Bab 50

187 8 0
                                    

Laki-laki ini diam terpaku. Menatap seseorang yang berada di hadapannya yang juga terdiam. Dengan manik mata nya yang sedikit kecokelatan. Ia bahkan sudah lupa, kapan terakhir dirinya melihat mata itu. Sungguh terasa aneh, namun inilah yang ia rindukan sejak dulu.

Kini, dunia seolah berhenti berputar. Waktu terasa begitu lambat. Seakan memberi sedikit ruang untuk nya menatap wanita ini.

Diam membisu,
Lidah yang kelu,
Kaki yang seakan lumpuh.

Tak mampu membuat pergerakan walau seinci pun. Matanya melihat, otak nya sibuk berpikir keras. Apakah ia harus mendekat lalu memeluk nya? Atau ia harus pergi dan memutuskan tidak akan pernah bertemu dengan nya lagi?

Otak yang egois terus bergulat, hati yang rapuh ingin mendekat. Saat ini, ia merasa yang namanya ketidak sinkron-an pikirannya.

Arghhh!! Fahmi benci keadaan seperti ini.

"Fahmi, sini nak. Mama kangen." Ucap wanita itu dengan terisak. Matanya penuh harap, seraya meregangkan kedua tangannya minta untuk di peluk.

Ia hanya diam.

Tuk, tuk, tuk..

Sepatu high heels berwarna hitam terdengar nyaring di ruangan yang sunyi ini. Perlahan wanita itu mendekat, menepis jarak di antara diri nya dan Fahmi.

"Kamu gak kangen sama mama? Setiap hari mama selalu memikirkan mu. Ternyata jagoan kecil mama udh tumbuh dewasa menjadi laki-laki yang tampan. Maafin mama udh ninggalin kamu tanpa kejelasan. Mama menyesal."

Dengan gerakan ragu, Sinta berusaha membawa Fahmi dalam dekapannya. Sama seperti Fahmi kecil. Ia ingin memeluk putra nya yang kini terasa asing.

Tak ada penolakan dari Fahmi, ia hanya terdiam tanpa membalas pelukan sang ibu.

Hiks.. Hiks.. Hiks..

Sinta menangis seraya menenggelamkan wajah nya ke bahu Fahmi. Sama seperti tadi, tak ada pergerakan dari Fahmi. Ia diam mematung, menunduk melihat lantai putih bersih dengan kosong.

"Ami." Panggil Haluna. Fahmi menoleh.

"Jangan gitu, ayo peluk!" Haluna berucap sangat pelan, dan tangan yang ia peragakan supaya Fahmi membalas pelukannya.

Fahmi tersenyum. Sedetik kemudian menuruti perkataan Haluna. Untuk gadis ini, apa sih yang tidak?

Mendapat respon dari Fahmi, Sinta menegakkan tubuh nya. Menangkup wajah Fahmi yang datar. Sambil terus menangis tentunya.

"Makasih udh membalas pelukan seorang ibu yang sangat asing bagi mu,nak. Maaf." Katanya penuh penyesalan.

Tanpa di pikirkan sebelum nya. Fahmi memeluk lagi tubuh Sinta. Mengusap kepala nya. Lalu mencium kening nya. "Fahmi yang minta maaf." Ucap Fahmi singkat. Namun sangat berarti bagi Sinta. Sedikit lagi, ia akan bisa merasakan sikap putra nya sewaktu kecil.

"Kamu gak salah sayang, mama yang salah. Mama minta maaf ya."

"Fahmi mau maafin mama, kita lupain semua yang udh terjadi di masa lalu. Fahmi juga minta maaf." Fahmi mencium punggung tangan Sinta.

Seminggu yang lalu Haluna menyuruh Fahmi untuk pulang. Walau hanya sehari-dua hari pun tak apa, asal ia mau bertemu dengan kedua orang tuanya, nek Dian dan Haluna juga tentu nya.

Dan hari ini, Fahmi menuruti perkataan wanita nya. Haluna menjemput Fahmi di bandara dan langsung pergi ke rumah Sasa. Dengan di temani Haluna.

"Amiiii, ayo pulang."

HALUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang