Bab 29

213 14 10
                                    

"Assalamualaikum Lunaaaa!!!" teriak Nata.

"Waalaikumsalam." sahut Fasha.

"Eh bang, Haluna nya ada?"

"Ada noh di kamar. Langsung ke sana aja ya." Nata mengangguk mengiyakan, lalu segera melangkah menuju kamar Haluna.

Sesampainya Nata di depan pintu kamar Haluna yang terdapat gantungan yang berisi tulisan 'pacar sah nya Do kyungsoo'. Nata hanya menggeleng setiap kali melihat tulisan itu.

Dibuka nya pintu kamar Haluna tanpa permisi,"Lun?" tanya Nata kala melihat Haluna yang tengah terduduk melamun seraya memegang lutut nya.

Haluna tak menjawab. Mungkin ia tidak menyadari keberadaan Nata yang kini menatap nya dengan cemas.

Nata menghampiri Haluna. Memeluk nya dari samping, sambil meneteskan air mata. Nata memang sahabat yang benar-benar sehati. Ia akan ikut menangis jika Haluna menangis. Ikut senang jika Haluna senang, pun demikian. Mereka seperti saudara sekandung. Satu pemikiran, satu hati.

"Lo gak boleh kaya gini terusss!"

"Lo harus kuat."

"Masih ada hari-hari yang menunggu buat lo perjuangin Lun."

"Jangan lemah gini. Nanti gue juga lemah."

"Gue gak mau kehilangan lo. Cukup Vika aja, lo jangan. Lo gak boleh!" Nata menangis sesegukan. Haluna yang mendengar ocehan Nata tersenyum hangat. 'Ternyata masih ada sahabat yang benar-benar sahabat.'

Haluna melepas pelukan Nata. Di tatapnya mata sang sahabat yang sudah basah itu. Perlahan tangan Haluna bergerak mengelap setiap tetes air mata yang meninggalkan bekas di pipi gadis di hadapannya ini. Haluna tersenyum tulus.

"Udh jangan nangis, Nata jelek klo nangis, hahah." tawa Haluna.

Nata semakin menangis meraung-raung, Haluna mengerutkan kening ningung.

"Nata kenapa si ih? Udh jangan nangis, Luna aja udh gak nangis."

"Lo ketawa nya kaya orang kepaksa. Ketawanya gak ikhlas. Gue tau lo pura-pura baik-baik aja, huahhhh!" Nata menggusak-gusakkan wajah nya dengan tangan nya sendiri. Sudah seperti anak kecil yang menangis tidak di belikan mainan.

"Tuh kan Luna tuh apa apa selalu salah, gak pernah bener. Luna emang gak ada guna nya, cuma bisa buat orang lain susah. Tersiksa ama keberadaan Luna." ucap Haluna sedih.

Nata terdiam. Benar juga, bukan begini cara nya memperbaiki keadaan Haluna. Ini akan membuat nya semakin merasa bersalah.

Nata merapikan rambut nya yang sedikit berantakan. Di elap nya sisa air mata di pipi nya itu, "oke-oke. Gue gak nangis lagi, asal lo jangan sedih lagi." Haluna mengangguk setuju.

"Gue kesini ada kabar baik buat lo." ujar Nata semangat. Mata Haluna berbinar, tidak sabar mendengar kabar baik yang di bawa Nata.

"Kabar baik apa?"

"Fahmi Lunnnn."

Haluna tersentak mendengar nama kekasihnya, "Amii.. Ami kenapa Nat?"

"Fahmiiiiiii" Nata menggantung ucapannya. Hal itu membuat Haluna kesal.

"ADA APA SAMA AMI NATA?!"

"Ih ngegas aja niii." kekeh Nata, Haluna mengerecutkan bibir kesal.

"Fahmi udh sadar."

Haluna terdiam. Mendengar itu membuat hati nya kembali hangat, kembali ceria dan kembali cair. Ia menangis. Bukan tangisan sedih, melainkan tangisan kebahagiaan. Sedikit kecewa karena saat mata indah itu terbuka bukan Haluna lah yang pertama kali ia lihat.

HALUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang