Mohon maaf untuk beberapa part akan ada bagian masalah antara Nata dan Galih. Tpi tetep ada tokoh utama nya kok (Haluna&Fahmi).
Tetep setia tungguin cerita mereka ya(:Happy reading kalean^^
•
•
•
•
•
•
•Pandangan Nata berkabut. Air mata nya sudah penuh di pelupuk mata, ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan nya. Berpura pura menjadi wanita yang 'sok tegar'.
Berjalan sendirian di trotoar jalan yang mulai ramai oleh pejalan kaki. Nafas nya memburu kala mengingat Galih yang berkata dengan tanpa dosa nya.
Kejadian buruk apa lagi yang akan menimpa hidup ku Tuhan? Pikir Nata.
Deru suara mesin motor membuat Nata memperlambat langkah kaki nya. Ia menengok ke samping. Tepat di sana Irwan yang masih duduk di atas motor nya. Dengan tatapan heran Irwan bertanya,"abis dari rumah Galih?"
Nata mengangguk sebagai jawaban.
"Kenapa balik nya gak di anterin?"
"Diaaa---lagi cape, gak mau di ganggu." Bohong Nata.
"Gak bisa gitu lah! Mau secape apa pun tetep aja cowok gak boleh dengan bodoh nya ngebiarin cewek nya pulang sendirian, apa lagi balik nya jalan."
"Gue gpp."
"Yaudh, buruan gue yang nganter lo balik." Irwan menarik pergelangan tangan Nata bermaksud mengajak nya naik ke motor nya.
Nata yang sudah kehabisan tenaga, tak kuat lagi untuk menolak. Akhirnya ia menuruti saja ajakan Irwan yang nanti nya akan menimbulkan masalah baru untuk diri nya sendiri.
Di lain tempat, Galih melihat dari kejauhan. Melihat Nata kembali dekat dengan Irwan. Bahkan di antar pulang. Nafas nya naik-turun mengatur emosi. Ingin sekali ia mempergoki langsung Nata yang pergi bersama laki-laki lain tanpa sepengetahuan nya.
Tapi niat itu ia urungkan. Entah mengapa rasanya Galih sudah malas berurusan dengan Irwan dan juga---Nata.
Setelah kepergian Nata dan Irwan sudah tak terlihat, Galih memutar balik motor nya lalu kembali ke rumah nya. Tentu dengan pikiran yang tak karuan. Sama. Galih pun sama kacau nya dengan Nata. Siapa yang tak kecewa melihat pasangan nya bersama orang lain. Terlebih itu bersama teman nya. Lebih tepat nya 'mantan teman nya'.
Galih yang sudah sampai di rumah nya, dan Nata yang sudah sampai di masalah baru nya.
Ya. Lagi-lagi Nata di hadapkan dengan masalah baru. Ia sudah yakin ini pasti akan terjadi. Dan dugaan nya benar saja. Baru setengah perjalanan mereka bertemu Vika. Entah memang Vika dari tadi mengikuti mereka atau Vika yang baru memergoki mereka. Yang jelas tiba-tiba motor Irwan di salip dan di berhentikan oleh taksi.
Vika turun dari taksi itu, melihat Nata penuh kebencian. Tatapan nya sama persis saat dulu melihat Haluna.
Perlahan Nata menghampiri Vika. Mata nya masih sembab, wajah nya pun pucat. Berusaha sekuat tenaga untuk terlihat bahwa ia baik-baik saja,"semua gak kaya yang lo liat Vik."
"Lo ama temen lo sama aja. Sama-sama ngerebut kebahagiaan orang!" Vika tersenyum hambar lalu pergi.
*****
"Bang Aca beneran mau kuliah di sana?"
"Beneran."
"Udh yakin?"
"Udh Lun. Ini semua kan buat masa depan abang juga buat keluarga."
Haluna menatap Fasha cemas. Jujur saja, ia tak rela di tinggal pergi kakak satu-satu nya ke Jerman untuk melanjutkan kuliah nya. Pun juga dengan Fasha. Ia masih berat meninggalkan keluarga nya, terutama Haluna yang sangat butuh perlindungan dari Fasha.
Melihat kejadian-kejadian buruk yang pernah Haluna alami semenjak bersama Fahmi membuat Fasha masih takut dan cemas. Awalnya Fasha menolak beasiswa itu. Tapi semua mendukung nya ,kecuali Haluna.
"Keputusan abang salah ya? Apa abang batalin aja ya?" ucap Fasha khawatir.
"Jangan bang Aca. Walaupun sebenarnya Luna gak rela, tapi gpp kok. Luna tetep ngizinin bang Aca pergi." Haluna tersenyum lalu dengan sigap memeluk Fasha erat. Fasha tersentak kaget.
"Buset dah klo mau meluk tuh pelan pelan apa! Pelukan yang kek cewek gitu jan kek laki." gerutu Fasha.
"Aaaaaa abanggggggggg. Jangan bandel ya di sana. Jangan ngejailin ade ade yang laen selain Luna. Pokoknya jangannnn!!!!" Haluna berteriak sesegukan tepat di telinga Fasha. Masih dengan posisi berpelukan.
"Ettt deh gak jadi dah gua ke Jerman. Jadi nya ke THT klo begini mah." gumam Fasha yang masih terdengar oleh Haluna.
"Abanggggggg!!!!" pekik Haluna.
Dengan refleks Fasha mendorong Haluna sampai terjatuh dari kasur. Telinga nya sudah panas mendengar perkataan Haluna yang kelewat kencang itu.
"Bang Aca kok tega banget si." kata Haluna penuh dramatis.
"Abang mau mandi. Lanjutin tuh masukin baju baju gue ke koper."
"Bilangin papa ya ngomong nya 'gue-lo'."
"Siapa suruh tereak di kuping orang? Panas ni kuping."
Haluna berdecak kesal lalu mengambil baju-baju Fasha,memasukannya dengan asal ke dalam koper yang berukuran sedang. Tentu dengan terus bergerutu.

KAMU SEDANG MEMBACA
HALUNA (END)
Teen FictionMencintai bukanlah perihal waktu, Bosan tidak nya itu urusan ku. Karena di cerita ini kalian akan mengenalku dengan 'gadis yang tak kenal waktu' Maksudnya, bukan karena aku tidak mengetahui setiap jam nya ya! Jam tetaplah tolak ukur waktu. 1 jam te...