Katanya, ia tak akan pergi lagi
Katanya, ia akan selalu menemani
Katanya, ia tidak akan membiarkan ku menunggu lagi
Dan katanya, ia akan terus berusaha untuk membuat ku bahagia sebagai ganti penantian panjang ku dulu.
Namun nyata nya? Ia malah pergi tanpa bertatap muka. Tanpa memberi pelukan perpisahan seperti di novel sad ending yang sekali-kali nya ku baca.
Seharusnya aku tidak pernah membaca novel seperti itu. Itu berakibat pada ku yang sekarang malah seperti tokoh di dalam novel. Menyedihkan.Tidak tahu apa maksud nya. Mengapa lagi-lagi perpisahan mendatangi kisah ku dan dia.
Memangnya tak cukup rasa sakit yang kemarin?
Memangnya rasa sabar ku masih jauh dari batas nya?Maaf Tuhan , hari ini aku terlalu banyak mengeluh.
Selama perjalanan menuju rumah, Haluna menatap kosong jalanan ibu kota yang sedang ramai-ramainya. Tidak ada satupun hal yang menarik pengelihatannya. Bahkan beberapa pertanyaan yang Galih lontaran tak di gubris sama sekali. Atau mungkin Haluna tak mendengar nya. Telinganya seperti tuli. Menolak banyak nya suara bising sana-sini yang akan mengganggu jalannya pikiran yang sedang melayang mencari tempat asal nya. Perlahan air mata itu kembali turun. Memperlihatkan wajah cantik nya yang kini mulai kusut.
Saat lampu merah berhenti. Beberapa pengendara memperhatikan nya. Mungkin berpikir ada kejadian buruk yang menimpa pasangan muda-mudi ini. Haluna masih bisa melihat setiap orang yang memperhatikan nya, ekor mata nya bergerak kesana kemari. Seolah hari ini manusia sedang memperhatikan nya yang sebentar lagi mungkin akan gila.
Fahmi...
Laki-laki yang membuat nya gila menunggu.
Galih memberhentikan motor nya dengan tiba-tiba membuat kening Haluna harus berbenturan dengan helm berwarna merah cabe di depannya. Tanpa berkata-kata Haluna melayangkan pukulan keras tepat di helm itu. Membuat Galih sedikit meringis ngilu mendengar bunyi benturan antara helm nya dengan tangan Haluna yang secara cepat berubah 3 kali lebih kuat.
"Gila lo ya! Pengeng kuping gue." Pekik Galih. Haluna hanya diam.
"Dih alah malah diem. Udh nyampe."
"Oh udh nyampe." Haluna turun dari motor Galih.
"Ya lo pikir gue berenti buat ngapain? Klo bukan karena udh nyampe."
"Makasi." Haluna melengos berjalan masuk, namun niat nya ia urungkan saat Galih menahannya. Menyebalkan sekali. Ia kan ingin cepat cepat masuk ke kamar menumpahkan kekesalan sebelum meledak dan menyerang orang tak bersalah.
"Lo putus?"
"Gak."
"Terus?"
"Ami ke Jerman. Bahkan Luna gak tau sama sekali tentang rencana itu. Jahat kan?"
Galih membelalakan matanya kaget, "SERIUS LO? KOK GUE GAK TAU SI."
"Luna aja gak tau apalagi Galah."
"Parah banget si Fahmi. Gak ngasih tau apa-apa."
"Jangan mancing mancing emosi dong!" kali ini Haluna benar-benar melengos dari hadapan Galih.
Yang terakhir Haluna dengar Galih langsung menelpon Fahmi minta kejelasan.
Fahmi ini jahat atau apa si mau pergi jauh gak bilang bilang?
Dengan langkah cepat Haluna memasuki rumah nya. Maya yang melihat anak nya berjalan buru-buru seperti di kejar hewan buas pun ingin bertanya, namun lebih dulu Haluna berkata. "Mamaaaaa.. Jangan tanya Luna kenapa. Hari ini jangan masuk ke kamar Luna. Luna pengen sendiri." Maya mengerutkan kening bingung. Alhasil Maya hanya bisa mengangguk mengiyakan saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
HALUNA (END)
Novela JuvenilMencintai bukanlah perihal waktu, Bosan tidak nya itu urusan ku. Karena di cerita ini kalian akan mengenalku dengan 'gadis yang tak kenal waktu' Maksudnya, bukan karena aku tidak mengetahui setiap jam nya ya! Jam tetaplah tolak ukur waktu. 1 jam te...