Part 36

1K 145 33
                                    

Dingin. Disini bisa sampe 17 derajat. Padahal 30 derajat aja gue kedinginan.

Btw, siap2 buat part jelek ini.


..

Hari kian berlalu, Sejak keberhasilan Kiyoon mencapai semi final. Bangga, tentu saja. Setiap warga sekolah bahkan memberinya selamat. Bagaimana dengan Hyun Jin?

Ah! Tentu saja. Dia menjadi orang ke sekian yang memberi selamat. Karena, orang pertama yang memberi selamat adalah Kim Yeri. Bahkan dia memberikan sebuah hadiah untuknya.

Mari lupakan tentang itu semua. Karena itu membuat Hyun Jin kesal. Lagi pula esok hari ulangan kenaikan kelas telah tiba. Berarti mereka akan naik kelas tiga dan lulus.

"Apa setiap hari hanya kau habiskan untuk bermain basket? Kau tidak berfikir untuk belajar?"

Bugh!

Bola itu di buang sembarang oleh pemiliknya. "Kau sendiri kenapa selalu ada di tempat ini?" Hyun Jin balik bertanya dengan sinis.

"Tempat ini bukan punyamu. Siapapun bebas datang kemari. Apa kau tidak berpikir untuk belajar? Bukankah besok sudah ulangan?"

"Dengar Min Kiyoon, si otak seribu! Hari-hariku bukan hanya untuk belajar. Seberapa keras pun aku belajar hasil yang ku dapatkan sama saja. Tidak sepertimu yang tanpa belajar pun akan dapat nilai baik. Aku hanya orang bodoh yang mencoba bertahan hidup dalam kebodohan. Jadi, biarkan aku hidup dengan duniaku"

Sedikit ada rasa sesak di sana. Ya, Hyun Jin cukup tahu diri dengan keadaannya. "Lagi pula kau bukan siapa-siapaku" gumam Hyun Jin pelan.





.

Lokasi sekolah sudah sepi. Bisa di katakan sudah tidak ada siswa lagi. Tapi, tunggu! Bukankah itu Min Kihoon? Kenapa dia masih terduduk di sana? Mata Hee Jin menangkap itu. Dia pun segera menghampirinya.

"K-kau kenapa? K-kau sakit? Kau pucat" celoteh gadis bermarga Jeon itu. Dia jadi bingung sendiri melihat Kihoon yang terus merintih dengan memegangi perutnya. "Aduh! Bagaimana ini? Kenapa kau begini? Kau bisa jalan?"

"Kalau aku bisa jalan, aku sudah pulang dari tadi" pekik Kihoon sebisanya.

Hee Jin sampai menghentak-hentakkan kaki seraya menggigit kuku jarinya. Menengok kanan-kiri mencari bantuan. Naas, tidak ada. "Hei! Kau kenapa? Apa aku harus memanggil guru?"

"Tidak. Jangan!" Sergah Kihoon di tengah rintihannya.

"Kau bawa obat? Obat apa yang biasa kau minum?"

"Tidak ada"

"Kihoon, kau pucat sekali. Aduh! Bagaimana ini? Ku hubungi ibu atau ayahmu saja"

"Jangan!"

"Lalu, bagaimana?"

"Kakakku. K-kakakku saja"

Hee Jin segera mengambil ponsel yang ada di saku Kihoon. Lalu, menghubungi nomor kakaknya.

.

Kiyoon menerima panggilan dari ponselnya. Mengabaikan Hyun Jin yang ada di depannya.

"Hei! Kenapa?" Tanya Hyun Jin melihat perubahan wajah Kiyoon.

Tanpa aba-aba, Kiyoon tiba-tiba berlari begitu saja.

"Hei! Kau mau kemana?" Teriak Hyun Jin yang merasa heran.



..

Secepat kilat Kiyoon berlari meninggalkan sekolah. Terus berlari hingga mendapatkan bus yang munkin bisa mengantarkannya ke sekolah sang adik. Dia cukup mencemaskannya. Apa lagi, saat mengingat ucapan yang dia dengar beberapa waktu lalu.

"Dia hampir pingsan, kak"

Dengan napas terengah karena harus berlari dari halte bus, Kiyoon sampai di sekolah sang adik. Ternyata sang adik sudah ada di depan gerbang. Wajahnya pucat, dia harus membungkuk untuk menahan perutnya yang kian sakit.

Ya, dengan tertatih Kihoon berusaha keluar dari sekolah. Dia tidak mau terlalu membuat sang kakak cemas. Walaupun kenyataannya sang kakak sudah cemas lebih dulu.

"Apa yang terjadi?"

"Kakak, bisa kau bawa aku pulang? Obatku di rumah aku sudah tidak tahan" keluh Kihoon tanpa menjawab pertanyaan sang kakak.

"Kakak, cepat bawa dia pulang. Dia sudah kesakitan dari tadi. Aku akan pulang sendiri" ucap Hee Jin yang masih setia menemaninya.




Berakhirlah, Kiyoon menggendong sang adik. Sungguh, ini pertama kalinya.

"Sudah ku bilang, katakan pada ayah dan ibu"

"Aku tidak mau membuat mereka cemas"

"Jangan gunakan alasan klasik"

"Mereka tidak akan membiarkanku. Mereka akan melindungiku seperti bayi. Aku tidak mau"

"Sekarang, kau lihat keadaanmu. Kau semakin parah. Kau butuh pengobatan lebih"

"Apa kau khawatir padaku?"

"Jangan gila Min Kihoon! Atau ku buang kau ke tengah jalan"

"Buang saja. Mungkin itu akan mempercepat-"

"Mempercepat apa?!"

"Ck! Sudahlah! Perutku sangat sakit. Bagaimana kalau nanti ibu tanya?"

"Katakan yang sebenarnya"

"Aku tidak mau"




"Kiyoon, Kihoon?"






To be continue--

Yea,,  BiTieS bek egen. BiTieS cens de gem.

Ku kasih ini aja ya..

Jelek, miankan.

Entahlah, selain mager emang agak down. Down yg bikin mager sih lbh tepatnya.

Apa gue udah waktunya ngundurin diri dr perpenulisan ini?


Lavyu

Ryeozka

FIX! LOVE / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang