Bab 13

341 25 0
                                    

Haluna POV

"Semua gk sesuai sama yang lo lihat Lun"

Hanya itu kata kata terakhir yang ku dengar dari mulut Fahmi. Sakit?Ya. Bahkan sangat. aku sendiri masih tak percaya dengan kejadian yang baru saja ku saksikan dengan kedua bola mata ku ini.

Oh ya ampun.. Terima kasih tuan,kau telah memberikan luka yang sebegitu sempurna sehingga aku berubah menjadi orang yang terpaksa untuk tegar. Ku mohon jangan salahkan aku yang terlalu berharap,tapi siapa yang memberi harap. Dan jangan salahkan cinta yang hadir tanpa di minta ,sebab kau lah yang membuat rasa cinta itu muncul.

Bukan kau yang berubah tapi hari ini secara tak langsung kau sudah menunjukan sifat asli mu.

Terima kasih juga karena kau sudah pernah membuat aku menjadi wanita yang paling sempurna ,walau pada akhirnya mungkin aku lah wanita yang paling malang di dunia ini. Tapi tak apa,lama lama juga akan terbiasa. seperti dulu,aku sudah mulai terbiasa akan sikap mu namun dengan tiba tiba kau berbeda seperti tak biasanya.

Dengan gontai nya aku berjalan membelah keramaian trotoar yang sekarang aku pijaki. Mata ku sembab,aku yakin penampilan ku pasti kacau dan karena kesedihan yang berlarut akhirnya aku berhasil membuat seluruh pejalan kaki bahkan pengendara motor memandangi ku dengan tatapan heran.

Tak apa,aku tak pedulikan itu semua. Yang terpenting sekarang adalah aku ingin cepat cepat sampai rumah!

Hari ini aku begitu sial! Mulai dari kejadian yang tak ingin ku ingat lagi(walaupun mustahil),sampai sampai kendaraan umum yang ku tumpangi mendadak mogok dan terpaksa harus mencari kendaraan umum yang lain. Miris nya tak ada satu kendaraan umum pun yang berlalu lalang di sini,entah apa penyebab nya rasanya aku ingin mati saja sekarang.

Ditambah rintikan hujan yang dengan sesuka hati membasahi bumi.  Seolah mewakili perasaan ku saat ini. Namun jika di tambah petir yang dengan semangat menghiasi awan yang menggelap itu,aku rasa akan lebih pas menggambarkan hati dan juga pikiran ku hari ini. Dengan begitu,aku bisa lebih tenang menangis tanpa di ketahui dan berteriak tanpa terdengar.

Tin.. Tin.. Tin!!

Suara klakson mobil berhasil membuat ku tersadar dari lamunan. Aku menoleh untuk mengetahui siapa yang membunyikan klakson itu,pasalnya aku tidak melakukan apa-apa yang mengganggu si empunya mobil itu. Aku berjalan di trotoar bukan di tengah-tengah jalanan jadi tak seharusnya ia melakukan seperti itu bukan?

"Lun lo ngapain di sini?"

"Jalan."

"Yaa gue juga tau lo lagi jalan. Maksud gue ngapain jalan? Kenapa gak naek kendaraan aja? Lo abis dari rumah Fahmi kan? Terus kenapa gak di anterin ama fahmi nya? Lo ngapain jalan ujan ujan gini?kenapa gak neduh dulu aja si?" cecar Irwan. Ya,betul. Itu Irwan. Entah kenapa di saat aku benar-benar kacau Irwan lah yang datang di saat yang tepat. Terlebih lagi kekacauan ku ini selalu di sebab kan oleh Fahmi. Ternyata orang yang paling punya banyak peluang mengecewakan itu orang yang paling kita cinta, ya.

"Gak usah banyak bacot deh. Anterin Luna pulang sekarang,Luna cape." ucap ku seaadanya.

Tanpa mengucapkan ba-bi-bu-be-bo Irwan dengan tenang menuntun ku sampai ke dalam mobil nya.

"Irwana?" tanya ku.

"Hmm?"

"Ini kursi penumpang nya basah sama Luna,gpp?"

Irwan menggeser posisi duduk nya sehingga berhadapan dengan ku, "gpp,soal basah bisa kering. Sekarang lo cerita apa yang terjadi sama lo? Mulai dari awal sampe akhir pokok nya ceritain."

"Luna gak bisa cerita sekarang."

"Kenapa?"

"Baju Luna basah dan Luna harus cepet cepet pulang,Luna juga laper. Jadi dari pada Irwana ngomong melulu mending jalan sekarang."

"Siap ibu bos!" ucap Irwan semangat seraya memberi hormat layak nya sedang upacara pendera.

Tak butuh waktu yang lama untuk menghabiskan waktu di jalanan kota yang sedang sepi ini. Lancar tanpa ada kemacetan seperti biasanya,mungkin karna hujan yang menyebabkan semua orang malas untuk berpergian.

Sesampainya di rumah ku,aku langsung masuk ke kamar dan segera mengganti pakaian ku yang basah ini. Tak ku gubris perkataan kakak ku,Fasha. Biar saja,nanti juga pasti si ikan Irwana itu akan memberi tahu nya.

***

Author POV

"Bangsat!" Irwan menggebrak meja dengan keras sehingga seluruh murid yang ada di dalam kelas pun menatap nya dengan bingung.

"Siapa yg lo bilang bangsat?" Fahmi berdiri dari duduk nya,ia mungkin tidak tau kesalahannya dimana.

"Maksud lo apa nyakitin Haluna? Dan maksud lo apa nidurin Vika? Udh ganteng banget lo boy?hah!" Irwan mencengkram kerah baju Fahmi dan wajah nya pun memerah seperti ada hasrat untuk membunuh.

"Gue gk lakuin itu. Gue di jebak,lo salah paham."

Buk!

Satu pukulan keras dengan mulus mendarat di pipi kanan Fahhmi. Kalian pasti sudah tau siapa yang memukul nya dengan murka. Ya,dia adalah Irwan. Semua yang ada di dalam kelas pun histeris, apa lagi para kaum hawa yang merasa iba karna sang idola di pukuli seperti itu,tak tega rasanya.

"Cukup!" Haluna menengahi.

"Cukup lo bilang Lun? Cowok bangsat kaya gini masih lo belain,di mana harga diri lo Lun?!"

"Luna gpp kok kalo misalnya Fahmi sama Vika,Luna bakalan ikhlasin. Luna gak sakit hati sama sekali,udh gpp. Luna mohon sama Irwana tolong jangan sakitin Fahmi,biarin aja anggep aja gak terjadi apa apa. Orang mau jahat sama kita, gpp. Biarin aja,nanti juga ada balesan nya. Gak usah cape cape buang tenaga."

"Gue gak ngerti ya apa yang ada di dalem pikiran lo." Ucap Irwan frustasi.

"Ini tuh sebenernya ada apaan si? Pada maen pukul pukul aja." ucap Galih yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari Nata.

"Anak kecil diem diem aja,ini urusan dewasa." bisik Nata.

"Gue udh gede malih." Bantah Galih.

"Udh ya cukup, gak usah ada yang nyakitin Fahmi lagi. Biarin aja dia mau nya kaya gimana juga terserah dia. Anggep aja gak pernah terjadi apa apa antara Luna dan Fahmi. Lupain aja,biarin dia bahagia." Haluna berbicara dengan lantang di depan teman  sekelasnya,entah apa maksud nya.

"Lun,jangan kaya gini. Kita omongin baik baik ya,ini cuma salah paham." ucap Fahmi.

"Selesaikan dulu urusan Fahmi dengan nya,setelah itu baru Fahmi bisa menemui Luna." Haluna tersenyum miris dan langsung meninggalkan Fahmi tanpa menghiraukan ucapan ucapan yang bisa membuat benteng pertahanannya runtuh.

•••••
Semoga author di beri ke-moodAn untuk menulis cerita ini terus😂

Happy reading😘

HALUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang