan diri di atas kasur nya lalu memperhatikan langit-langit kamar nya. Ia masih memikirkan kejadian sepulang sekolah, entah merasa bahagia karena ia bisa menghabiskan waktu dengan Fahmi walau pun tidak ada indah-indah nya sama sekali. Atau merasa sedih karena mulai besok ia tak bisa pulang dengan Fahmi.
Fasha membuka pintu kamar Haluna dengan pelan, lalu menghampiri adik perempuan nya sambil membawakan makan malam untuk Haluna.
Sejak pulang sekolah Haluna langsung masuk ke kamar nya tanpa berniat untuk keluar. Bahkan ia sampai lupa untuk makan.
"Makan dulu Lun, nanti sakit." Fasha meletakkan makanan itu di atas nakas. Haluna hanya membalas dengan deheman.
"Makan Lun!" ucap nya lagi.
"Suapin kek, kaya di sinetron gitu bang." Fasha menyentil kening Haluna pelan.
"Kebanyakan nonton sinetron, jadi drama. Padahal hidup nya penuh dengan drama." Haluna memajukan bibir bawahnya. Fasha terkekeh geli sambil mulai menyuapkan makanan ke mulut Haluna.
![](https://img.wattpad.com/cover/148772698-288-k720373.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HALUNA (END)
Teen FictionMencintai bukanlah perihal waktu, Bosan tidak nya itu urusan ku. Karena di cerita ini kalian akan mengenalku dengan 'gadis yang tak kenal waktu' Maksudnya, bukan karena aku tidak mengetahui setiap jam nya ya! Jam tetaplah tolak ukur waktu. 1 jam te...