Dan benar saja perkataan Fahmi kemarin, sekolah mereka akan mengadakan tour ke Bali. Tepat nya ke pantai Jasri. Pantai Jasri terletak di desa Pekraman Jasri, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem.
Jarak dari pusat kota Karangasem (Amlapura) sekitar 6 km. Objek wisata pantai Jasri terletak searah perjalanan dan berdekatan dengan objek wisata pantai Candidasa, Virgin Beach, Taman Sukasada Ujung, Rumah coklat – Bali Chocolate Factory, Puri Karangasem Rumah Pohon Bukit Lemped, rumah Pohon Temega dan Taman air Tirta Gangga.
Pengumuman yang di sampaikan melalui Surat resmi dari sekolah membuat seluruh murid antusias menunggu tanggal yang tertera di Surat itu. Siapa yang bisa menolak keindahan Bali? Semua orang pun ingin kesana.
"Bener kan kata aku kemarin?" ucap Fahmi bangga karena tidak sengaja telah menguping pembicaraan guru di kantor.
"Iya deh,hebat." Haluna terkekeh. Fahmi tersenyum.
"Pokonya nanti kita harus ngelilingin Bali. Biarin aja yang lain pulang duluan,kita belakangan aja."
"Serius?"
Fahmi tersenyum, "emang mau lama-lama sama aku terus?"
"Mau."
"Jangankan keliling Bali, dunia pun aku mau asal tempat pulang nya itu kamu."
Pipi Haluna merona mendengar ucapan Fahmi.
"Lalu masih mau atau gak?"
"Kalo Luna jawab mau, apa bakal jadi kenyataan?"
"Tunggu aja. Nanti kesampaian."
Salting! Itu yang Haluna rasakan. Ia meremas selembar Surat pengumuman yang ia genggam sedari tadi. Dengan senyum yang masih ia ukir. Alasannya masih sama. Senyum ini beralasan karena Fahmi.
"Tapi kalo gak kesampaian gimana?" tanya Haluna cemas.
"Berarti bukan aku orang yang akan mewujudkan itu. Aku hanya di kasih kesempatan setengah untuk membangun mimpi nya. Klo akhirnya bukan aku yang mewujudkan, aku hanya bisa membangun nya, setidaknya ada nama ku di dalam mimpi mu."
"Jangan ngomong gitu."
"Kenapa?"
"Ami terlihat seperti mau pergi."
"Gak Haluna. Sebisa mungkin aku akan tetap tinggal. Aku akan menjadikan kamu sebagai rumah ku. Rumah terakhir ku. Sejauh mana pun aku pergi, nanti aku akan pulang ke rumah. Dan rumah ku itu kamu,Lun."
Otak Haluna berpikir keras untuk menemukan maksud Fahmi berkata seperti itu. Hati nya mendadak tak yakin Fahmi akan tetap bersama nya. Seperti kata-kata ini adalah bagian pertanda ia harus menerima jika kenyataan nya semesta tak lagi menyetujui hubungan mereka. Dan Tuhan tak lagi menyimpan rahasia bahagia untuk mereka.
Tolong! jangan dulu. Jangan sekarang kehilangan itu kembali terulang. Pikir Haluna.
"Masih mau berdiri di situ?" Fahmi membuyarkan lamunan Haluna. Rupa nya mereka sudah sampai di depan kelas. Sibuk berkutik dengan pikiran nya hingga ia melamun.
"Nggak. Ayo masuk." Haluna berjalan lebih dulu meninggalkan Fahmi.
Haluna berdecak kesal melihat Nata pagi-pagi begini tapi sudah tertidur di sekolah.
"Nat bangun! Masih pagi gini udh molor aja."
Nata menoleh,lalu menunjukkan raut wajah yang sedih. Haluna mengerutkan kening bingung,"Nata kenapa?"
"Galih Lun. Galih gak ngabarin gue sama sekali. Gue udh coba hubungin dia. Dia gak angkat telpon gue, gue chat cuma di read doang. Gue gak tau salah gue di mana."
"Hari ini Nata udh ketemu Galah?" Nata menggeleng.
"Ami tau Galah ke mana?"
"Gak tau. Kan dari tadi aku sama kamu terus Lun. Gak masuk kali."
*****
"Kenapa gak ngabarin?"
"Hp gue ketinggalan di rumah temen yang waktu itu gue anterin. Temen SMP gue."
Mendengar perkataan Galih membuat hati Nata seperti ingin merosot pada tempat nya. Mata Nata berkaca-kaca menahan tangis,"lo---lo kerumah nya?"
"Iya." jawab Galih.
"Ngapain lo kerumah nya? Gak punya cewek lo ampe maen kerumah cewek laen!"
"Apaan si, gue kerumah nya nganterin motor dia yang mogok. Gue yang ngambil di bengkel. Terus dia nyuruh gue buat mampir, ya gue gak enak lah nolak. Toh gue kenal ama dia udh lama sebelum gue kenal ama lo. Gue buru-buru balik nya jadi hp gue ketinggalan di rumah nya. Mau gue ambil udh malem dan situasi nya juga lagi ujan deras."
"Gila ya, lo gak ngabarin gue seharian dan itu alesannya karna lo nganterin motor 'temen SMP' lo itu. Jadi lo seharian di rumah dia dong ya?"
"Gak usah ngaco! Gue pas siang nya di rumah doang gak ke mana-mana."
"Terus alesan apa lagi yang bakalan lu kasih ke gue,hah?!" Nata tak bisa lagi menahan emosi nya yang sudah di ujung itu. Suaranya sampai melengking namun sedikit serak dan bergetar. Seperti orang yang menahan tangis. Untung saja di rumah Galih hanya ada mereka berdua, jadi dengan puas Nata bisa meluapkan kekesalannya.
"Gue males sama lo." ucap Galih dengan nada enteng nya. Nata sampai tak habis pikir kesalahan apa yang dia lakukan. Setau nya, dia dan Galih baik-baik aja.
"Males? Males kenapa?!"
"Katanya kemaren lo jalan ama cowok laen kan?"
Nata tersentak kaget,"jalan ama siapa gue? Lo itu kaya baru kenal gue tau gak! Siapa yang ngomong kaya gitu?"
"Temen SMP gue yang itu."
Arghh!! Rasanya gue pengen unyeng-unyeng tuh cewek! Pikir Nata.
"Jadi lo lebih percaya ama dia di banding gue cewek lo sendiri?"
Galih melipat tangan nya di dada seraya memasang wajah 'songong' nya,"iya."
Nata tertawa hambar. Ia tak habis pikir, kepercayaan nya di rebut oleh cewek lain. Nata berdiri, lebih baik ia pulang saja. Berada di sini pun percuma. Sebelum melangkah keluar dari rumah Galih Nata berkata dengan sekuat tenaga yang ia punya,"yaudh terserah klo mau percaya sama dia, yang jelas gue di sini udh berusaha jaga perasaan lo. Selalu ngertiin lo, nurutin apa yang lo mau. Tapi gue masih belum bisa ngerebut rasa percaya lo dari cewek itu. Gue pamit."
Setelah mengucapkan kata-kata yang membuat hati nya hancur, Nata pergi. Tidak tau apa dia hanya pergi dari rumah ini atau pergi dari Galih.

KAMU SEDANG MEMBACA
HALUNA (END)
Teen FictionMencintai bukanlah perihal waktu, Bosan tidak nya itu urusan ku. Karena di cerita ini kalian akan mengenalku dengan 'gadis yang tak kenal waktu' Maksudnya, bukan karena aku tidak mengetahui setiap jam nya ya! Jam tetaplah tolak ukur waktu. 1 jam te...