Bab 11

435 32 5
                                    

"HAH LO SERIUS?" pekik Fasha saat di bisiki sesuatu oleh Fahmi.

"Dua rius."

"Kok gue gak yakin ya?"

"Jangan belaga kaya baru kenal gue deh lo. Calm down. Ade lo aman sama gue." Fahmi tersenyum penuh arti.

"Inget! Bawa balik Luna dengan selamat tanpa kekurangan apapun."

Fahmi tersenyum kemenangan, sedangkan Haluna bergerutu dan menyumpahi serapah pada abang nya karena telah memberi izin Fahmi pergi dengan nya. Padahal Fasha tau Haluna ingin mencoba menjauhi Fahmi serta memberi alasan yang logis. Tapi tetap saja abang nya malah tetap membiarkan nya begitu saja.

"Hay sayang." sapa Sasa seraya mencium sekilas pipi Fasha.

"Hay juga Sa. Kelas kamu udh keluar?"

"Udh kok."

"Agak lama ya dari kelas-kelas yang lain."

"Iya, soalnya guru nya kiler mana ceramah mulu lagi." Sasa mengerecutkan bibir nya, Fasha yang melihat tingkah Sasa langsung mencubit pipi nya gemas.

"Gak boleh gitu ah sama guru sendiri. Nanti durhaka lho!" Fasha mengusap rambut Sasa lembut.

"EHEM!ADA ANAK KECIL DI SINI. Pacaran di tempat umum. Di sekolah pula." Sindir Fahmi.

"Biarin aja biarin. Abang durhaka sama ade. Giliran jomblo aja Luna yang di ajak malmingan tapi mah sekarang udh ada cewek nya Luna malah di lupain. Dedek tuh gak bisa di giniin. Dedek sakit hati bwang." Haluna memegang dadanya seolah habis terkena tembakan.

"Apaan si lo Lun. Gue gak lupain lo kok."

"Tuh kan klo udh punya cewek manggil nya lo-gue beda sama dulu. Nanti Luna bilangan papa."

"Jangan lah adik yang cantik, baik hati dan tidak sombong. Nanti abang beliin kuota deh." rayu Fasha.

"Bodo gak mau! Udh yuk Ami kita pergi aja dari sini." Ucap Haluna seraya menarik tangan Fahmi menjauh.





Dan di sini lah mereka berada. Berkeliling kota yang identik dengan kemacetan nya sambil menunggangi motor yang menjadi saksi bisu atas kembali nya kedekatan Fahmi dan Haluna.

"Ami gila ya? Kita udh muter-muter di jalan ini berapa kali. Puyeng tau gak?"

"Iya gila kaya nya. Klo aku si gak puyeng asal sama kamu."

Deg..

Ucapan Fahmi berhasil membuat kupu-kupu di dalam perut Haluna berterbangan. Untung saja Fahmi dan Haluna tak berhadapan jadi Fahmi tidak perlu melihat pipi Haluna yang sekarang merah padam akibat ulah Fahmi.

"Apaan si gak jelas."

"Kok gak jelas si? Yag ada juga kamu yang gak jelas."

"Kok Luna?"

"Iyalah gak jelas. Baru di bilang gitu aja pipi nya udh merah."

Memang benar, mereka tak berhadapan. Tapi tak bisa di pungkiri Fahmi masih bisa melihat pipi Haluna memerah dengan bantuan kaca spion motor. Ya. Kaca spion motor Fahmi mengenai diri nya sehingga Fahmi bisa sesekali melihat Haluna meskipun tidak menengok ke arah nya.

"Udh gak usah di pikirin sekarang, nanti aja di rumah."

"Kenapa?"

"Klo sekarang kan kita ketemu, tapi nanti kan nggak. Nah kan nanti kangen tuh baru deh pikirin." Fahmi mengulum senyum indah nya. Memang indah. Sangat indah. Dan benar-benar indah. Senyuman ini lah yang membuat Haluna jatuh cinta pada si empu nya senyuman indah tersebut.

HALUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang