Part 22

1K 143 28
                                    

Maafkan, jika kalian bosan. Hiks!

••

"Wow! Dalam rangka apa Ibu masak sebanyak ini?"

Siapa lagi kalau bukan si bungsu? Dia baru selesai mandi dan menghampiri ibunya yang ada di dapur.

"Kakakmu, kan sekarang pulang. Jadi, ibu masak banyak" senyum sang ibu.

'kakak lagi'

"Itu sebabnya ibu pulang lebih awal?"

"Hem" sang ibu hanya berdehem dan terus sibuk menata makanan di meja.

"Lalu, ayah?"

"Ayahmu? Ya, menjemput kakakmu" Senyum sang ibu yang tanpa sadar menyakiti hati anak bungsunya.

Kihoon memilih beranjak dari sana. Suasana hatinya sudah hancur. Kihoon sadar, sebenarnya dia tidak boleh seperti ini. Tapi, Tidak dapat di pungkiri jika dia merasa di bedakan oleh orang tuanya sendiri.

"Kau mau kemana?" Tanya Rae Na melihat anak bungsunya sudah mengalungkan kamera di lehernya.

"Tidak kemana-mana. Hanya ingin ke depan" jawab Kihoon tanpa melihat ibunya.

Kihoon berjalan keluar rumah. Tidak peduli meski hari sudah gelap. Sekarang dia harus mendapat obyek baru untuk menghibur hatinya.

..

Sama seperti ibu YoonHoon, ibu Hyun Jin pun sedang menyiapkan makan malam. Namun, aktivitasnya terhenti saat Hyun Jin datang memeluknya dari samping.

"Ibu?"

"Ada apa?"

"Aku takut apa yang ibu katakan benar"

"Tentang apa?"

"Cinta akan mencari cintanya sendiri"

Sang ibu hanya melirik anaknya dan tersenyum. "Kau masih sangat muda, Jinnie. Jangan khawatir"

..

Kihoon berhenti di suatu tempat di mana banyak anak sebayanya sedang bermain bola. Tak lupa dia mengabadikan dengan kameranya.

'aku ingin seperti mereka'

"Hei! Kemari!"

"Ayo bermain!"

Teriak salah satu di antara mereka. Tanpa pikir panjang, Kihoon berlari kesana dan ikut bermain.

'Ternyata lebih menyenangkan jadi anak berandal'

Setidaknya, itu yang ada di pikiran Kihoon di sela mengejar dan menggiring bola.

..

"Ibu!"

Panggil Kiyoon yang sudah tiba di ambang pintu. Sang ibu pun segera berlari menyambut anaknya.

"Kiyoon?" Rae Na segera memeluk anaknya. "Oh, tanganmu kenapa? Kenapa di perban begini?" Paniknya.

"Tidak apa-apa. Hanya terkilir" bohong Kiyoon. "Di mana anak itu?"

"Entahlah. Tadi dia bilang mau ke depan"

Rae Na beralih pada suaminya untuk menerima kecupan di keningnya. "Kalian mandilah dulu. Biar kucari Kihoon dan bisa makan bersama" girang Rae Na.

Setelah di tinggal oleh dua pria kesayangannya, Rae Na segera mencari si bungsu. "Kihoon! Kau di mana? Cepat masuk! Ayo makan!" Seru sang ibu di teras depan.

Sampai saat mereka siap makan malam tidak ada tanda-tanda Kihoon kembali. Sampai akhirnya, Rae Na menghubunginya.

Ddrrtt

Merasa ponselnya bergetar, Kihoon segera mengambil dari saku celananya. Dengan malas dia menjawab juga.

"Ponsel mahal"

"Anak orang kaya"

"Anak manja? Hahaha"

Begitulah bisik-bisik di sekitar Kihoon yang membuatnya tidak enak.

"Kau di mana? Kakakmu sudah di rumah"

Kihoon diam. Tidak sedikitpun ada niatan menjawab ibunya.

"Kihoon, kau dengar ibu, kan?"

Ttttt

Kihoon mematikan panggilan sepihak. Hatinya kembali kacau.

"Ibumu, ya?"

"Di suruh pulang?"

"Pulang sana! Mereka akan mencarimu"

"Orang kaya memang beda. Hahaha"

Begitu kata mereka yang di sertai senyum mengejek. Membuatnya semakin malas untuk pulang.

"Aku tidak pernah mau seperti ini" jawab Kihoon dingin.

"Kenapa? Bukankah enak jadi orang kaya?" Ejek salah satunya lagi.

"Lebih enak seperti kalian. Tidak perlu pedulikan apapun. Selama bisa bersenang-senang sudah cukup"

"Ya, itulah kami. Bebas, sebebas-bebasnya"

"Lagi pula tidak ada yang peduli pada kami"

"Itu jadi menyenangkan. Aku belum pernah merasa sebebas ini. Padahal orang tuaku hanya setengah-setengah peduli padaku" ucap Kihoon.

"Tidak mungkin. Lalu kenapa dia menghubungimu?" sangkal salah satunya.

"Mereka hanya memberi tahu kalau kakakku sudah di rumah. Apanya yang menyenangkan? Mereka lebih peduli kakakku dari pada aku. Tapi, aku juga tidak boleh seperti kalian. Ah! Hidupku membosankan. Sangat!"

"Ternyata sulit juga, hahaha"

"Kalau kalian mau? ambil saja ponsel ini. Aku tidak butuh"

"Hahaha, orang seperti kami untuk apa punya ponsel semahal itu? Kami hanya butuh tempat bersenang-senang"

"Yooo! Benar sekali, kawan!" Mereka saling menepukkan tangan di sertai senyum kebebasan. Walaupun entah di dalam hati mereka.

"Aku pergi dulu" pamit Kihoon kemudian.

"Pergilah! Kalau bosan cari saja kami" ucap yang paling tua di antara mereka. Tak lupa dengan sedikit tawa mengejek.

..

Kihoon tiba di rumah. Pintu utama terbuka menyambutnya. Dia segera masuk begitu saja. Tak peduli ada yang menunggunya duduk di sofa.

"Kau dari mana, hem?!" Sinis sang kakak yang tidak tahan dengan sikap adiknya.

"Cari udara segar" jawabanya santai.

"Kihoon, kau dari mana? Katakan pada ibu" pinta sang ibu, lembut.

"Dari depan"

"Depan mana?"

"Depan sana"

"Jawab dengan benar, Kihoon" timpal sang ayah.

"Oh! Jadi, kalian sedang menghakimiku? Tahu begitu, aku tidak pulang"

"Ada apa denganmu, hah?!" Jengah Kiyoon.

Kihoon hanya mencibir. Lalu, berlalu dari sana.

"Kurang ajar!"

Bugh!

"Kiyoon!" Kaget sang ibu.





To be continue--

Yuhuuu

Tunggu part depan yoo!

Mau lanjut tp batre abis.

Lavyu

Ryeozka

FIX! LOVE / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang