Haluna berjalan kembali ke meja yang di sana masih ada Nata. Sambil menuntun Fania--si anak kecil yang manis nya full.
"Kamu mau aku beliin es krim lagi?" Tanya Haluna. Fania menggeleng, "gak usah kak."
"Oiya, kamu ke sini sama siapa?"
"Sama mama."
"Nahhh itu mama ku kak." Fania menunjuk wanita yang begitu modis berjalan ke arah nya. Kan benar, ibu nya juga sama cantik nya. Tapi...tunggu deh! Seperti nya Haluna pernah melihat nya.
"Faniaaa. Kamu dari mana aja si sayang? Mama cariin kamu dari tadi tapi gak ketemu." Ucap nya khawatir.
Kemudian Fania menjelaskan dengan detail apa yang terjadi beberapa menit lalu. Melihat gaya bahasa nya, seperti orang yang sudah dewasa dan berpendidikan. Sangat sopan.
Setelah mendengar penjelasan Fania, wanita itu menoleh ke arah Haluna. "Maafin anak saya ya."
"Gpp tante, namanya juga anak kecil."
"Yaudh klo gitu kami pamit pulang dulu ya. Kak--siapa namanya?"
"Saya Haluna tante, panggil aja Luna."
Wanita itu terdiam sejenak. Entah apa yang di pikirkan nya. Atau mungkin, ia pernah mengenal Haluna sama seperti perasaan Haluna yang pernah melihat wanita ini.
Wanita itu tersenyum ramah,"Kami pamit dulu ya kak Luna."
"Dahhh kak. Semoga kita ketemu lagi ya." Fania mencium punggung tangan Haluna. Ya Tuhan, anak ini begitu manis. Boleh tidak di bawa pulang saja?
Haluna membungkukkan badannya mensejajarkan anak kecil ini, "nanti klo kita ketemu lagi, kita main lebih lama ya. Mau kan?"
Fania tersenyum, "mau kak!" katanya semangat.
Setelah Fania dan wanita itu pergi. Nata yang sedari tadi melihat mereka bercakap-cakap tanpa melibatkan nya, bertanya dengan penasaran. "Itu siapa?" Haluna mengangkat kedua bahu nya.
"Kok bisa deket gitu?"
"Luna gak tau Nataaa. Luna baru ketemu sama Fania tadi. Pas dia nabrak Luna."
"Cantik banget."
"Iya emang Luna cantik, baru tau?"
"Yehhh. Fania nya. Bukan lo."
"Lagi ngeributin apa si?" kata Fahmi tiba-tiba tepat di belakang Haluna dan Nata. Tentu nya dapat respon heboh dari Haluna, "Amiiii.. Kok ada di sini? Dari kapan? Katanya gak bisa temenin Luna tapi kok malah tiba-tiba dateng, gak ngabarin dulu lagi." Haluna mengerecutkan bibir nya, melihat itu Fahmi jadi berpikir untuk----
"Nggak. Gak boleh." Fahmi menggelengkan kepala nya bermaksud mengenyahkan pikiran yang 'tidak-tidak'
"Apanya yang gak boleh?" tanya Haluna bingung. Kan tidak nyambung dengan pertanyaan nya tadi. Fahmi ini sedang berpikir apa?
"Lagi ngebahas apa si tadi?" Fahmi mengalihkan pembicaraan.
"Luna punya temen baru. Manissss banget."
"Mana ada temen baru. Orang bocah kecil gitu kok di jadiin temen." celetuk Nata.
"Jangan gitu dong Nata! Siapa tau Luna bisa ketemu lagi sama Fania, kan bisa di ajak main."
Nata tak menggubris ucapan Haluna. Pandangan nya kini terkunci oleh laki-laki di hadapannya yang juga menatap nya sedari tadi. Hati nya sedikit bergetar. Ingin sekali Nata mendekat untuk melayangkan tamparan yang bisa berbekas 2 atau 3 hari, untuk membalas waktu yang ia buang sia-sia hanya untuk menangisi laki-laki menyebalkan ini. Bagi nya, salah satu hal yang berharga di hidupnya adalah waktu. Jadi ia akan keberatan jika seseorang telah membuang-buang waktu yang berharga itu. Karena waktu tak bisa di putar, di jilat dan di celupin. Eh bukan ,maksud nya waktu tak bisa di putar atau di ulangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALUNA (END)
Roman pour AdolescentsMencintai bukanlah perihal waktu, Bosan tidak nya itu urusan ku. Karena di cerita ini kalian akan mengenalku dengan 'gadis yang tak kenal waktu' Maksudnya, bukan karena aku tidak mengetahui setiap jam nya ya! Jam tetaplah tolak ukur waktu. 1 jam te...