Bab 22

250 18 0
                                    

Instagram ~ Kartikatri.p_

Terimakasih buat kalian yang masih baca cerita ku sampai sejauh ini. Dan terimakasih juga buat kalian yang udh vote cerita ku. Walaupun blm banyak yg ngevote dan baca , aku tetep berterima kasih dan bersyukur masih punya keinginan buat lanjutin cerita ini. Syukur syukur ada yang mau kasih kritik dan saran. Aku bakalan guling guling kesenengan kali:v

Happy reading ya kalean:)






Saat ini Haluna berada di salah satu restoran dekat mall. Haluna tidak sendirian. Ia masih bersama Irwan dan juga Vika. Mereka mengajak Haluna makan sebelum pulang. Sebenarnya Haluna menolak, tapi mereka memaksa. Ia jadi tidak enak. Biar bagaimana pun mereka pernah menjadi teman dekat nya.

Haluna memesan menu yang sama. Dan memakan nya dengan tenang. Suasana di antara mereka begitu hening. Hanya bunyi dentingan piring yang beradu dengan sendok dan garpu. Haluna tidak pernah membayangkan akan secanggung ini dengan mereka.

Irwan sesekali melirik ke arah Haluna. Haluna pura-pura saja tidak melihat nya. Biar Haluna tidak terlalu salting. Haluna fokuskan mata nya ke piring yang berisi makanan yang hampir abis.

Setelah cukup lama menahan emosi, akhirnya Haluna berbicara dengan nada yang sehalus mungkin. "Maap sebelum nya, ada apa ya Irwan ngeliatin Luna terus? Apa ada yang menggangu atau ada yang aneh?" Irwan yang terpergok , masih bisa bersikap cool nya.

"Gpp. Gue lagi pengen ngeliatin lo aja. Buat yang terakhir kali nya."

Haluna agak kaget dengan ucapan Irwan terakhir kali nya. "Maksud Irwan apa ya?"

Irwan baru saja ingin menjawab tapi Vika lebih dulu menyela nya.

"Oiya Lun. Lo tadi dari toko buku ya?" tanya Vika. Haluna mengangguk sebagai jawaban.

"Buku apa? Liat dong kali aja nanti gue juga tertarik buat beli." Haluna memberikan buku-buku yang tadi ia beli sebelum nya.

Vika melihat-lihat sinopsis yang ada di belakang buku-buku milik Haluna. Lalu ia tersenyum tipis, "ternyata lo masih suka baca novel yang happy ending ya. Novel kaya gini mah udh bisa di tebak alur nya. Coba deh lo baca novel yang sad ending di jamin ketagihan. Apa lagi kalo peran antagonis nya banyak. Makin banyak yang jahat makin seru tuh. Hahahah." Vika tertawa dengan begitu lepas nya. Setau Haluna, Vika jarang sekali tertawa selepas itu. Hanya pada suatu hal yang memang benar-benar lucu. Haluna tau, Vika tak sereceh Nata.

Haluna mengerutkan kening bingung. Pasal nya tak ada yang lucu.

Otak Haluna sibuk berpikir , sedangkan hati merasa resah. Ada yang mengganjal di hati nya.

Haluna bergumam pelan, "kayanya udh mau sore. Luna balik duluan ya." Haluna berdiri dan Irwan pun ikut berdiri.

"Gue anter."

"Eh gak usah. Luna nanti minta jemput bang Aca kok. Irwan di sini aja nemenin Vika."

"Gpp gue aja yang anter."

"Gak usah lebay deh Wan! Luna udh nolak yaudh jangan di paksa. Dia mungkin butuh waktu buat beradaptasi sama kita lagi." ujar Vika.

Irwan menatap tajam ke arah Vika. Haluna yang menyadari ada aura yang tidak mengenakan, ia langsung pergi begitu saja.

HALUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang