Part 62

994 135 74
                                    

Cukup panjang loh ya.





..

Akibat pertemuan tadi siang, bukannya masalah mereka terjawab justru semakin memburuk. Rae Na kesal. Bagaimana mungkin, sang suami tega menuduhnya selingkuh dengan pria bernama Park Jimin.

Hari ini, Rae Na sengaja tidak menyapa kepulangan sang suami. Persetan dengan semuanya. Rae Na kesal. Ah! Marah lebih tepatnya.

Sebenarnya, niat hati Yoongi ingin minta maaf atas kelakuannya semalam. Naas, kalimat yang di pilihnya ternyata salah dan berujung sang istri marah.

Yoongi yang tahu istrinya marah pun memilih segera berlalu ke kamar tanpa menghampiri sang istri yang sedang memasak.

Jika mereka masih muda seperti dulu, mungkin Yoongi bisa memeluknya dari belakang seperti di drama-drama. Tapi, sekarang itu sudah tidak memungkinkan. Yang ada justru nanti bisa-bisa tangannya di tebas dengan pisau di tangan sang istri.

Kihoon yang kebetulan memergoki mereka bahkan merasakan aura menyeramkan di antara keduanya. Tak ingin larut dalam belenggu mistis ibu dan ayahnya, dia berlari ke kamar sang kakak.

"Kakak, sebenarnya ibu dan ayah kenapa? Sungguh aku takut. Tadi, bahkan ayah tidak mencium kening ibu seperti biasa. Ibu juga tidak menyapa ayah sama sekali" Ujar Kihoon yang mulai duduk di ranjang kakaknya. Sementara, Kiyoon sedang mengeringkan rambut lebatnya di depan kaca.

"Sudah pernah ku bilang, kan? Yang paling menakutkan di dunia ini itu kemarahan ibu"

"Tapi, kak? Kenapa, semistis ini?"

"Kau pikir ini film horor?"

"Sungguh, kak aku jadi takut bicara pada mereka. Apalagi bekas di leher ibu itu. Apa ayah melakukan kekerasan pada ibu?"

"Aduuuhh! Bagaimana aku menjelaskannya?" frustasi sang kakak. "Berapa usiamu?"

"lima belas. Ya, lima belas kurang sedikit lagi"

"Kau sungguh tidak tahu apapun? Kau sama sekali belum pernah melihat yang di lakukan orang dewasa? Di film, misalnya?"

"Astaga! Apa yang kakak tanyakan?"

"Jawab saja! Pernah atau belum?!"

"Belum dan aku tidak suka nonton film. Lagi, yang ku tahu tentang orang dewasa hanya ciuman. Itupun aku hanya dengar"

"Bagaimana dengan pelajaran biologimu?"

"Aku selalu tidur"

"Ck! Kalau begitu, lupakan dan jangan tanya!"

"Ta-"


"KIYOON, KIHOON, CEPAT TURUN! AYO MAKAN!"

Ternyata suara sang ibu sudah menginterupsinya. Membuat Kihoon mematung di tempat.

"Kakak? Bagaimana?"

"Apanya?"

"Ibu dan ayah"

"Bersikaplah seperti biasa. Jangan tanya dan jangan ingin tahu. Atau ku mutilasi kau"

Mereka segera turun menemui sang ibu. Bersikap biasa seolah tak tahu apapun.

"Hai, ibu!" Sapa Kihoon. Lalu mengecup pipi sang ibu. Tak lupa Kiyoon yang mencium keningnya. Memang begitu, kan biasanya?

"Ayo, makan!" Ajak sang ibu.

"Ayah?" Celetuk Kihoon yang langsung mendapat tatapan dari sang kakak.

"Biar saja. Nanti,  menyusul"

"Ta-tapi, biasanya kita makan bersama, kan kalau ayah sudah di rumah?"

Rae Na menghela napas beratnya. "Baiklah! Ibu panggil dulu"

Cukup tahu diri bahwa tidak ingin mengurangi keharmonisan makan malamnya, Rae Na terpaksa menyapa suami gilanya.

Paakk!

Kalian tentu tahu apa yang terjadi. Ya, lagi-lagi Kiyoon memukul kepala sang adik. "Kau ini?! Sudah ku bilang diam saja!" Pekiknya dengan nada pelan.

Sambil mengusap kepalanya yang sakit, Kihoon menjawab. "Kakak bilang. Bersikap biasa saja seolah tidak tahu apapun. Aku hanya melakukan itu"

"Sshh! Dasar, bodoh!"

Tak lama sepasang ibu dan ayah itu datang. Mereka segera membenarkan posisi duduknya. Meski begitu, Kiyoon cukup tahu. Kedua orang tuanya belum berbaikan. Terlihat dari sikap keduanya.





..

Klek!

Yoongi memasuki kamarnya. Sejenak dia berdiri di depan pintu. Memandangi sang istri yang duduk di ranjang menatapnya.

"Tidurlah! Kau juga harus istirahat"

Setidaknya, Rae Na masih perhatian pada suaminya. Meski dengan wajah dinginnya.

"Kau tahu, kan aku mabuk semalam?"

"Ya, tentu saja. Kau bahkan jalan tidak tahu aturan" jawab Rae Na sembari membelakangi sang suami.

"Bisa kita selesaikan sekarang, kan?"

"Apanya?" Tanya Rae Na malas.

"Kau masih marah?"

Rae Na kembali berbalik menatap sang suami. "Aku hanya tidak habis pikir padamu. Bagaimana mungkin kau menuduhku?"

"Aku hanya tanya.  Bukan menuduh"

"Tapi, pertanyaanmu itu menuduhku. Yoon, kita ini sudah tua. Aku sudah tidak tertarik dengan hal seperti itu" Rae Na kembali beringsut duduk.

"lalu untuk apa kau makan bersamanya. Dia itu duda.  Dari tatapannya aku tahu dia menyukaimu" Yoongi mulai duduk di sebelah sang istri.

"Yoongi, Min Yoongi. Berapa kali ku jelaskan? Kami hanya kebetulan bertemu. Dia bertanya tentang saham perusahaan. Lagipula, jika dia menyukaiku, apa aku juga akan menyukainya?"

"Aku-"

"20 tahun kita menikah. Apa itu belum cukup untukmu mengenalku? Berapa banyak dan berapa kali orang mengganggu kita? Apa aku pernah berpaling darimu? Jika aku ingin, sudah dari dulu aku melakukannya. Yoon, anak kita bahkan sudah besar. Aku juga malu pada mereka jika melakukan hal bodoh seperti itu" ujar Rae Na panjang lebar dengan mata nanarnya.

"Aku-"

"Jangan bahas ini dan berhenti menuduhku. Atau aku akan marah lebih lama" Rae Na ingin kembali tidur. Namun di tahan oleh sang suami.

Tak di sangka. Si sulung ternyata berada di balik pintu mendengar perdepatan mereka. Pikirannya langsung mengarah pada pria bernama Park Jimin. Cukup kesal, dia kembali ke kamarnya dengan wajah dingin.

"Maaf" ucapnya seraya menggenggam tangan sang istri. "Aku hanya sedang banyak masalah"

Rae Na menghela napas. Menatap kesungguhan sang suami. "Kau memang tampak lelah"

Yoongi mengecup kepala sang istri beberapa detik. "Proyekku mengalami hambatan. Dan di jalan aku tidak sengaja melihatmu dengan pria itu. Di kampus banyak kerjaan yang harus ku selesaikan. Aku harus membimbing mahasiswa tingkat akhir. Aku lelah. Terlebih mengingatmu dengannya. Jadi, aku ikut teman yang mengajakku ke bar"

"Aku mengerti. Jangan lakukan ini lagi. Kau sudah tua. Jangan merusak tubuhmu sendiri"

"Terima kasih"

"Emm, ayo tidur"

"Seperti semalam?" Goda Yoongi.

"Ku pukul kau!"










To be continue--

Yuhuu panjang kawan. Biar kelar aja masalah yoongi sama raena.

Lavyu

Ryeozka

FIX! LOVE / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang