Cek mulmed ya!!☝️ Setel lagunya biar makin dapet feel nya.
Semoga kalian bisa merasakan bagaimana menjadi Haluna di bab ini:)) aku ampe sedih baca nya tauuuu, mau ikutan nangis bareng Haluna😭😭
🌄🌄🌄🌄
🌄🌄🌄
🌄🌄
Entah mengapa, aku tidak lagi merasakan rasanya hidup.
Raga ini seperti MATI.
Pikiran yang tidak tahu akan mengarah kemana.
Membuat impian tak lagi ingin ku gapai.
Memandang pun bagai melihat bayangan ; hitam dan semu.
Tak bisa ku lihat dimana sisi baik nya, tak bisa ku cerna apa lagi yang akan Tuhan berikan pada ku.
Hati ini sudah mati, jauh sebelum tubuh ini merasa sakit dan dingin."Ami kenapa masih berdiri di situ sih?"
"Ini udah Luna alasin koran nih. Luna bawa bawa tau dari rumah, biar Ami duduk nya nyaman, gak kotor."
"Baik kan Luna?"
"Permisi mbak, ini kelapa muda nya." Laki-laki penjual itu memberikan dua kelapa muda yang sudah siap minum pada Haluna. Gadis itu memberikan uang pas sebagai bayaran nya.
Haluna meminum air kelapa muda dengan sesegukan. Ia membeli dua kelapa muda segar untuk nya dan--Fahmi. Satu kelapa muda ia letakan di sebelah kanan tempat nya duduk.
"Ami kenapa gak minum? Lagi puasa apa ya?"
Hening.
"Ami masih inget kan? Kita pernah dateng ke sini, dan ini tempat Ami bilang mau jadi senja nya Luna."
Gadis itu menatap lurus kedepan. Memandang matahari yang akan segera tenggelam. Suara ombak yang tenang menambah kesan sedikit ramai di hati nya. Setidaknya, ia tidak terlalu merasa sunyi.
Dan---runtuh sudah pertahanan yang ia buat supaya jangan menangis lagi.
"Luna gak bisa Amiii!! Luna mau nya sama Ami, gak mau kaya gini." Ucap nya parau.
"LUNA KANGEN!!!"
Haluna memeluk kedua lutut nya seraya menenggelamkan kepala di lipatan tangan nya. Menundukkan kepala yang terasa berat dibebani isi pikiran. Pundak nya seperti tak ada tulang, tak bisa menopang beban yang ia pikul sendirian.
Menangis selama apapun tidak akan ia temui jawaban atas kemauannya. 'Hari itu' sudah terjadi, dan tak ada satupun yang bisa memutar waktu. Harusnya hati nya bisa lapang, harusnya tidak perlu menangis berlama-lama jika sudah menerima apa yang jadi ketetapan Tuhan. Gadis itu memang kurang iman, atau---terlalu cinta. Mungkin pilihan kedua yang bisa kalian bayangkan bagaimana rapuh nya menjadi Haluna.
Ia mengeluarkan buku hitam yang berukuran sedang dari dalam tas nya. Dibaca nya tulisan tangan yang sangat rapi dan hati-hati dalam setiap kata yang tergores tinta dikertas itu. Bayangan laki-laki dengan mata hitam sedikit kecokelatan menghantui pikirannya. Mungkin kalian akan bosan membaca tulisan yang belakangan ini terselip kata 'rindu' , namun memang begitu adanya. Haluna merindukan Fahminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALUNA (END)
Teen FictionMencintai bukanlah perihal waktu, Bosan tidak nya itu urusan ku. Karena di cerita ini kalian akan mengenalku dengan 'gadis yang tak kenal waktu' Maksudnya, bukan karena aku tidak mengetahui setiap jam nya ya! Jam tetaplah tolak ukur waktu. 1 jam te...