"Nat tadi gue liat Galih goncengan sama cewek laen."
"Apaan si lo, jangan fitnah gitu deh!"
"Gue serius Nat, lo harus percaya sama gue. Kali ini gue gak bohong. Gue liat di parkiran."
Nata menatap Haluna cemas, ia bingung harus percaya omongan Vika atau tidak.
"Ada bukti nya gak?" Tanya Haluna.
"Gue tadi gak sempet foto. Gue panik,gak percaya aja gitu si Galih bisa sedeket itu sama cewek lain selain lo sama kita."
"Kita? Maksud lo, lo juga termasuk gitu?" emosi Nata sudah di ujung tanduk. Ia benar-benar tidak mau ada orang lain yang mengganggu hubungan nya dengan Galih.
"Nat,plis! Jangan emosi. Lo juga harus inget klo dulu kita semua temen,dan kita semua deket sebelum gue buat masalah. Oke gue nyadar diri, sekarang gue udh gak deket sama Galih ataupun kalian. Tapi gue harap lo percaya sama gue. Ini cuma bentuk kepedulian gue sama sahabat gue." Setelah mengucapkan kata yang membuat mata Nata terbelalak, Vika pergi. Entah ke mana, Nata tidak peduli itu.
"Lun gue harus apa?"
"Jangan percaya dulu sama omongan nya,mending Nata tanya langsung sama Galah. Biar gak salah paham juga kan?"
Tak berselang lama Galih,Fahmi dan Irwan masuk ke kelas. Galih dan Fahmi menghampiri Haluna dan juga Nata. Sedangkan Irwan langsung duduk di bangku nya.
"Pagi sayang." Sapa Galih, Nata memutar bola mata nya malas.
"Dih gak usah sok manis dah lo, tadi bareng siapa ke sekolah?"
Galih sedikit tersentak tetapi ia masih bisa bersikap tenang,"oh tadi itu bareng sama temen SMP gue beb. Tadi dia kasian motor nya mogok, terus gak sengaja gue lewat. Ya dia minta bareng, soalnya motor nya di bawa ke bengkel. Begituuu."
"Alah caper!"
"Ih kaga jirrr. Gak percayaan banget si, udh sini dah lo ikut gue ke kelas nya. Lo tanyain ama dia nya langsung." Ucap Galih dengan nada yang sedikit tinggi,tapi Nata paham betul Galih sedang marah.
"Apaan si kok jadi lo yang marah!" Ujar Nata tak mau kalah.
"Ya lo maen nuduh-nuduh. Gue dapetin lo aja susah, yakali gue malah selingkuh. Mikir dong."
Nata diam tak bersuara. Ia bingung harus menjawab apa, ia masih marah namun juga senang dengan perkataan Galih.
"Dah lah, gue cape." Galih duduk dibangku nya lalu menenggelamkan wajah nya ke atas meja. Tas yang di tumpuk dengan jaket berwarna hijau lumut itu di pakai sebagai bantal.
Nata memperhatikan Galih yang mungkin sekarang sedang tertidur. Ia berfikir bahwa tak seharusnya ia mempercayai Vika, dan tak seharusnya ia bersikap ketus pada Galih. Sedangkan kebenaran ada pada Galih bukan pada Vika.
Nata menghampiri Galih dan duduk di samping nya. Ia mengelus kepala Galih dengan sayang. Detik itu juga, semua mata tertuju pada pasangan ini. Bukan kali pertama Nata dan Galih menjadi pusat perhatian pagi ini. Saat ia berdebat pun mereka sudah membuat suasana di kelas ini hening dan menjadi bahan tontonan.
"Maafin aku." Bisik Nata tepat di telinga Galih.
"Hmm."
Ternyata cowok aneh ini belum tidur dan cuma pura-pura. Pikir Nata.
"Jangan marah."
Galih menatap Nata lekat-lekat. Posisi nya masih sama, hanya saja kepala nya yang ia hadapkan ke Nata.
"Aku masih ngambek."
"Yeuhh,jelek!" Nata menoyor kepala Galih. Si empunya kepala nya menggerutu.
"Ah males. Pergi sono!"
"Adat nya jelek."
"Orang nya?"
"Sama."
"Dih gitu. Oke!"
"Apa?"
"Gak tau ah males."
"Pen beli trek." Lanjut Nata.
"Salah."
"Terus?"
"Pen beli nasi uduk gue laper. Temenin kek." Tanpa aba-aba Galih menyeret tangan Nata ke kantin.
Di lain tempat, Haluna dan Fahmi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat pasangan bobrok itu.
*****
"Sekolah kita bakalan ngadain tour kemana ya?" Tanya Haluna."Ke Bali mah kane nih. Ke pantai-pantai nya gitu ngeliat cewek-cewek nya,beuhhh!" Kata Galih dengan pikiran mesum nya.
"Kagak-kagak bosen gue ke Bali terus." Nata menolak.
"Holang kaya." Ledek Galih yang langsung dapat jitakan dari Nata.
Fahmi terlihat berpikir seraya mengaduk pelan es teh manis nya,"gue denger si emang ke Bali. Ke pantai Jasri."
"Ami tau dari mana?" Tanya Haluna.
"Gak sengaja denger obrolan guru pas aku ngasihin tugas ke kantor." Haluna mengangguk.
Terlalu larut dalam obrolan hingga jam istirahat selesai berbunyi. Galih berdecak,"cepet banget dah."
"Lo aja yang terlalu serius." ketus Nata.
"Lo tuh apaan si dari tadi gak ngenakin banget ngomong nya."
Fahmi memutar bola mata malas, perang dunia kedua akan segera di mulai dan ia harus membawa Haluna jauh-jauh dari keributan pasangan yang satu ini.
"Kenapa gak di pisahin?" Fahmi menuntun Haluna untuk kembali ke kelas.
"Jangan ikut campur, masalah rumah tangga orang."

KAMU SEDANG MEMBACA
HALUNA (END)
Roman pour AdolescentsMencintai bukanlah perihal waktu, Bosan tidak nya itu urusan ku. Karena di cerita ini kalian akan mengenalku dengan 'gadis yang tak kenal waktu' Maksudnya, bukan karena aku tidak mengetahui setiap jam nya ya! Jam tetaplah tolak ukur waktu. 1 jam te...