Haluna berjalan beriringan dengan sahabat satu-satu nya. Mereka berbelok ke arah kantin terlebih dahulu sebelum ke kelas. Nata celingak-celinguk kebingungan ingin membeli apa.
"Cari apa Nat?" tanya Haluna yang melihat Nata kebingungan.
"Gak tau nih bingung, pengen semua nya heheh."
"Nasi goreng gimana?"
"Udh sarapan si gue di rumah." Nata terkekeh. Haluna mengerutkan kening.
"Terus ngapain ke kantin klo Nata udh sarapan? Dan ini masih pagi lho."
"Beli cemilan aja deh dikit."
Haluna membiarkan Nata yang sibuk membeli jajanan. Setelah sampai di kelas Haluna hanya bisa geleng-geleng kepala. Dikit nya Nata itu beda.
"Mau?" tawar Nata, Haluna menolak.
"Lagi dapet?"
"Tuh tau." Haluna ber'oh' ria. Kebiasaan Nata memang begitu, PMS membuat nya kelaparan.
"Si Galih mana ya kok blm dateng?" ucap Nata seraya memakan jajanan nya.
"Gak tau deh. Ami juga gak keliatan."
"Pagi sayang." Galih datang entah dari mana, ia langsung menyapa Nata yang kini di mulut nya penuh dengan makanan. Sehingga pipi Nata terlihat lebih cabi 2X lipat.
Galih mencubit kedua pipi Nata gemas,"abisin dlu. Telen-telen." kekeh nya.
Setelah makanan sudah tertelan Nata mengerecutkan bibir kesal,"dari mana aja si, gue tungguin juga!"
"Ya maap. Kan udh di bilang gue ketemu temen dlu sebentar."
"Alah!" Nata melanjutkan aktivitas makan nya. Galih hanya diam. Ia sudah tau jika Nata sedang di datangi tamu bulanan, jadi ia tau betul apa yang harus dia lakukan saat Nata berubah segalak singa.
"Ami mana Galah?"
"Gak tau. Emang nya dia mau masuk hari ini?"
"Luna juga gak tau si. Soalnya dari kemaren Ami gak ada kabar padahal Ami udh sembuh. Apa jangan-jangan Ami di larang masuk sekolah ya ama om Danu gara gara ada Luna?" ujar nya sedih. Nata mengubah posisi nya menghadap Haluna.
"Kan gue udh bilang sama lo jangan nyalahin diri lo sendiri. Itu malah bikin lo jadi orang lemah."
Bibir yang di poles tipis lipstik berwarna nude itu melengkung menggambarkan senyuman walaupun terlihat hambar. Haluna masih tidak bisa menghilang kan pikiran negatif nya yang berasal dari diri sendiri. Ia masih merasa menyesal. Pun kebingungan. Di antara rasa cinta nya untuk Fahmi juga ada rasa bersalah di tengah nya. Hatinya mengganjal. Seperti ingin bicara namun sulit untuk di jelaskan apa mau nya.
"Yaudh gini deh. Gue atau Galih bakalan tanya Fahmi lagi dimana, dia mau masuk atau nggak. Oke?" kata Nata. Haluna hanya diam.
"Biar gue aja yang tanya Fahmi di mana." Galih mengambil ponsel nya, lalu mulai mengetikan sesuatu.
Tak butuh waktu lama Fahmi membalas Chat dari Galih,"kata Fahmi dia bakalan dateng ke sekolah klo bokap nya udh berangkat kerja. Dia udh bilang ama guru piket klo dia dateng nya telat."
Haluna hanya bisa diam. Tak berkata sepatah kata pun, ia masih saja menyalahkan diri nya. Nata menatap Haluna prihatin, seperti sudah satu pikiran dan hati oleh sahabat nya yang sedang menghadapi masalah yang entah kapan selesai nya.
"Eh Lun, kemaren gue liat insta story nya D.O dia lagi wamil ya?" Tanya Nata semangat. Ia sedang berusaha menghibur Haluna.
"Iya."
"Oh ya? Berapa tahun tuh wamil nya?"
"2 tahunan."
Nata terlihat berfikir,"lo gak sedih gitu di tinggal wamil?"
"Sedih lah. Ya cuma gimana ya, rasa sedih Luna udh ketutup ama sedih yang di dunia nyata. Jadi gak kepikiran buat ngehalu lagi."
"Kalo Dimas gimana tuh?" Tanya nya lagi.
Baru saja Haluna ingin menjawab, seseorang lebih dulu menyahut ucapan Nata.
"Gue gak di tanyain?"
"Amiiii!!" pekik Haluna. Fahmi tersenyum.
"Kirain Ami dateng nya siang."
"Apapun akan aku usahakan buat tuan putri nya Fahmi. Kasian klo harus nunggu terus, nanti kangen."
*****
"Ami berangkat sendiri?"
"Iya, naek ojek online."
"Terus nanti pulang sama siapa?"
"Sama Luna aja ah." Fahmi menaik turunkan sebelah alis nya. Jantung Haluna hampir saja copot.
"Mau gak?"
"Klo mau di kasih apa?"
"Di kasih kuota yang 1 GB." ucap Fahmi seraya jari yang menunjukan angka 1.
"Gak mau ah, dikit."
"Satu setengah?" Haluna menggeleng.
"Dua deh." Tetap menggeleng.
"Mau nya berapa?"
"16 GB paling dikit." Haluna terkekeh.
"Yaudh oke deh." kata Fahmi pasrah. Haluna cengengesan.
Haluna berhenti sejenak lalu ia berkata dengan nada bingung,"kita naek apa Ami?"
Fahmi menepuk jidat,"aku lupa gak bawa motor. Kita naek taksi, mau?" Haluna menggeleng.
"Naek bis aja gimana? Kaya waktu itu kita kan pernah naek bis sebelum kita pacaran. Gak ada salah nya kan kita flashback dikit ,heheh." kekeh Haluna. Fahmi mengusap puncak kepala Haluna dengan sayang.
"Naek motor gue aja. Mau?" seseorang menyambar pembicaraan Haluna dan Fahmi.
Mereka menengok berbarengan. Ada sedikit rasa curiga. Tapi Haluna menepis perasaan itu jauh-jauh.
"Gak usah bro, gue gak mau ngerepotin lo. Gak mau utang budi sama lo." Fahmi menolak. Irwan tersenyum.
"Gpp kali. Kaya ama siapa aja lo. Gue balik bareng sama Vika kok. Vika juga bawa motor. Jadi biar lo sama Luna , gue ama Vika." ujar Irwan.
"Luna mau pulang ama Ami naek bis aja. Makasi tawaran Irwan , maaf banget kita udh nolak niat baik Irwan." kata Haluna tidak enak.
Di samping Irwan, Vika menatap muak mereka. Menurut nya, orang-orang di hadapan nya kebanyakan drama. Menyebalkan.
"Yaudh lah Wan, biarin aja. Di baikin malah gak nerima. Udh gak butuhin kita lagi, dunia mereka cuma ada dua orang doang. Kita mah cuma bayangan yang gak di anggap." Vika menarik tangan Irwan, memaksa nya untuk pergi dari Haluna dan Fahmi.
Haluna dan Fahmi saling tatap. Lebih dulu Haluna bertanya,"kenapa?" Fahmi mengangkat bahu pertanda dia tidak tau.
"Udh yu kita pulang aja." Fahmi menggenggam tangan Haluna, menautkan setiap jari-jari mungil nya. Lalu mereka berjalan bersama. Beriringan. Bercerita, bercanda. Lagi-lagi semesta tengah berpihak pada mereka. Terutama Haluna. Karena belakangan ini sudah tidak ada kesedihan di wajah gadis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALUNA (END)
Teen FictionMencintai bukanlah perihal waktu, Bosan tidak nya itu urusan ku. Karena di cerita ini kalian akan mengenalku dengan 'gadis yang tak kenal waktu' Maksudnya, bukan karena aku tidak mengetahui setiap jam nya ya! Jam tetaplah tolak ukur waktu. 1 jam te...