Bab 21

248 14 2
                                    

Instagram ~ kartikatri.p_





















Happy reading kalean:)










Haluna POV

Hari minggu ini aku sengaja bangun pagi. Karena aku ingin pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku novel. Aku pergi sendiri. Tak tau rasa nya ingin saja pergi seorang diri. Dulu aku benci sekali dengan kesendirian, kemana-mana harus ada yang antar. Sekalipun itu bang Fasha.

Aku berjalan dengan gontai memasuki salah satu mall di kota ku. Mata ku tertuju pada toko buku yang terletak di pojok itu. Dengan mood yang baik aku segera memasuki nya lalu mencari-cari novel yang menarik.

Setelah cukup sesi melihat-lihat ,aku menghampiri kasir dan membawa 3 buku novel.

Aku mengambil dompet lalu berniat ingin membayar sesuai harga yang si mbak kasir itu sebutkan.

Tapi seseorang di samping ku lebih dulu menyodorkan uang ke si mbak kasir. Aku menoleh ke arah nya, betapa muak nya aku melihat seseorang yang berhati bak iblis itu.

"Saya bisa bayar sendiri." ujar ku.

"Tidak-tidak. Biar om yang bayar."

Aku menepis tangan nya yang mulai memberi kan uang ke mbak kasir dengan paksa. Bukan nya aku songong, tapi aku refleks.

"Maaf. Tidak usah ikut campur dengan urusan saya lagi." kata ku tegas. Lalu aku segera membayar dan secepat mungkin pergi dari orang itu.

Aku berjalan tergesa-gesa sambil sesekali menengok ke arah belakang, takut-takut om Danu mengikuti ku.

Dan--

Ya! Benar saja. Dia mengikuti ku terang-terangan, tanpa sembunyi-sembunyi. Ia berjalan dengan begitu santai. Sambil memasukan tangan nya ke saku celana kerja nya.

Saat sampai di depan mall aku mencari-cari kendaraan yang bisa aku tumpangi untuk pulang. Tapi tak ada satu pun kendaraan umum yang lewat. Ah sial!

Aku menyadari om Danu berjalan semakin mendekat ke arah ku. Aku takut. Aku menggigit bibir bawah ku menahan tangis. Bulu kuduk ku merinding. Dia sudah seperti setan saja. Lebih tepat nya iblis.

Om Danu berdiri di samping ku. Tatapan nya lurus ke jalanan.

"Mau sampai kapan kamu lari?"

"Oh ya! Lebih tepat nya mau sampai kapan kamu bersama putra saya?" katanya.

Aku tersenyum hambar mendengar perkataan putra saya , rasanya aneh. Dan tak pantas juga dia di sebut seorang ayah. Karena tak pernah memberi kebahagiaan untuk anak nya.

"Bahkan anda tidak nampak seperti seorang ayah."

Om Danu mengelus kepala ku tapi lama-lama elusan itu berubah jadi tarikan. Aku meringis saat kepala ku tiba-tiba pusing karena perlakuan om Danu. "Aw sakit om!"

"Kamu tau hal apa saja yang bisa saya lakukan ke kamu, Haluna?" aku mengangguk mengiyakan saja. Biar cepat selesai.

"Kalo kamu gak jauhin anak saya, kamu bakalan yang jauh dari Fahmi bahkan semua nya! Kamu bakalan jauh selama-lama nya." om Danu melepaskan rambut ku dengan kasar.

Tak ku sadari air mata itu turun dengan lancar nya. Membasahi pipi ku. Aku malu sekarang jadi pusat perhatian semua orang.

"Berhentilah menangis, jangan buat ku malu!" kata om Danu dengan nada marah di tahan.

Mata ku sudah memburam karena terhalang air mata. Tapi aku masih bisa melihat ada 2orang yang mendekat ke arah ku.

Vika dan Irwan.

Ya itu mereka.

"Haluna lo gpp?" tanya Irwan. Aku menggeleng pelan sambil menahan tangis.

Om Danu pergi begitu saja setelah Vika membisikan sesuatu. Aneh. Ada yang aku takuti kali ini. Aku takut Vika masih berurusan lagi dengan om Danu dan Irwan pun ikut juga. Karena sekarang Irwan dan Vika nampak begitu dekat. Aku takut Irwan juga ikut di hasut untuk menghancurkan hubungan ku dengan Fahmi

HALUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang