"Bang kita hangout yuuu."
"Kemana?"
"Kita ngemall aja bang. Udh lama banget kan kita gak quality time."
Fasha nampak berpikir sejenak. Memikirkan ajakan adik perempuannya itu. Sebenarnya ia malas sekali pergi ke luar, apalagi jalan wara-wiri di dalam mall. Membayangkan kaki nya yang mungkin akan pegal atau betis nya yang membesar. Maaf, Fasha memang selebay itu sekarang.
"Ayolah bang Aca." Haluna menggoyang-goyang kan tangan Fasha, merengek seperti anak kecil.
"Ini kan hari terakhri Luna milikin bang Aca seutuh nya."Fasha menoyor kening Haluna, "lo kira gue mau nikah besok apa ya! Lagi juga biarpun gue udh nikah, lo masih bisa milikin gue karena gue abang lo dan lo itu ade kesayangan gue. Ngerti?"
"Tapi kan bang Aca udh jadi milik cewek lain. Nanti Luna gak bisa nyelonong masuk ke kamar abang, gak bisa obrak abrik baju bang Aca di lemari, gak bisa bobo bareng." Haluna memasang wajah sedih nya.
"Heh! Bobo bareng itu udh lama ya! Waktu lo masih SMA, sekarang kan udh nggak. Jangan di bawa bawa dong."
"Yaudh bobo sekarang aja bang Aca, Luna mau kok." Ujar Haluna dengan polos nya. Fasha mendengus berat.
"Kita udh gede, yakali dah."
"Yaelah bang, gitu banget."
Fasha bangkit dari duduk nya, lalu berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamar nya. "Tunggu luar, nanti gue nyusul."
Kening gadis itu berkerut, "mau kemana bang?"
"Jadi ngemall gak?"
Dengan semangat 45, Haluna buru-buru keluar dari kamar Fasha seraya berkata, "meluncurrr!!!"
Sesampai nya mereka di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Haluna terus menggandeng lengan Fasha. Tidak peduli Sasa akan cemburu atau tidak melihat nya bertingkah seperti ini dengan kekasih nya. Haluna ingin menghabiskan waktu bersama Fasha sebelum acara tunangannya berlangsung. Hari-H tinggal menunggu besok. Namun ada segelintir rasa sedih di dalam hati Haluna. Entah apa penyebab nya, yang jelas ia tidak boleh bersedih atas bahagia kakak nya itu.
Mereka sepakat untuk mengisi perut sebelum berjalan-jalan diantara banyak nya orang di dalam mall. Mengisi tenaga terlebih dahulu adalah pilihan yang paling tepat.
"Bang Aca." Panggil Haluna.
"Hmmm?" Fasha hanya berdehem seraya mengunyah makanan nya.
"Luna ke toilet dulu ya."
"Hmmm."
Haluna bergumam, "ish, kaya gak punya mulut aja dari tadi ham hem ham hem mulu. Nyebelin!"
Di dalam toilet wanita yang sepi, Haluna melihat dirinya di pantulan cermin. Ia meringis, "Luna kok gemukan ya? Pokonya pas pulang harus diet!" Katanya pada diri nya sendiri.
Haluna terdiam, mendengar percakapan yang ia rasa suara itu tidak asing.
"Besok kamu harus lebih akrab sama kakak kamu ya. Tunjukin kalo kita itu kekuarga yang harmonis."
"Tapi kalo kakak nya malah kesel sama Fania gimana mah?"
"Jangan ngomong gitu sayang. Kakak kamu sebenarnya itu baik. Cuma butuh waktu aja, sabar ya."
"Hmm, iya mah."
Haluna membalikkan badannya, melihat Fania si anak kecil yang manis kini sudah bertambah tinggi. Tapi tetap saja wajah nya tidak berubah.
"Fania ya?"
"Kak Luna!!" Ucap Fania senang dan langsung memeluk Haluna erat.
"Udh lama ya kita gak ketemu lagi. Kamu udh nambah tinggi. Dan makin manis. Sampe kalah aku." Kekeh nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HALUNA (END)
Teen FictionMencintai bukanlah perihal waktu, Bosan tidak nya itu urusan ku. Karena di cerita ini kalian akan mengenalku dengan 'gadis yang tak kenal waktu' Maksudnya, bukan karena aku tidak mengetahui setiap jam nya ya! Jam tetaplah tolak ukur waktu. 1 jam te...