Bab 4

568 42 1
                                    

Fahmi menepuk jidat nya. "Mampus!"

"Kenapa?" tanya Haluna.

"Konci motor gue di dalem lagi."

"Ya ambil dong bang ganteng."

"Lo gila! Kan gue lagi marah sama bokap gue, gue pergi dari sini trs gue tiba-tiba balik lagi gitu? malu lah!"

"Emang kita mau ke mana si?" Tanya Haluna lagi.

"Gue mau ke rumah Galih, lo balik aja sana."

"Enak aja! Luna jauh jauh ke sini tuh mau ketemu Ami tapi malah di usir." Haluna mengerecutkan bibir nya gemas.

"Gue mau jalan."

"Ya gpp, deket ini kan?" Fahmi tak menggubris ucapan Haluna,dia langsung berjalan ke rumah Galih. Haluna mengekori nya.

Sesampainya di depan rumah Galih, pagar nya terkunci rapat.

"Galih" panggil Fahmi.

"Woii Galahhhh keluar dong." Haluna berteriak dengan kencang nya sehingga membuat Fahmi menutup kedua telinga nya.

"Kayanya Galah gak ada deh." Haluna memandangi rumah Galih yang nampak sepi seraya menaiki pager seperti maling.

"Coba telpon si Galah." sambung nya.

Fahmi memeriksa seluruh kantong celana nya, tapi...

"Ketinggalan di ruang tamu lagi." kekeh Fahmi.

"Nih pake hp Luna aja." Haluna menyodorkan hp nya.

Fahmi terkejut,saat melihat wallpaper hp Haluna adalah foto nya. Fahmi menoleh ke arah Haluna, tapi Haluna tidak menyadari nya karena ia sibuk memanggil nama Galih. Tanpa di sadari kini sebuah senyuman tipis menghiasi bibir Fahmi.

Fahmi menempelkan hp Haluna di telinga nya, dan mulai berbicara pada Galih saat Galih mengangkat telpon nya.

"Lih lo di mana si,gue di depan rumah lo nih." ucap Fahmi.

"$#&$#"

"Yaudh gue ke sono."

Setelah menutup panggilan dengan Galih, Fahmi mengembalikan hp Haluna.

"Gimana?" tanya Haluna.

"Galih lagi di rumah Irwan, gue mau ke sana. Lo balik aja mending, rumah Irwan jauh gue gak ada motor." jelas Fahmi.

"Kan bisa naek kendaraan umum, Luna gpp ko. Luna mau ikut ya." pinta nya.

"Kenapa lo mau ikut gue?"

"Luna tau pasti dompet Ami ketinggalan juga yakan?" Haluna menaik-turunkan alis nya. Fahmi memeriksa kantong celana nya lagi.

"Astagfirullah,kenapa di saat kaya gini malah jadi miskin si gue!" Fahmi mengusap wajah gusar.

"Mungkin Allah murka sama Ami gara gara ngelawan sama om Danu." Fahmi terdiam. Tak bisa berkata-kata lagi ,karena yang di katakan gadis ini adalah benar. Ia benar-benar membenci om Danu.

"Ayo cepetan ke rumah Irwanan,nanti ke maleman."

"Tapi.." Haluna memotong ucapan Fahmi.

"Gpp, kali ini Luna yang ongkosin."

"Jangan! Gue gak enak."

"Yaudh gini, sekarang Luna ongkosin tapi selama seminggu ini Ami harus anter Luna pulang sekolah. Setuju?" Haluna menjulurkan tangannya. Lalu Fahmi dengan ragu membalas juluran tangan nya.

Mereka duduk di dalam bis umum bersebelahan , Fahmi duduk di dekat jendela dan Haluna di pinggir nya. Sepanjang jalan Fahmi memperhatikan jalanan yang terlihat di jendela, maklum lah ia jarang sekali ada di kendaraan seperti ini.

Haluna menatap Fahmi dengan serius, ingin rasanya ia memeluk Fahmi sekilas untuk sekedar menenangkan tapi ia tak berani melakukan itu.

Fahmi di asuh oleh nenek nya sejak ia berusia 7 tahun, orang tua nya sibuk bekerja. Mereka bahkan hampir setiap bulan pergi ke luar kota dan keluar negeri,beberapa minggu juga harus lembur kerja. Kadang Fahmi suka tak melihat kedua orang tua nya seharian, karena mereka suka lembur dan berangkat kerja sangat pagi. Saat Fahmi belum terbangun dari tidur nya.

Bahkan sampai sekarang ia tidak pernah lagi bertemu dengan ibu nya. Tau keberadaan nya pun tidak.

Sebanarnya Fahmi dan Haluna kenal dari kecil, dulu mereka bertetangga dan sangat akrab. Fahmi ini anak satu satu nya, kedua orang tua Fahmi ingin sekali punya anak perempuan, jadi Haluna lah yang di anggap sebagai anak kandung nya.

Om Danu dan papa Putra pun dulu nya rekan bisnis,mereka sudah seperti saudara. Selalu liburan bersama, bisnis bersama ,pokoknya mereka sangat dekat. Sampai pada akhirnya ada orang yang mengadu domba dan memfitnah om Danu melakukan korupsi, om Danu sempat di penjara dan keluarga Fahmi bangkrut.

Setelah papa Putra mengetahui yang sebenarnya akhirnya om Danu bisa di keluarkan dari penjara, dan di bersihkan namanya. Tapi om Danu masih geram dengan papa Putra, keluarga om Danu memutuskan untuk pindah dan tidak berkomunikasi lagi dengan keluarga papa Putra.

Setelah anak mereka sudah SMA, ternyata bersekolah di tempat yang sama. Om Danu semakin menjadi-jadi, ia berfikir bahwa papa Putra masih ingin mengganggu hidup nya, sampai-sampai Haluna di jadikan alat untuk menguntit keluarga Om Danu. Padahal nyatanya tidak seperti itu, Haluna dan Fahmi memang bersekolah di tempat yang sama tapi itu semua tidak ada yang di rencanakan. Semua sudah menjadi takdir.

Makin ke sini om Danu semakin temperamental , semakin ia melihat Haluna dekat dengan Fahmi maka semakin menjadi-jadi amarah nya.

Ya, seperti yang di alami Fahmi sekarang ini. Dia bahkan sudah sering pergi dari rumah, tapi tak lama ia kembali lagi. Bukan karena papa nya, melainkan orang yang selama ini menjaga nya. Yaitu Nek Dian.

"Udh sampe,buruan turun." Ucap Fahmi yang membuat lamunan Haluna buyar.

"Oh udh sampe ya." Haluna menggaruk kepala nya yg tidak gatal.


****

"Misi bang boleh masuk?" Fahmi berdiri di ambang pintu rumah Irwan.

Irwan melemparkan kulit kacang ke arah Fahmi, "masuk aja si, kaya orang asing aja lo."

Haluna yang sedari tadi berdiri di balik punggung Fahmi kini bergeser dan langsung masuk ke dalam rumah Irwan. Galih dan Irwan saling bertatapan bingung

"Bagi minum dong, Luna aus." Haluna merampas minuman yg masih di segel dari tangan Galih.

"Minum gue itu, belom gue buka lagi. Pamali lo!" protes Galih.

"Gpp, Luna kan aus dapet pahala nanti Galah karena bantuin orang yang lagi ke ausan." Haluna mengembalikan minuman yang tinggal seperempat pada Galih, Galih hanya memasang wajah sebal nya.

"Ko lo bisa sama dia si Mi? Jangan jangan lo.." Fahmi memotong ucapan Irwan.

"Gak usah mikir yang macem macem,nanti gue jelasin. Panjang soal nya." Fahmi memperhatikan Haluna yang sedang berdebat dengan Galih.

Ternyata manusia ini cantik juga---

HALUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang