Part 63

953 136 48
                                    

Maafkan baru up. Weekend di kampung akutuh. Gk ada sinyal. Adududuu

Happy reading, kawan!

..






Rapat direksi. Rapat pemegang saham segera di mulai. Tak dapat di pungkiri bahwa ini akan menjadi hari terburuk sepanjang sejarah 18 tahun kehidupan pewaris keluarga Min.

"Ibu, aku tidak mau!" Berpuluh kali pun sang pewaris menolak, tidak akan merubah apapun. Semua sudah terencana matang dan jauh-jauh hari.

"Kiyoon, demi kakekmu. Cepat masuk ke mobil dan kita berangkat!"

Sesungguhnya, Kiyoon sudah memakai pakaian formal layaknya pemimpin perusahaan. Tapi, tetap saja dia menolak. Bahkan sesekali sang ayah yang biasanya memilih diam ikut bersuara.

"Kau hanya perlu datang dan duduk. Tidak di suruh pidato kenegaraan"

"Aku tahu, ayah. Tapi, aku tidak mau ikut campur dengan urusan bisnis dan perusahaan. Aku tidak mau"

"Ck! Tinggal berangkat, kenapa lama sekali? Ayah, ibu,  bagaimana nasibku? Aku bisa terlambat ke sekolah" rutuk Kihoon yang sudah duduk di dalam mobil.

"Ah, ya. Aku harus sekolah. Sudah kelas tiga. tidak boleh bolos-bolos, kan? Kihoon saja sekolah. Berarti aku harus sekolah. Benar, kan?"

"Ayah sudah menghubungi sekolahmu, Kiyoon. Cepat masuk!" Sang ibu yang sudah lelah membujuk anak sulungnya sampai mendorong tubuh anaknya masuk ke mobil.


..

"Maaf,  ayah. Kami terlambat. Kiyoon benar-benar menghabiskan waktu" kata Rae Na pada ayah mertua yang ada di depan ruang rapat.

"Tidak apa-apa. Ayo, masuk. Rapat segera di mulai"

Sang kakek segera membuka pintu dan masuk ke dalam.

"Ibu?" Lirih Kiyoon yang menghentikan langkah sang ibu. Mata mereka saling menatap. Kemudian Rae Na mengangguk. Meyakinkan bahwa semua baik-baik saja.

Semua telah duduk di tempatnya. Begitu pun Kiyoon yang duduk di kursi belakang dekat sang kakek. Tak jarang beberapa dari mereka memuji ketampanan cucu dari tuan Min. Padahal, dia sudah sering terlihat di layar televisi.

Yang mengejutkan bagi Kiyoon adalah adanya pria bernama Park Jimin duduk di antara dewan direksi. Sungguh, ini benar-benar membuat Kiyoon semakin naik darah.



..

"Terima kasih"

"Terima kasih"

Para dewan direksi mulai meninggalkan ruangan. Hasilnya pun sesuai kesepakatan. Hanya saja nasib buruk tetap menghantui sang pewaris. Terlebih pria bernama Park Jimin itu menguasai 2% saham perusahaan. Sangat kecil memang. Tapi, tetap saja itu menjadi ancaman. Setidaknya, itu menurut tuan muda Min.

"Ibu, aku ketoilet dulu"

"Jangan lama-lama. Setelah ini kita jemput adikmu"

.

Kiyoon keluar dari toilet. Entah kebetulan atau sengaja, dia bertemu dengan Tuan Park. Orang yang Kiyoon benci melebihi kebenciannya dengan Park Jihoon sekalipun.

Hei! Kiyoon tidak benci pada Jihoon, tolong! Ya, hanya saja tidak suka.

"Hei! Aku bertemu Tuan Muda Min di sini" sapa Jimin ramah yang justru mendapat tatapan nyalang dari putra Min.

"Ah, bagaimana kalau kita makan bersama. Aku juga ingin lebih dekat dengan Tuan Muda Min"

"Tidak perlu. Dan tolong jangan panggil aku Tuan Muda" dingin Kiyoon.

"Yayayaya, baiklah" Jimin masih dengan senyumnya. "Ah, apa kau masih bersama ibumu?"

"Untuk apa anda mencari ibuku. Tidakkah anda tahu ada ayahku bersamanya tadi?"

"Hanya tanya"

"Bisakah anda menjauhi ibuku?"

"Hei! Apa maksudmu, nak? Kami teman dari sekolah dulu" elak Jimin seolah hanya bercanda.

"Aku tidak bercanda, Tuan Park"

"Ki-" Baru saja Rae Na ingin memanggil anaknya. Namun, mendapati mereka saling menatap tajam Rae Na memilih bersembunyi di balik dinding.

"Aku tidak ingin keluargaku hancur karena anda"

"Apa maksudmu?" Bodohnya Jimin masih berani menyunggingkan senyum. Membuat Kiyoon semakin geram.

"Jangan ganggu ibuku. Ibuku sudah punya suami dan dua anak kalau anda lupa? Jika anda butuh istri, setidaknya carilah wanita yang belum punya pasangan. Jangan mengganggu keluarga kami" ujar Kiyoon yang dapat di dengar sang ibu.

"Maaf, nak. Tapi, aku menyukai ibumu" aku Jimin yang mulai memasang wajah garang.

"Jangan sukai ibuku dan jangan menyentuh ibuku. Jangan sekalipun bertemu ibuku. Ibuku hanya milik ayahku"

"Aku akan menggantikan ayahmu"

"Kalau begitu, aku adalah orang pertama yang akan menolaknya"

"Bagaimana jika ibumu yang menginginkanku?" Seringai Jimin.

"Ibuku bukan orang seperti itu"

"Aku akan membuatnya seperti itu. Kau masih kecil belum tahu apa-apa"

"Haruskah aku memukulmu, Tuan?"

"Pukul saja, nak. Suatu saat kau akan memanggil ayah pada-"



"KIYOON!"

Kiyoon benar-benar akan memukul pria di depannya. Jika saja tidak di hentikan oleh suara sang ibu.

"Ibu? Kenapa ibu kesini?"

"Em? Aku mencarimu, tentu saja. Sudah ibu bilang, kan jangan lama-lama? Kenapa lama sekali?"

Kiyoon diam.

"Ayo pergi. Lihat! Ibu jadi harus masuk toilet pria, kan?"

Sungguh akting yang sempurna, bukan? Rae Na bersikap seolah-olah tidak tahu apapun.

"Kami pergi dulu" pamitnya pada pria bermarga park di hadapannya.

Rae Na menunduk gelisah menggenggam tangan yang sempat akan di gunakan untuk memukul. Mengusapnya lembut. Seolah membersihkannya dari noda yang menempel di sana.

"Jangan mengotori tanganmu hanya untuk membela ibu, sayang. Maafkan ibu. Ibu janji, sampai kapanpun akan bersama kalian. Ibu hanya untuk kalian"






To be continue--

Btw kalo balasan komen saya ada yang dobel maafkan. Wetped emang ajak ribut. Masa balasannya pada ngilang. Aing kan jd bingung mana yg belum aing bales. Kalo ada di hapus aja salah satu. Kalo bisa.

Gimana perasaan kalian si kiyoon ketemu tuan park?

Lavyu

Ryeozka

FIX! LOVE / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang