Bab 9

414 30 0
                                    

"Kata nya ayah lo kangen sama gue. Gue kira ayah lo cuma sakit biasa, lah ini? Lagi kritis, gimana dia bilang nya klo dia kangen sama gue? Lo mau bohongin gue!"

"Maafin gue Mi,gue ngelakuin ini biar bisa trs sama lo"

Fahmi memijit pelipis nya frustasi "tapi lo gk harus bohongin gue gini. Lo gk kaya biasa nya Vik,kita kenal udh lumayan lama tapi sikap lo kaya orang baru kenal"

Vika menundukan kepala nya "sorry. Tapi gue pengen di temenin sama lo, lo kan tau mama sma ayah gue udh lama pisah. Di saat ayah gue kaya gini mana mau mama gue nengokin. Gue kesepian Mi, gue butuh lo di sini"

Fahmi membawa Vika ke dalam pelukan nya "gk perlu ngerasa sendirian ada gue. Lo punya temen, punya Nata dan Haluna juga yg udh jadi sahabat lo"

Mendapat perlakuan seperti itu oleh Fahmi membuat Vika semakin merasa nyaman.

Vika melonggarkan pelukan nya "gue sayang sama lo Mi" satu ciuman berhasil mendarat di pipi kanan Fahmi.

Fahmi dengan jelas merasakan bibir Vika menempel di pipi nya. Cukup lama dan cukup membuat hati Fahmi ingin keluar dari tempat nya. Bagaimana tidak? Ini adalah kali pertama nya seorang gadis yg cantik dan mempunyai body goals mencium nya dengan cuma-cuma. Nikmat Tuhan yg mana yg engkau dustakan?

Fahmi menggaruk leher belakang nya yg tidak gatal "ee.. Gue ke toilet sebentar" Vika menganggukan kepala nya pelan.

Vika menghampiri ayah nya yg tak berdaya di kasur rumah sakit, ia tak menyangka ayah nya bisa seperti ini.

Pada malam itu ayah Vika ada tugas pekerjaan yg harus di lakukan di luar kota. Ia pergi saat larut malam, tepat nya saat Vika sudah berada di alam mimpi nya.

Ia pergi hanya meninggalkan sepucuk surat yg di letakan di atas nakas kamar Vika . Bukan tanpa alasan sang ayah hanya tidak ingin membangunkan putri satu-satu nya.

Saat dalam perjalanan tiba-tiba mobil yg di kendarai ayah Vika tertabrak oleh truck molen. Kejadian itu di sebabkan karena supir truck mengantuk dan pada akhirnya menabrak mobil mewah milik ayah Vika.

Mengingat kejadian di malam itu membuat mata nya terasa panas, tubuh nya seketika melemas. Vika menggigit bibir bawahnya berusaha menahan air mata yg sudah menumpuk di kelopak mata nya.

"Don't cry" Fahmi menepuk pundak Vika menenangkan.

Tak dapat di pungkiri kini cairan bening itu berhasil jatuh dan membasahi pipi nya. Vika sudah tak sanggup menahan sesak di dada nya,ia butuh sandaran. Butuh seseorang yg bisa membuat nya merasa lebih tenang, dan Fahmi lah orang nya.

Lagi dan lagi Fahmi membawa Vika ke dalam pelukan nya. Kehangatan dan aroma badan Fahmi membuat siapa pun yg di peluk oleh nya merasa nyaman.

Krek..

Seseorang dengan pelan membuka pintu dan menyaksikan Fahmi memeluk Vika dengan erat. Bisa terlihat jelas Vika nampak tak ingin kehilangan laki-laki itu.

"Haluna" Fahmi melepas pelukan secara sepihak

"Maaf Luna dateng di saat yg gk tepat" Haluna membalikan badan nya dan langsung pergi meninggalkan mereka.

Haluna POV

Kenapa hati ku terasa sesak seperti ini?
Kenapa otak ku selalu berfikir yg tidak-tidak?
Seharus nya aku tidak perlu punya pikiran seperti ini. Vika sahabat ku, ia seperti saudara bagi ku.

Tidak mungkin ia melakukan hal yg menyakiti ku bukan?
Aku mengenal baik dia.
Ku harap ia tak punya niatan untuk mengancurkan kebahagian ku.

Berlebihan? Ku rasa tidak.
Semua orang pun akan sakit hati bila seorang yg ia cintai di rebut oleh orang lain.
Terlebih itu adalah sahabat nya sendiri.

"Lun lo mau ke mana?"

Lamunan ku buyar saat seseorang menahan langkah ku dan berbicara pada ku seolah tak terjadi apa pun. Aku menoleh ke arah gadis cantik yg tadi sempat berpelukan dengan orang yg sudah menjadi bagian dari hidup ku.

Aku memandang wajah cantik nya dengan tidak jelas. Mata ku sudah hampir tertutup dengan air mata yg dari tadi aku tahan agar tidak keluar.

Tanpa menjawab ucapan Vika aku berjalan meninggalkan nya. Aku hanya tak ingin mengeluarkan kata-kata yg akan menyakiti perasaan sahabat ku.

"Kenapa? Lo sedih? Sakit hati? Lo benci sama gue? Benci aja. Gue gk perduli" perkataan Vika membuat langkah ku terhenti dan kepala ku mendapat rangsangan untuk menoleh ke arah nya.

"Kenapa? Lo yg kenapa! Kenapa sifat lo jadi seperti iblis,bahkan lebih" Aku mengganti ucapan ku dengan sebutan lo-gue

Vika tertawa renyah sambil melipat tangan nya di dada "Semua karena cinta Lun. Cinta gk mandang dia punya SAHABAT kita atau pun musuh besar kita" ia menekankan kata SAHABAT

"Apa lo gk nyadar Fahmi sama lo itu sikap nya jauh beda sama Fahmi ke gue? Fahmi itu keliatan nyaman sama gue. Dia bisa bersikap manis sama gue, bahkan dia peluk gue. Sedangkan Lo?  Dia kaya gk nganggep lo ada kan? Nyadar diri deh Lun bukan lo yg dia mau. Jadi gue minta lo jauhin Fahmi, itu jga klo lo mau liat dia bahagia" lanjut nya.

•••

Tidak semua orang berhati emas
Kadang  yang kita percaya justru orang yang paling mengecewakan.

Entah karena memang dia yang jahat atau aku yang terlalu bodoh
Aku tidak pernah berfikir orang yang selama ini dekat dengan ku malah membuat ku terluka sehebat ini

Padahal dulu nya dia yang paling tidak terima jika ada yang melukai ku.
Tapi itu dulu ,saat cinta belum menghancurkan persahabatan ku dengan nya.

Ku rasa bukan cinta yang salah.
Cinta tidak pernah salah kawan!
Mungkin ini memang sudah takdir nya.
Silahkan pergi bersama nya. Aku rela kau bahagia.

Vika benar, dan mulai sekarang aku akan menjauh dari nya. Aku hanya ingin melihat nya bahagia, walaupun bukan dengan ku. Aku kan coba itu.

HALUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang