Sudah sejak pagi-pagi sekali Haluna dan Fahmi berada di pantai Jasri. Menyaksikan matahari yang mulai naik untuk menghapus gelap nya malam. Memberikan cahaya nya guna menghangatkan bumi.
Haluna menyenderkan kepala nya di bahu Fahmi. Tangan kecil nya di genggam erat oleh Fahmi. Ia tersenyum manis. Sesekali Haluna memandang wajah nya, 'bahkan matahari saja kalah indah nya dengan apa yang aku pandang hari ini.' gumam nya dalam hati.
"Jika suatu saat nanti aku pergi, tahan aku ya. Aku mohon. Jangan biarkan aku pergi." katanya tiba-tiba. Jantung Haluna berdetak tak biasa nya. Ada perasaan takut yang sekilas lewat. Namun Haluna lebih memilih bersikap tenang.
"Pergilah jika itu memang baik."
"Pergi hanya akan menyiksa ku."
"Untuk sekarang, kan tidak tau nanti."
"Harusnya kamu itu menguatkan tekadku, jangan membuatku lemah dengan kata-kata itu."
Haluna menghela napas berat,"Aku hanya bicara tentang kemungkinan-kemungkinan buruk yg akan terjadi."
Fahmi terdiam sejenak, mencerna setiap ucapan Haluna. Dadanya sedikit sesak, entah karna hal apa. "Aku sangat menyayangimu" ucap nya dengan nada pelan, tapi masih bisa terdengar oleh Haluna.
"Aku juga." jawab Haluna.
"Aku kira akan terus-terusan menyayangimu dalam diam." spontan! Ucapan Fahmi membuat Haluna sedikit kaget. Menyayangi dalam diam? Masa iya? Sejak kapan?
"Memangnya dulu pernah menyayangi ku dalam diam?" tanya nya heran.
"Emang nya kamu fikir sikap manis yang kamu tunjukin ke aku tidak membuat orang jadi jatuh cinta?"
"Tapi kenapa malah diam?"
"Banyak resiko nya dan aku belum siap untuk itu. Dengan orang yang aku suka jujur aku sangat lemah."
"Tapi kan sekarang bukan jadi orang yang lemah lagi kan?"
"Bukan dong,justru aku jadi kuat karena aku udh disayang sama kamu."
"Kayanya aku salah satu orang yang beruntung."
"Beruntung kenapa?"
"Bertemu orang seperti mu."
Fahmi mengusap puncak kepala Haluna dengan sayang, "Aku juga beruntung."
Terlalu sibuk dengan dunia yang mereka ciptakan sendiri. Sampai-sampai mereka tidak sadar di pantai ini bukan cuma mereka berdua saja. Banyak orang yang berdatangan ke sini. Termasuk teman satu sekolah mereka.
"Lun, Mi. Liat Galih?" tanya Nata cemas.
Haluna dan Fahmi saling melempar tatap. Mereka bahkan tidak sadar di pantai ini sudah ramai,apa lagi di tanya mengenai Galih. Pasti jawab nya "kita gak liat."
"Yaudh klo gitu gue duluan ya."
"Emang nya kenapa Nat?" ucap Haluna bingung.
"Tadi katanya dia mau ketemu Bela. Makanya gue mau cari dia."
Haluna menganggukan kepala nya. Rupa nya kisah percintaan sahabat nya ini sedang dalam mode rumit. Bukan hal yang asing jika di dalam suatu hubungan datang orang ketiga. Ia pun pernah merasakan masa pahit itu.
*****
"Guee--mau kita balikan lagi."
"Hah?balikan? Gue ga salah denger Bel?"
"Gue serius Lih,gue masih sayang ama lo. Gue gak bisa terus-terusan mendem perasaan yang gue tahan mati-matian."
Bela menghela nafas di sela-sela ucapan nya,"gue cemburu."
Galih berusaha bersikap tenang, walaupun hati nya mendadak tak karuan. Ia bimbang, perasaan nya tidak bisa mengambil keputusan yang logis. Apakah dia mencintai Nata atau masih tertuju dengan Bela. Ini akan menjadi bumerang untuk nya.
"Cemburu? Apa lo bisa bayangin klo seandainya Nata denger percakapan kita dia gak cemburu?"
"Gue udh denger." Ucap Nata bergetar. Tepat di belakang Galih dan Bela.
"Nat kok bisa di sini?" Tanya Galih panik.
"Kok bisa jadi gini?" Nata balik bertanya.
"Gue bisa jelasin semuanya."
"Semua nya udh jelas. Kalian pernah ada hubungan. Dan lo udh bohong."
"Gue gak bohong Nat. Gue cuma blm siap buat cerita, masih nunggu waktu yang tepat."
"Trus lo pikir waktu yang kaya gini yang tepat? Setelah gue tau dengan sendirinya? Gue gak ngerti ya alasan lo nutupin semua itu apa. Yang jelas lo udh berani bohong. Lo tau kan, kejujuran itu penting dalam suatu hubungan."
"Dia bukan nya gak mau jujur ama lo, tapi emang dia gak mau lo tau. Soalnya dia mau balikan ama gue. Hahah." Kata Bela dengan enteng nya.
"Nggak! Gak gitu Nat, bukan gitu maksud gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALUNA (END)
Teen FictionMencintai bukanlah perihal waktu, Bosan tidak nya itu urusan ku. Karena di cerita ini kalian akan mengenalku dengan 'gadis yang tak kenal waktu' Maksudnya, bukan karena aku tidak mengetahui setiap jam nya ya! Jam tetaplah tolak ukur waktu. 1 jam te...