Omegat! Udah 50 part aja. Mau end part berapa? 55, 60, 70, 75, ah tidak. 51 saja bagaimana?
..
Hari ketiga. Di mana seorang Kim Hyun jin yang terkenal kuat dan pemberani. Bar bar, mungkin? Dia belum sembuh juga. Mejanya masih kosong.
Setiap hari Kiyoon tak luput dari meja itu. Seperti hari ini misalnya. Setiap pelajaran guru Yoon, dia akan tertidur di mejanya. Tapi, hari ini?
Kosong.
Hanya debu yang ada di sana. Ya, seperti hati Kiyoon, mungkin? Berdebu dan usang karena terlalu lama kosong.
Hemm, lebay kamu thor! *biasanya sih readers gitu 😀
Jam istirahat.
Lagi, Kiyoon harus bertemu dengan si Jihoon itu. Dan pertanyaan yang selalu di lontarkan sama. "Apa Hyun jin sudah masuk?"
"Jika sudah masuk kau pasti melihatnya, bukan?" Begitu jawab Kiyoon yang langsung berlalu.
Bisa di bilang Kiyoon kini merasa bersalah. Hei! Tapi, hujan bukan salahnya, kan?
Astaga! Bukan itu yang ada di pikiran Kiyoon. Tapi, adegan itu. Apa mungkin adegan di depan pintu itu yang membuatnya sakit dan tidak cepat sembuh? Maksudnya, apa mungkin dia jadi menghindarinya?
Jangan begitu, Kiyoon. Sungguh, Hyun Jin-mu itu sekarang masih pusing di rumah. Mukanya masih setengah pucat. Ya, walaupun sudah bisa bangun.
Hari keempat.
Masih sama, belum ada tanda-tanda ada sosoknya. Kiyoon benar-benar heran. Sakit apa yang dia alami sampai tidak masuk empat hari. Setiap kali dia hanya bisa melihat kearah mejanya.
Hem. Bilang saja kau rindu, Kiyoon.
Di rumah, Hyun Jin tengah merasa bosan. Tadi pagi ingin masuk sekolah. Tapi, sang ibu belum mengizinkan. Hingga dia mencari kesibukan.
Jalan ke belakang rumah. Senyumnya langsung mekat kala matanya tertuju pada sebuah papan yang tersandar di dinding. Sebuah papan yang dia bawa dari rumah lamanya.
..
Hari kelima
Bukan, bukan sepeda, motor, atau mobil yang mengantar seorang Kim Hyun Jin ke sekolah. Namun, sebuah papan beroda empat yang dia pijaki. Tahu, kan?
Ya, skateboard.
"Jinnie, kau di antar ayah saja. Ya, ampun! Kakimu baru saja sakit" Jengah sang ibu yang melihat anaknya sudah menaiki papan berbahaya itu. Setidaknya itu menurut Ah Soon.
"Tidak mau. Aku tidak mau" tolak Hyun Jin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Biar saja, bu. Biar tahu rasa kalau jatuh" sahut Soo Ahn, sang adik.
"Sialan, kau!"
"Hyun Jin!"
"Iya, ayah!" Hyun Jin memutar bola matanya malas. Mendengar nada bicara sang ayah yang mengintimidasi.
"Ayah akan mengantarmu"
"Tidak mau. Aku berangkat!!" Hyun Jin berseru sambil meluncur dengan skateboardnya.
.
"Yuhuuuuu!" Seru Hyun Jin mengendarai mainan barunya.
Berkat latihannya saat kelas dua SMP, akhirnya bermanfaat juga.
"Cih! Dia itu perempuan jadi-jadian atau bagaimana?"
"Astaga! Gadis gila"
"Dia itu laki-laki atau perempuan?"
Begitu kiranya cibiran yang mengalun setiap kali Hyun Jin melewati para siswi di halaman sekolah. Hingga menyusuri setiap koridor menuju kelasnya.
Namun, tiba-tiba dia berhenti di depan pintu kelas. Hatinya tiba-tiba berdesir.
"Hei! Kenapa berhenti di sini. Ayo masuk. Sebentar lagi masuk" tegur siswi yang melewatinya.
"I-iya"
Dengan perasaan canggung, dia masuk menenteng papan berodanya.
Benar saja. Orang yang di takutkan sudah duduk di tempatnya. Bahkan walau menunduk, dia dapat merasakan bahwa orang itu tengah menatapnya.
Setibanya di tempat duduk, tangannya terasa bergetar. "Aduh! Perasaan apa ini?" begitu suara hatinya.
"Bagaimana kakimu?"
Deg!
"B-baik. Sudah sembuh" jawabnya yang masih setia menunduk.
"Baguslah"
Hanya itu?
Astaga!
..
Hari berlalu dan Hyun Jin sibuk menghindari si otak seribu. Entahlah. Wajahnya selalu terasa panas setiap kali berdekatan dengannya. Sementara, pria itu tidak memberi klasifikasi apapun tentang kejadian itu. Membuat Hyun Jin cukup kesal juga.
Pulang ini Hyun Jin pulang melaju dengan papan luncurnya. Melewati setiap lorong sekolah yang sudah cukup sepi. Berharap saja tidak lagi bertemu si otak seribu. Cukup, cukup di kelas saja.
"Hyun Jin!" Panggil seseorang dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Park Jihoon si adik kelas.
Reflek, Hyun Jin memutar kepalanya.
Brugg!
Ya, begitulah kalau ceroboh. Mati saja Hyun Jin. Kau menabrak seseorang. Iya, dia memelukmu. Menahan tubuhmu agar tidak terjatuh.
Mata Hyun Jin terarah pada orang yang mendekapnya. Baiklah. Mata mereka saling bertemu. Jantungnya berdetak seribu kali lebih cepat sekarang. Percaya saja, wajahnya memanas seketika.
"K-kau" cicit Hyun Jin tercekat.
To be continue--
Segitu dulu. Hehe, sori gak banyak dialognya. Pasti bosen ya?
Maafkan!
Iri gak sih kalian sama para atlet asian games. Gue gak iri sama bonus yg mereka dapat. Gue iri sama prestasi mereka. Kadang kalo di pikir2 mau nangis gue. Gue ngerasa gue cuma seonggok daging yg gak berguna. Yg akan membusuk sia-sia.
Lavyu
Ryeozka.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX! LOVE / END
FanfictionWelcome to other side of Min's Family. "Biarkan cinta mencari cintanya sendiri" • Edisi spesial untuk Min Kiyoon dan Min Kihoon di masa remaja. lengkap kisah keluarga pasangan Min Yoongi dan Min Rae Na. Semua terangkum dalam kisah keluarga yang di k...