Part 17

1.1K 162 28
                                    

Halo, gaiseu! Baru bangun dr kemageran akutuh.




..

Tak tak tak

Bunyi permainan bulutangkis tangis itu mengisi ruang olahraga. Sudah berhari-hari latihan diadakan tanpa seorang Min Kiyoon. Orang yang membuat seorang Kim Yeri terpaksa masuk tim itu.

Sayang, masuknya dia justru tepat saat orang jadi motivasinya pergi. Ya, pergi. Untuk menjalani pelatihan nasional.

Kini gadis itu tanpa semangat mencoba penangkis bola. Namun, gagal, gagal dan gagal. Hingga membuatnya kesal. Belum lagi teguran sang guru yang membuatnya semakin naik pitam.

"Yeri! Pukul yang benar!"

"Yeri! Arahkan raketmu pada bola!"

"Yeri! Ikuti arah gerak bola!"

"Yeri! Tangkis!"

"Yeri! Bukan begitu caranya"

"Yeri!~~~~~"

Terlebih, ingatannya tentang Kim Hyun Jin yang satu langkah lebih cepat mengenal pria yang jadi incarannya. Beberapa kejadian yang memperlihatkan kedekatan mereka pun sering terlintas di matanya. Yeri marah. Ya, sangat marah.

Bagaimana tidak? Jika orang yang kau mintai bantuan justru memanfaatkan kesempatan untuk dirinya sendiri. Setidaknya, itu yang ada dalam pikirannya.

Yeri geram. Dia semakin geram. Sampai melempar ke bawah raket di genggamannya dan berteriak. Dan membuat yang lain menatap ke arahnya.

"AAAA!"

.

Seperti rencana, keluarga Min akan menjenguk anak sulungnya. Senyum cerah pun terpancar dari bibir sang ibu yang duduk di samping sang suami mengemudi.

"Ibu? Ibu terlihat sangat bahagia. Ibu terlalu menyayangi kakak. Padahal, aku juga menyayangi ibu. Tapi, sepertinya jika hanya ada aku, ibu kurang bahagia. Apa karena kakak anak pertama?" Gumam Kihoon yang duduk di kursi belakang seraya asik dengan kameranya atau sesekali dengan ponselnya.

Yooloo... Kmna2 kok bawa kamera, dek.

Mendengar itu, Rae Na langsung terdiam. Sang ayah pun tampak menatap istrinya yang berubah masam.

"Ayah juga. Ayah selalu baik pada kakak. Berbicara berdua, apa-apa berdua. Bahkan ayah tahu segalanya tentang kakak. Apa yang kakak butuhkan dan kakak inginkan. Setiap kali kalian di kamar, kalian akan membicarakan kakak. Mencemaskannya, mengkhawatirkannya, merindukannya"

"Kihoon, bukan-"

"Apa kita sudah sampai?" Potong Kihoon.

"Ayo turun. Kita sampai" ajak sang ayah yang memilih tidak menanggapi anaknya.

"Aku harap, aku lebih pintar dari kakak. Jadi, setidaknya jika ayah dan ibu tidak peduli padaku, ada orang lain yang akan peduli padaku"

Rae Na tertohok. Bisa-bisanya, anak bungsunya berkata seperti itu. Matanya berubah nanar seketika. Dadanya sedikit sesak mendengarnya. "Kihoon?"

"Kau ingin ikut turun atau tidak?" Tanya sang ayah.

"Tidak. Aku di sini saja"

"Kihoon?"

"Sudahlah! Ayo turun!"

Mereka pun meninggalkan anak bungsunya sendiri di dalam mobil. Walaupun dalam hati perasaan Rae Na tidak enak.

.

"Kiyoon, ada yang ingin menemuimu"

"Siapa?"

"Ayah-ibumu"

"Ayah dan ibu?"

"Emm"

Ya, itu teman satu kamar Kiyoon. Dia baru saja masuk dan memberitahunya. Segera Kiyoon menemui kedua orang tuanya di lobi.



.

"Kiyoon?"

Sang ibu langsung menyambut anaknya dengan pelukan.

"Ck! Kenapa ibu dan ayah kesini?" Tanya Kiyoon malas.

"Sudah satu minggu lebih kau tidak pulang. Ibumu ingin bertemu denganmu"

"Memang kenapa?"

"Apa kata teman-teman di sini, bu? Mereka akan menganggapku anak manja"

"Ibu hanya khawatir padamu. Kau jadi lebih kurus"

"Jangan berlebihan, bu. Aku masih sama. Di sini aku juga di beri makan"

"Kau dengar, kan? Anakmu tidak suka jika kau berlebihan" sahut Yoongi yang duduk di antara mereka.

"Kihoon di mana? Tidak ikut?"

"Di mobil" Rae Na menghela napas berat mengingat anak bungsunya yang sedang marah padanya.

"Kenapa tidak ikut ke sini?"

"Kihoon marah dengan ayah dan ibu?"

"Marah?"




Tok tok tok!

"Hei!"

Tok tok tok!

Kiyoon tengah mengetuk kaca mobil di mana sang adik berada. Ternyata, di dalam sang adik sudah tertidur.

"Hei! Bangun! Buka pintunya!" Pekik Kiyoon dari luar.

"Ada apa?" Jawab Kihoon dengan suara paraunya.

Clek!

Setelah pintu terbuka. Kiyoon masuk dan duduk di sebelahnya.

"Apa? Kenapa kakak kesini? Bukankah ibu dan ayah menemuimu?" Ketus Kihoon.

"Kau sendiri kenapa tidak ikut?"

"Aku tidak punya urusan denganmu. Hanya mereka yang ada urusan"

Kiyoon mendorong seraya mengacak rambut sang adik hingga hampir membentur kursi di depannya.

"Apa-apaan kakak ini?!" Kesalnya.

"Apa? Kau sendiri kenapa? Kenapa kau marah pada ibu dan ayah?"

"Apa? Siapa? Aku marah? Untuk apa aku marah pada mereka?"

"Jangan bohong. Ayah bilang sendiri tadi"

Jawaban sang kakak justru berhasil membuatnya sedikit kesal. Kihoon menarik sudut kiri bibirnya. "Heuh! Bahkan hal kecil seperti ini saja mereka mengadukannya padamu" dengusnya.

"Apa maksudmu?"

"Pergi kau!"

Dug!

Apa yang terjadi?

Ya, Kihoon menendang paha kakaknya, memaksa agar keluar dari dalam mobil.

"Kau ini kenapa?!" Amuk Kiyoon.

"Sana!"

Brak

Kihoon menutup kasar pintu mobil. Setelah berhasil mengusir sang kakak.





To be continue--

Syalan.

Ngetik dari pagi baru selesai jm 1. Kan kamvret. Abis itu makan baksoo..





Lavyu

Ryeozka

FIX! LOVE / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang