Bab 16

306 28 0
                                    

Haluna mengucek ngucek mata nya dan menggelengkan kepala membuyarkan bayangan yang tidak seharusnya dia fikir kan. Tapi entah apa rencana Tuhan kali ini mempertemukan orang orang yang dulu nya Haluna sayang tapi justru sekarang ia sangat membenci nya. Malang nya Haluna kali ini,berharap apa yang ia lihat hanya bayangan yang semu namun nyata nya benar benar tidak.

Mereka ada di sini.

Entah mengapa semakin dekat Haluna bergerak ke arah sana maka semakin berat langkah nya untuk maju. Bahkan untuk mundur atau berbalik arah pun ia tak sanggup.

Nata yang menyadari keberadaan Haluna kini mulai berdiri menyambut nya dengan senyum yang Haluna tau itu tulus. Tapi Haluna masih diam ditempat,tatapan nya begitu lurus. Ia tak tau akan terjadi apa lagi, akan sebanyak apa air mata yang keluar karena berkumpul dengan orang orang yang membuat sakit hati nya.

"Aduuh. Lama bgt si lo jalan doang,gue udh nungguin lo tau! Eh iya bukan gue doang tapi mereka" Nata menghampiri Haluna dan menuntun nya untuk duduk di kursi yang bersebelahan dengan Fahmi dan di sebrang meja sana sudah ada Vika yang diam sambil tertunduk. Seperti tak berani untuk menatap Haluna.

Haluna masih diam tak berkutik. Jujur saja,sekarang ia sedang berfikir apakah yang akan di lakukan teman teman nya untuk membuat hati nya hancur lagi. Ia masih mengingat detail bagaimana tiap tiap kejadian yang ia lalui.

"Eummm.. Haluna,lo mau mesen apa?mau makan atau minum?" tanya Nata mencairkan suasana

"Luna gak mau apa apa. Luna cuma mau tanya sama Nata sebenarnya maksud Nata nyuruh Luna ke sini ituuu.." ucapan Haluna terpotong karena Vika menyela ucapan nya

"Gue"

"Gue.. Yg nyuruh Nata ngumpulin kalian semua. Gue tau kalian pasti masih kesel atau bahkan benci sama gue. Tapi tolong izinkan gue buat ngejelasin hal yang selama ini gue tutupin dari kalian. Terutama lo,Haluna dan Fahmi" ucap Vika lirih

"Gue rasa semua nya udh jelas ya. Gak ada yang perlu di lurusin lagi" Fahmi bangun dari duduk nya berniat untuk pergi tapi tiba tiba..

Vika berlutut di depan Fahmi, mereka semua terkejut bukan main. Terutama Haluna.

Ya tuhan drama apa lagi ini-batin Haluna

"Pliss!Mi,kasih gue kesempatan buat selesaiin semua ini. Kalo gue udh jelasin semua gue janji bakalan jauh jauh dari kalian dan kalo perlu gue bakalan pindah sekolah biar kalian mau dengerin apa yang gue omongin. Pliss.. Gue mohon kali ini aja" Vika terus menangis sesegukan,entah lah itu air mata buaya atau bukan. Sulit membedakan antara yang benar dan salah. Semua terlihat sama saja

Galih berdiri dari duduk nya,mulut nya sudah gatal ingin berkata ini itu tapi dari tadi Nata terus melototi nya menyuruh untuk tetap diam dan membiarkan mereka menyelesaikan urusan nya. Tapi kali ini ia benar benar sudah tak tahan ingin bicara

"Gue gak tau ya si penghianat ini bakalan ngomong yang nyata atau fiksi,soalnya kalo udh penghianat ya tetep penghianat. Gak bakalan bisa di percaya omongannya lagi. Tapi ya Fahmi, coba deh lo buka hati lo. Lo buka hati nurani lo,gimana kalo misalnya dia mau ngomong sebenarnya sama lo. Terus lo pergi eh besok nya dia bunuh diri terus lo di gentayangin ama arwah penasaran nya terus lebih parah nya lo bakalan masuk panjara karena alesan dia mati itu lo" jelas Galih dengan segala kalimat ngelantur nya

Percaya gak percaya Fahmi kembali duduk di tempat nya. Ini omongan Galih yang benar atau Fahmi yang sepaham si? Padahal kan kisah nya tak akan sedrama itu.
S

etelah Fahmi duduk Vika pun ikut duduk kembali. Dan saat situasi sudah mulai tenang baru lah Vika berani buka suara kembali


"Gue gak tau mau jelasin ini semua mulai dari man.."

"JELASIN SEMUA!" potong Fahmi

"Oke-oke. Tapi gue minta pengertian nya ke kalian semua jangan ada yang nyela ucapan gue karena itu hanya akan membuat gue takut cerita ke kalian. Gue itu mau ceritain semua nya tanpa tersisa dan tanpa ditutup-tutupin lagi" Vika menatap teman teman nya dengan takut takut cemas. Galih dan Nata menganggung setuju,sedangkan Fahmi dan Haluna hanya diam dengan pikiran nya masing masing.

Vika menarik nafas dalam dalam. Mempersiapkan mental takut nya dia langsung di gerek ke rumah kosong lalu di habisi nyawa nya atau di seret ke penjara untuk mempertanggung jawabkan apa yang dia lakukan. Vika sudah siap mengambil resiko

Vika menjelaskan benar benar semua nya tanpa ada yang di tutup-tutupi. Mulai dari ayah nya yang tertabrak dan kritis lalu dia kehabisan biaya untuk perawatan ayah nya. Om Danu yang merencanakan semua hal itu, Vika hanya mengikuti saja. Sebenarnya dia juga tidak tega dengan Haluna,dia juga masih punya hati nurani. Tapi apa daya dia yang tinggal sebatang kara hanya dengan ayah nya saja,ibu nya pergi entah kemana. Vika tidak mau ayah nya kenapa-napa,hanya beliau yang ia punya. Apa pun akan ia lakukan termasuk menghancurkan harga diri dan persahabatannya.

Memang benar,waktu itu Vika sempat jatuh cinta sama Fahmi tapi ia juga sadar kalau Fahmi dan Haluna tidak bisa di pisahkan walau di hancurkan berulang kali. Cinta mereka tak bisa di kalahkan.

Vika juga menjelaskan tentang bagaimana dia bisa ada di kamar Fahmi dengan keadaan seperti itu dan setiap perkataan om Danu kemarin. Tanpa ia sadari air mata penyesalan itu turun dengan sendiri nya,mengalir begitu saja. Rasa nya perlahan beban yang ada di hidup nya sedikit demi sedikit mulai luruh. Dan tergantikan dengan kecemasan akan teman teman nya yang masih mau menerima dia lagi atau tidak. Bahkan hanya untuk sekedar memaafkan saja itu sudah lebih dari cukup.

Tatapan teman teman nya membuat nyali Vika seketika menciut. Ia merasa sudah seperti penjahat level bahaya. Semua menjadi rumit,lebih menyeramkan dari yang ia bayangkan. Diantara yang lain tatapan Fahmi lah yang paling menusuk hati nya, benar benar menakutkan. Seperti hewan yang ingin memangsa buruan nya. Tatapan itu berapi-api. Rahang nya sudah mengeras,tangan nya pun Fahmi kepal kuat kuat. Baru kali ini Vika melihat Fahmi semarah itu terlebih lagi karena ulah nya

"Dari awal gue juga udh duga kalo lo itu kerja sama ama bokap gue,gila ya lo!bisa ngejalanin skenario bodoh lo. Lo itu udh sama aja kaya sampah! Menjijikan!!!" Fahmi tersenyum meremehkan

Yang lain hanya diam menanggapi penjelasan dari Vika. Mereka pikir tidak akan separah ini ternyata benar kata Fahmi, "menjijikan". Dan masalah Vika yang tertidur di kamar Fahmi mereka tidak tau sama sekali. Makanya mereka sangat kaget dengan perkataan Vika

"Makasih Vika udh ngomong sama kita,walaupun sangat nyakitin. Luna harap Vika sadar apa yang Vika lakuin. Nata,Galih,Fahmi. Luna pulang duluan" Haluna dengan cepat keluar dari cafe dan langsung menghubungi Fasha untuk segera menjemput nya.

HALUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang