Part 67

934 141 68
                                    

Read, ya! Hew hew!


..

Mari tinggalkan keseruan bersama pasangan YoonJin. Karena di balik itu, hari ini ada yang sedang berperang melawan hati.

Min Rae Na, beliau tengah di hadapkan dengan Park Jimin. Orang yang akhir-akhir ini mengusiknya. Hingga, membuat hubungannya dengan sang suami hampir berantakan.

Ah,  tidak. Tidak seburuk itu. Tapi, cukup menguras amarah kala mengingatnya.

"Aku mohon, berhenti mengusik kami" Kata Rae Na setelah perbincangan panjang.

"Aku tidak mengusikmu, Rae Na" jawab pria bermarga Park itu dengan seulas senyum. Seolah apa yang sedang mereka bicarakan hanya candaan.

"Tidakkah kau dengar apa yang di katakan anakku waktu itu?"

"Jadi, kau mendengarnya?"

"Cukup malu dengan tingkah konyolmu. Tidakkah kau merasa malu? Aku malu, Park. Aku malu. Masalah seperti ini sampai di ketahui anakku. Bahkan aku tidak tahu dari mana dia mengetahuinya"

"Lalu, apa salahnya? Kau ingat? Dulu kau mengejarku saat SMP? Maaf, saat itu aku tidak pernah melihatmu" Kini pria bernama Jimin itu kembali mengalihkan pembicaraan.

"Itu sudah berpuluh-puluh tahun lalu. Bahkan saat itu aku belum mengenal apa itu cinta sesungguhnya"

"Jadi, sekarang kau tahu?"

"Tentu. Dan aku yakin kau pun tahu"

"Apa kau sangat mencintai suamimu itu?"

"Ya. Lebih dari cintanya padaku"

"Kau yakin dia juga mencintaimu?"

"Tentu. Jika tidak, hubungan kami pasti sudah berakhir dari dulu. Aku bukan wanita yang pintar, cerdas dan menarik. Tapi, dia tetap memilihku. Sepanjang perjalanan kami, banyak orang yang mengganggu kami, Tapi, kami selalu behasil melewatinya. Begitupun hari ini. Aku akan melakukan hal yang sama"

Jimin meneguk secangkir kopi yang ada di depannya.  Matanya sedikit melirik pergerakan wanita yang tengah menjadi incarannya.

"Carilah istri yang lebih baik dariku. Yang bisa menyayangi dan mendidik anakmu. Aku tahu, kau melakukan ini semata-mata hanya untuk anakmu. Maka dari itu, carilah yang benar-benar siap menerimamu. Maka, hidupmu akan bahagia"

"Apa kau tidak bisa menerimaku?"

Rae Na tersenyum simpul. Menunjukkan sisi dewasa dan sisi baiknya saat itu juga. "Maaf, aku tidak bisa. Sudah ada yang menungguku di rumah. Mereka membutuhkanku. Aku tidak mungkin meninggalkan mereka hanya demi orang lain"

"Rae Na-"

"Jika kau butuh bantuan, dengan senang hati aku akan membantumu. Bahkan suamiku pun pasti besedia. Tapi, jika harus menjadi bagian dari margamu-" Rae Na mengambil jeda menatap dalam pria yang juga menatapnya. "Maaf, aku tidak bisa"

"Kau benar-benar ingin aku menyerah, rupanya?"

Rae Na berdiri seraya menjinjing tas yang dia letakkan pada kursi di Sampingnya. Senyum tipis mengembang di bibirnya. Pertanda membenarkan ucapannya. "Baiklah! Aku pulang dulu. Aku harus membuat makan malam"

Bukan tanpa alasan Rae Na berkata demikian. Dia ingin menunjukkan kebaktiannya pada keluarga dan tidak bisa di ubah dengan cara apapun.







..

"Anak-anak! Ibu pulang!" Serunya kala memasuki pintu utama.

"Tidak biasanya ibu telat, kecuali lembur?" sahut Kihoon yang duduk di ruang tengah.

Rae Na segera mengecup puncak kepala sang anak seraya mengusak rambutnya. "Ini! Ibu belanja dulu untuk makan malam" Di angkatnya kantong plastik di tangannya.

"Ayahmu belum pulang?"

"Belum. Mungkin sebentar lagi"

"Kakak?"

"Sedang mandi"

"Kalau begitu, ibu juga mau mandi"


..

Di apartemennya, Jimin mendudukkan tubuhnya di sofa. Kepalanya menengadah ke atas. Masih mencerna ucapan wanita yang mengganggu hatinya.

"Ayah kenapa?" Tanya sang anak yang mulai duduk di sampingnya.

"Tidak ada. Jihoon, ibu seperti apa yang kau inginkan?"

"Sudah ku bilang, kan seperti-"

"Jangan katakan seperti bibi Rae Na. Ayah tidak bisa membawakannya untukmu"

"Ayah gagal? Ayah menyerah?"

"Jihoon-"

"Iya, ayah. Aku mengerti. Aku hanya bercanda. Aku sudah besar sekarang. Tanpa seorang ibu pun aku bisa bertahan hidup. Ayah jangan khawatir. Kita bisa hidup berdua saja, kan? Kecuali ayah mencintai wanita lain lagi" Ujar Jihoon di akhiri kekehan. Cukup tahu diri, tidak seharusnya dia menyakiti atau menyulitkan sang ayah.

Jimin mengacak rambut sang anak sembari memberi senyum padanya. "Bagaimana hubunganmu dengan kakak kelasmu itu?"

Jihoon menghela napas putus asa. Kepalanya menunduk lemah. "Sepertinya aku juga menyerah"

Keduanya terkekeh bersama. Seolah menertawakan diri sendiri.






To be continue--

Pliss jan protes 😀😀😀😀😀. Biar selesai dulu masalah emak ini.  Atu atu kita selesaikan.

Tinggal fokus sama nasib YoonJin. Kalo HoonJin mah udah akur. Cuma belum ada tayangannya. Besok di tayangin deh.

Lavyu

Ryeozka

FIX! LOVE / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang