Bab 36

192 13 1
                                    

Fasha memeluk kedua orang tua nya dengan erat. Maya mencium puncak kepala Fasha dengan sayang. Sedangkan Putra mengelus pundak Fasha bermaksud untuk menguatkan.

"Pilihan Fasha gak salah kan mah,pah?" tanya Fasha cemas. Maya dan Fasha tersenyum lembut.

Maya mengelus rambut hitam yang di halang topi putih itu,"nggak sayang. Pilihan kamu udh tepat. Jangan bebanin pikiran kamu dengan keadaan kami di sini. Insyaallah kami akan baik-baik aja."

"Pergi lah menjemput mimpi mu, kami menunggu di sini penuh harap." lanjut Putra.

Setelah sudah di beri dukungan oleh orang tua, sekarang Fasha sudah kuat untuk meninggalkan keluarga nya.

Tapi setelah ia menoleh ke arah 'gadis kecil' nya yang sedang diam menunduk. Hati Fasha jadi kembali bimbang.

Fasha memeluk Haluna dengan ragu. Takut. Ia takut Haluna akan meneriaki nya dengan kencang di tempat umum ini.

1 menit..

2 menit..

Sampai 5 menit..

Haluna tidak ada pergerakan nya sama sekali. Yang ia lakukan hanya diam, seraya tangan yang membalas pelukan Fasha.

"Lun, abang bisa batalin kok klo Luna gak mau abang pergi. Abang bisa kuliah di sini." bisik Fasha tepat di telinga kanan Haluna.

Haluna melepaskan pelukan nya. Di tatap nya wajah Fasha yang harap-harap cemas. Lalu ia tersenyum, "abang pergi aja. Luna gpp."

"Gak nangis?"

"Ngga kok. Paling nanti klo di rumah."

"Kenapa gak di sini?"

"Nanti abang jadi kepikiran Luna mulu. Mau kuliah inget Luna, mau makan inget Luna, mau tidur juga. Ampe lagi mandi juga inget Luna." kekeh Haluna. Fasha tertawa ringan.

Setelah sudah cukup adegan berpelukan dan ucapan perpisahan dengan keluarga nya, Fasha menghampiri Sasa--wanita yang sudah ia pacari selama 3tahun. Memeluk nya dengan erat, mencium kening dan puncak kepala Sasa secara bergantian.

Sasa tidak munafik. Ia menangis di tengah keramaian orang yang berlalu lalang memasuki atau keluar dari bandara ini.

Mulai hari ini.

Sasa menganggap bandara adalah tempat paling menyakitkan untuk nya. Tempat yang menjadi pemisah untuk nya dan Fasha.

Seolah tau apa yang ada pikiran Sasa, Fasha berkata,"jangan menganggap bandara tempat yang paling menyakitkan ya. Kita cuma beda negara bukan beda hati. Aku akan kembali lagi, pulang. Ke rumah ku. Atau bahkan nanti aku akan pulang. Ke rumah kita."

"Serius?" kata Sasa penuh harap.

"Iya aku akan serius. Setelah aku selesai kuliah aku akan pulang dan menetap di sini. Tanpa perlu kamu menunggu waktu lama lagi, aku akan datang ke rumah mu bersama keluarga ku. Aku akan melamar kamu." Sasa tersenyum. Tapi mata nya masih saja menangis. Tidak bisa di ajak kerja sama, untuk pura-pura baik-baik saja di tinggal Fasha.

"Udh jangan nangis." Fasha mengusap pipi Sasa dengan lembut. Dengan terpaksa, Sasa harus menahan tangis nya. Paling tidak sampai ia sampai rumah.

"Mau menunggu kan?"

Sasa mengangguk yakin,"mau."



*****


Haluna dan teman-teman seangkatan nya tiba di Bali. Karena hari mulai sore, mereka langsung singgah di tempat penginapan yang tidak jauh dari pantai Jasri .

Tempat penginapan di bagi menjadi dua bagian. Sisi kanan untuk murid dan guru perempuan, dan yang kiri untuk murid dan guru laki-laki.

Di setiap sisi bagian ada 25 kamar. Satu kamar bisa di isi 5 orang.

Tentu saja Haluna dan Nata sekamar. Mereka memasuki kamar yang paling ujung , ternyata belum diisi dengan siapa pun.

Mereka menjatuhkan diri di atas kasur. Meregangkan otot-otot yang lelah akibat perjalanan jauh.

Tak berselang lama suara pintu terbuka dengan kencang. Haluna dan Nata tersentak kaget melihat siapa yang baru saja masuk ke kamar ini.

"Ngapain lo?" tanya Nata sinis.

"Gue tidur di sini, soal nya gak ada kamar yang kosong selain kamar yang ditempatin lo berdua. Pantes aja si gak ada yang mau nempatin ni kamar bareng orang yang hobi nya ngerebut kebahagiaan orang."

"Itu mah lo kali yang ngerebut kebahagiaan orang lain. Lupa lo waktu itu pernah ngelakuin apa ama Luna dan Fahmi?!"

"Salah sendiri kenapa bahagia di atas penderiaan orang lain!" ucap Vika tak mau kalah.

Perkataan Nata tertahan melihat seseorang yang ia benci, terhitung saat orang ini mengganggu hubungan nya dengan Galih.

Cewek berambut kecoklatan ini memasuki kamar tanpa dosa nya. Meletakan koper bawaan nya di sembarang tempat.

"Arghhh!!apa lagi ini?!" Nata berdecak kesal.

"Kenapa? Kesel ya ngeliat 'cewek' yang juga deket ama Galih?" ucapan Vika membuat Nata di kuasai emosi.

"Lo sengaja bawa ni orang ke sini? Hah!"

"Klo iya kenapa?"

"Maksud lo apa si!"

"Lah emang nya kenapa?kita kan di sini sama-sama numpang tidur doang. Dan kita sama-sama bayar kan. Oh iya gue lupa, gue emang sengaja si ngajak Bela sekamar ama lo."

"Biar seru. Hahahah." lanjut Vika.

"Udh Nat biarin aja. Lagi yang Vika bilang ada bener nya kok. Mereka cuma numpang tidur doang. Udh ya jangan emosi gini. Nanti klo ada guru yang turun tangan jadi makin ribet kan masalah nya." Haluna melerai. Nata mengangguk mengiyakan saja.

HALUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang