Bab 40!!

229 17 0
                                    

Hari ini adalah hari terakhir sekolah mereka tour ke Bali. Semua siswa-siswi pergi mencari kenangan selama di sini. Bahkan ada yang dari pagi-pagi buta sudah keluar berkelana entah kemana. Membuat kenangan sebanyak mungkin untuk dibawa pulang. Terlebih untuk mereka yang mempunyai pasangan satu sekolah+satu angkatan.

Tak terkecuali pasangan yang menjadi pemeran utama di cerita ini. Haluna dan Fahmi.

Tepat jam 08.00 Haluna keluar dari kamar mandi. Ya tentunya ia habis mandi.

Setelah selesai memakai baju yang menggambarkan 'dia banget'. Haluna duduk merias wajah nya yang sebenarnya tanpa riasan pun akan tetap cantik.

Sedikit mengoles wajah dengan bedak, lalu memakai maskara yang tak terlalu heboh , terakhir mengoles lipmate berwarna nude andalannya tak lupa di ombre menggunakan liptint sedikit.

"Lama banget dah lo dandan nya!" Sinis Vika.

Haluna mengerutkan kening bingung. Lama? Bahkan riasannya terlalu sederhana dan tentunya tidak memakan waktu lebih dari 10 menit.

"Kenapa emangnya? Mau minjem? Nih."

"Lo kira gue gak punya?!"

Haluna tak menggubris ucapan Vika. Dengan langkah cepat ia keluar dari kamar itu. Dan sekarang pandangan menyejukan hati ada di hadapannya.

Fahmi berdiri di depan pintu dengan senyuman yang selalu ia lontarkan ketika bersama Haluna. Senyuman, yang ia bedakan dari semua orang. Mungkin terlihat sama saja, tapi rasanya beda. Dan hanya mereka berdua yang tau.

Haluna dengan sigap menggandeng tangan Fahmi tanpa ragu.

"Udh dandan nya?"

"Emang nya lama ya?"

"Nggak ko. Kalaupun lama pasti aku tunggu."

Baru saja sampai depan pintu masuk penginapan, Haluna menghentikan langkah nya. Otomatis Fahmi pun ikut berhenti seraya berkata,"kenapa?"

"Kayanya ada yang ketinggalan deh." Haluna mencoba berfikir keras dan--seakan ada lampu terang menyala di atas kepalanya. "Hp Luna ketinggalan." Pekik nya.

"Yaudh biarin aja. Mau ngabarin siapa si? Orang yang kamu tunggu kabarnya sekarang ada di samping kamu ko."

"Bukan gitu. Takut keluarga Luna ngabarin,gimana? Klo itu penting gimana?"

"Yaudh kita ambil dulu."

Sesampainya mereka didepan pintu kamar Haluna berhenti tepat di depan Fahmi.

"Ada apa lagi?"

"Ami tunggu disini aja."

Fahmi memutar bola matanya,"oke."

Baru saja Haluna masuk ke dalam kamar, pemandangan yang tidak enak membuat matanya sudah tak polos lagi.

Vika dan Irwan berduan di kamar yang sepi dan--mohon maaf author tidak bisa menjelaskan, silahkan kalian bayangkan sendiri 😂

"Astaghfirullah!!" Pekik Haluna. Ia menutup matanya rapat-rapat sebelum ia terlalu lama melihat dosa.

Spontan! Fahmi masuk dan juga melihat 'itu' , langsung menarik Haluna keluar dari kamar panas itu.

"Ituuu--itu tadi apa?" Ucap Haluna yang kebangetan polos.

"Bukan apa-apa. Kita lupain aja."

*****


Berhubung ini adalah hari terakhir di Bali, Fahmi mengajak Haluna untuk membeli oleh-oleh. Tidak terlalu banyak, juga tidak terlalu sedikit. Hanya untuk orang tua Haluna, dan nek Dian saja. Oiya! Jangan lupakan kakak Haluna yang ganteng dan so cool itu. Walaupun ia sedang kuliah di Jerman tetap saja Haluna tidak akan lupa dengan nya.

Setelah selesai membayar. Mereka melanjutkan perjalanan. Kini tujuan mereka ke sebuah cafe yang sangat kental bernuansa Bali.

"Wihhh bagus ya?" Ucap Haluna takjup.

Fahmi tersenyum lalu menunjuk meja paling pojok dekat jendela,"kita duduk di sana ya?" Haluna mengangguk mengiyakan.

Sambil menunggu pesanan, mereka tertawa ringan. Mereka selalu menikmati setiap detik waktu bersama. Tak habis obrolan jika mereka bertemu. Apapun di bahas dari yang tidak penting, kurang penting dan tentunya yang penting pun akan di bahas.

Sampai sekarang Haluna pun masih tak percaya Fahmi yang dulu nya tak pernah menggubris perjuangan nya kini menjadi Fahmi yang tak pernah marah, selalu memanjakan nya seperti putri kecil. Kini, apapun yang ia lakukan untuk Haluna selalu manis.

"Kamu pernah nyesel gak si deket sama aku? Atau mungkin ada sikap aku yang kamu gak suka?" Tanya Fahmi.

"Gak ada kata nyesel buat Luna, karena dari awal Luna  emang bener-bener mau deket sama Ami. Jadi Luna  harus nanggung apapun konsekuensinya yang terjadi termasuk sikap Ami dulu. Karena yang terpenting buat Luna sekarang adalah rasa sayang dan perhatian Ami ke Luna itu nyata."

"Kenapa dulu kamu gak nyerah aja? Kamu itu perempuan yang harus nya di perjuangin. Bukan nya malah perjuangin sendiri, terlebih aku sadar gimana jahat nya sikap aku dulu."

"Dari dulu Luna gak pernah nyesel ko udh ngejar-ngejar Ami sampe sebegitu nya. Malah Luna harusnya minta maaf pernah bikin Ami kesel, risih, gak nyaman. Luna minta maaf ya."

"Aku yang minta maaf dulu udh sejahat itu sama kamu."

"Yaudh, Ami gak usah mikir macem-macem ya. Luna bakalan bilang ko klo misalkan ada sikap Ami  yang Luna  gak suka. Biar kita bisa terus sama-sama."

•••
Terimakasih untuk kalian yg sudah
Setia membaca cerita ini:)❤️
Aku berharap kalian mau meninggalkan
Jejak dgn cara memvote cerita ku😊

HALUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang