Part 57

888 137 40
                                    

Dabel uhuy!!





.

"Mana catatanku?" Tagih si pria bermarga Min yang menghampiri meja Hyun Jin.

"Hei, Min Kiyoon! Ngomong-ngomong aku tidak bodoh kalau kau tahu?!"

Kiyoon, si otak seribu hanya menarik satu ujung bibirnya. Meremehkan lebih tepatnya. "Benarkah?"

Brakk!

Oh, astaga! Mungkin menggebrak meja menjadi kebiasaan Hyun Jin sekarang. Lihat saja, teman satu mejanya sampai menjingkat terkejut. "Aku tahu, aku tidak cukup pintar. Tapi, aku juga tidak bisa kau bodohi begitu saja, sialan!"

"Apa maksudmu?" Kini mata Kiyoon semakin menajam. Di hadapan teman kelasnya dia di umpati 'sialan'. Dari sekian gadis yang memujanya, dia justru berani mengumpati sesuka hati.

"Kau itu pintar. Selama ini, aku jarang melihatmu memperhatikan pelajaran. Kau juga jarang mencatat. Tapi, lihat! Nilaimu selalu baik. Kau biasanya mencari buku di perpustakaan. Otakmu itu seribu. Lalu, untuk apa aku harus susah-susah membuatkan catatan untukmu?"

Tentu saja Kiyoon tertegun. Tapi, sungguh! Kiyoon tidak pernah bermaksud membodohinya.

"Aku memang bodoh, Min. Tapi, jangan pernah lagi kau membodohiku!" ucap Hyun Jin dingin. Lalu, beranjak meninggalkan kelas.

Semua menatap heran punggung yang berlalu itu. Hanya dia, hanya dia satu-satunya gadis yang berani memakinya. bahkan hanya menyebutkan marganya. Bukankah itu tandanya dia sangat marah?

Hyun Jin tiba di atap. Tempat biasa dimana dia menenangkan diri. Membolos mungkin lebih baik sekarang. Sesekali tidak masalah, kan?

"Benar-benar menyebalkan!" Umpatnya lagi dan lagi. "Tapi, kau juga menyebalkan, Hyun Jin. Untuk apa juga kau semarah itu?" Monolognya.

"Hei! Ingatlah berapa kali dia membuatku kesal? Berapa kali dia membodohiku? Dia itu menyebalkan" pekiknya pada sendiri.

"Apalagi saat dia memeluk siapa itu. Ck! Ah! Setelah menci-, ya, ampun! Dia memeluk gadis lain seerat itu" katanya dengan nada lemah.

"Oh! Jadi, kau cemburu?"

Sontak Hyun Jin membalikkan badan. Terkejut dengan kehadiran otak seribu di belakangnya.

"Apa?! Untuk apa kau kesini?"

"Kau tidak mau masuk kelas? Bel sudah berbunyi"

"Jangan pura-pura peduli, Min"

Kiyoon mendekat. Memperpendek jarak di antara mereka. Bahkan tak segan mencondongkan wajahnya di depan wajah Hyun Jin agar sejajar dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana. "Bagaimana jika aku benar-benar peduli?"

Hei! Hei! Hei! Dengar itu, dengar suara hati Kim Hyun Jin. Sudah seperti genderang mau perang. Apalagi di tambah senyum yang terkembang di depannya. Membuat wajahnya memanas seketika.

"Ekhem! Ja-jangan membodohiku, Min. Ka-kau, apa yang ingin kau lakukan?"

Jangan lupakan mata mereka yang saling bertemu. Saling mengikuti kemana bola mata mereka bergerak.

"Bagaimana jika aku menciummu lagi?"

"Jangan menggodaku. Aku tidak percaya padamu. Dan jauhkan wajahmu itu!"

"Kenapa tidak kau saja yang mundur?"

Benar juga. Kenapa dia harus bertahan di hadapan si pria menyebalkan ini?

Tersadar, Hyun Jin langsung mundur.

Bug!

"Sayang sekali, belakangmu tidak ada jalan, Kim" seringai Kiyoon.

Hyun Jin meringis kesakitan. Namun, di biarkan begitu saja. Bagaimana tidak jika tubuhnya menghantam pembatas setinggi punggungnya.

Kiyoon maju lagi satu langkah. "Atau kau mau terjun?"

Hyun Jin diam. Berpikir sejenak. Walaupun sebenarnya pikirannya buntu.

"Kalau mau, silakan saja!" Kiyoon menghimpit Hyun Jin dengan satu tangannya. Sementara satu tangannya tetap di saku celana. Jangan lupakan seringaian kecil yang masih tertera.










"Kiyoon! Minggir kau!" Hyun Jin sigap mendorong dada Kiyoon dengan kedua tangannya. Tersadar ternyata baru saja dia di permainkan oleh si otak seribu.

Lagi, Hyun Jin meninggalkan Kiyoon yang berdiri dengan senyum remehnya. "Mau kemana?"

"TIDUR!!" Jawabnya tanpa berbalik.

"Perlu ku temani?"

"MATI SAJA KAU!!"






To be continue--

Gak pendek kan?

Saya pengen buat cerita yg mirip meteor ganden gimana? Tapi, kalau buat itu yg ini saya end. Wkwkwkwk.


Lavyu

Ryeozka

FIX! LOVE / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang