Part 26

1.1K 147 36
                                    

Panjang beibh!
Sp yg nonton konser wanna one?

..

Yeri dan Hyun Jin bertemu di kantin sekolah. Mereka tengah duduk berhadapan dengan menu makan siang di tengahnya. Ah, tidak. Hyun Jin hanya membawa minuman kaleng saja.

Jadi, Hyun Jin telah memaafkan Yeri?

Ah, gadis ini terlalu baik. Hingga semudah itu memaafkan kesalahan orang. Baginya, wajar manusia melakukan kesalahan. Selama masih bisa di atasi, sudah lupakan saja.

"Seberapa dekat kau dengan Kiyoon?"

"Dekat?"

"Maksudku, seberapa banyak kau tahu tentang Kiyoon? Seperti, apa makanan kesukaannya, mungkin? Bukankah kau kenal sejak kecil?"

"Aku tidak sedekat itu. Aku hanya bersamanya hanya sampai lulus TK. Setelah itu aku pindah dari sini. Terakhir aku bertemu setelah lulus SD itupun karena aku sedang berlibur ke sini. Jadi, aku tidak tahu apa-apa. Aku bahkan baru tahu, kalau dia suka bulu tangkis"

"Sungguh?"

"Em! Satu yang ku ingat, dia tidak suka perempuan yang selalu ingin tahu tentangnya. Karena dulu dia sering marah padaku jika aku banyak tanya padanya"

"Seperti itu?"

"Ya, dia menyebalkan. Itu yang ku tahu"

"Kau sungguh tidak menyukainya?

"APA?!"

..

Gadis berseragam ini terus menyusuri jalan untuk kembali ke rumahnya. Gadis ini berjalan menunduk dengan lesu.

"Jinnie?" Panggil seseorang tiba-tiba dari dalam mobil. Sontak, dia pun mengarah pada sumber suara.

"Bibi?"

"Ayo naik!" Ajak sang bibi. Namun, Hyun Jin hanya diam. "Sudah! Ayo, masuk!" Paksanya.

.

Setengah perjalanan telah mereka lalui. Tidak banyak yang mereka bicarakan. Hyun Jin pun bingung harus membicarakan apa.

"Bibi? Apa Paman Yoongi cinta pertama bibi?"

Rae Na terkekeh. "Kenapa bertanya seperti itu?"

"Hanya tanya saja. Bibi dan paman kan selalu terlihat harmonis"

"Kau pikir ini sebuah drama atau cerita romansa?" Balas Rae Na

Iya, inikan fanfiction bukan drama.

"Cinta pertama akan menjadi cinta terakhir? Tentu saja tidak. Di dunia ini hanya 1 berbanding 1000 yang bisa mempertahankan cinta pertama sampai akhir" lanjutnya.

"Berarti Paman Yoongi bukan cinta pertama bibi?"

"Tentu saja bukan" jawab Rae Na seraya tersenyum ramah.

"Jadi, siapa cinta pertama bibi?"

"Ada. Namanya Park Jimin. Bibi menyukainya saat akhir kelas dua SMP"

Hayoloh! Kalian melupakan sosok satu ini kan? Semua memb BTS udah masuk tgl dia yg blm. Kalian gak nyadar kan?

"Park Jimin? Apa paman tahu?"

Rae Na kembali tersenyum. "Tidak. Pamanmu itu tidak mau tahu tentang hal semacam itu"

"Lalu, kalian berpacaran?"

"Tentu saja tidak. Dia sangat tampan. Jadi idola setiap siswi. Lagi pula dia sudah punya pacar waktu itu"

Hyun Jin mengangguk-angguk. "Berarti, Paman cinta kedua bibi?"

"Bukan juga"

Gadis remaja ini tampak terkejut. Terlihat dari ekspresinya yang tidak percaya. "Lalu?"

"Ada orang lain sebelum bibi mengenal paman. Dulu kami sempat dekat. Tapi, akhirnya dia pindah ke luar kota"

Hyun Jin tampak antusias mendengar kelanjutan ceritanya. Namun, cerita itu di akhiri dengan kalimat penutup yang cukup mengoyak hatinya.

"Jinnie, cinta tidak semudah kelihatannya. Apalagi seperti drama, cerita romansa atau sejenisnya. Cinta itu tidak cukup hanya dengan pengorbanan. Berkorban tanpa adanya rasa percaya tidak akan ada apa-apanya"

"Memang ada yang seperti itu?"

"Banyak"

"Contohnya?"

"Kau mau turun di mana? Hampir sampai, kan?"

"Bibi! Jawab dulu pertanyaanku?" Rengeknya.

"Kalau kau ingin membahas cinta, sampai besok pagi tidak akan selesai. Memang kenapa? Kau punya cinta pertama? Emm, apa Kiyoon cinta pertamamu? Kau takut kehilangannya?" Goda Rae Na.

"Bibi!"




..

Ibu dua anak ini memarkirkan mobilnya. Segera dia turun dan masuk ke rumah. Namun, matanya seolah menangkap bayangan seseorang. Saat dia berbalik, bayangan itu telah berlalu. Dengan segera dia mengejarnya. Tidak ingin melewatkan bayangan itu.

"KIHOON!"

Kihoon berhenti melangkah. Sang ibu langsung menghampirinya. Menggenggam tangannya dengan mata nanarnya.

Ya, sedari tadi Kihoon berdiri di seberang jalan. Memandang sendu rumahnya. Dia ingin pulang. Dia merindukan suasana hangat seperti dulu di keluarganya. Tapi, dia ragu. Rasa kecewanya masih membelenggu. Terlebih kala mengingat tinjuan keras yang kakaknya berikan. Hatinya masih belum bisa menerima.

"Kihoon? Pulang, sayang!"

Kihoon masih diam.

"Bagaimana mungkin kau bisa meninggalkan ibu?" Air mata sang ibu sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Aku akan pulang, bu"

"Sungguh? Kau akan pulang?" Senang Rae Na.






"Ke rumah kakek"

Tik

Sedetik kemudian, air mata yang harusnya kering itu justru jatuh. "Kihoon"

"Masih ada kakak yang akan memberikan kebahagiaan untuk ibu dan ayah. Kakak sudah lebih dari cukup mewujudkan keinginan kalian. Kakak punya segalanya. Aku akan menemani kakek saja. Kakek juga butuh teman, kan?"

Sungguh, tutur anak bungsunya berhasil menusuk hatinya. Air matanya semakin deras mengalir. Tidak menyangka sebesar itu sakit hatinya.

Kihoon menarik tangannya. Melanjutkan jalannya di tengah hari yang mulai gelap. Bukankah Kihoon terlampau berani?

"KIHOON!!"

Tak kuasa, Rae Na mengejar anak bungsunya, memeluknya erat dan menangis histeris mendekapannya.

"Jangan tega pada ibu. Ibu salah. Maafkan ibu. Jangan tinggalkan ibu. Kembali ke rumah, sayang. Ibu mohon. Ibu kesepian. Ibu tidak bisa tidur"

Kihoon masih diam. Menunggu apa lagi yang akan di katakan oleh sang ibu.

"Ibu menyayangimu. Ibu tidak bermaksud membedakan kalian. Jangan berpikir ibu hanya menyayangi kakakmu. Kalian sama berharganya untuk ibu"

Sesekali Rae Na mengecup kepala anaknya. Meski air matanya terus saja mengalir. "Pulang, sayang. Kameramu tidak ada yang memakai. Ponselmu juga tergeletak di meja. Kau memaafkan ibu, kan?"





To be continue--

Kira2 di maafin gak ya?

Syedih akutuh ngetiknya.

Huwaaaa bang modric kalah. Walaupun ttp jadi pemain terbaik.

Lavyu

Ryeozka

FIX! LOVE / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang