Part 41

1K 145 87
                                    

Maafkan atas segala macam typo yang terdapat di part2 sebelumnya dan maafkan untuk typo yang akan datang.

Pake lagu Jin-ephipany, walaupun scra arti gak cocok. Yg penting musik galaunya nyampe.

..

Satu detik,

satu menit,

satu jam.

Dokter bilang, operasi akan selesai dalam waktu satu jam. Tapi, sudah lebih dari satu jam dokter belum keluar juga.

Kini suasana semakin tegang. Menunggu satu menit saja seperti satu tahun. Jika terjadi sesuatu pada Kihoon. Pastikan dokter berakhir di tanganku. Di mana aku sudah berdiri di samping pintu ruang operasi. Otakku terus mengingat apa yang di katakannya beberapa waktu lalu.

Akhirnya pria berpakaian biru itu keluar dari ruangannya. Tapi,  kenapa wajahnya tampak tidak bersahabat sama sekali?. Aku sudah siap dengan jawaban sang dokter. Sungguh, jika dia tidak berhasil menyelamatkan adikku. Akan ku habisi dia. Dia harus menggantikan nyawanya.

"Maaf"

"Cepat katakan dokter" paksaku

"Maaf, adik anda kondisinya sangat lemah"

"Apa maksud dokter?"

"Dia dalam tekanan terendah. Jika dalam waktu singkat dia belum sadar, maka maaf kami gagal"

"Apa maksud dokter?!" pekikku.

Mataku semakin memanas menunggu jawaban dokter yang bertele-tele, menurutku.

"A-"

Cklk!

"Dokter!"

Sial!

Perawat itu menggaggu saja dengan wajah paniknya itu.

"Ada apa?"
























"Pasien sudah tidak bernapas"

"APA?! APA MAKSUDMU?!"

Dokter sudah masuk ke dalam. Sungguh, kakiku teramat lemas. Aku bahkan tidak bisa menggambarkan perasaanku. Singkatnya, kacau. Hanya itu.

Garis itu, garis di monitor itu kenapa tidak bergerak sama sekali. Apa yang terjadi. Dokter, matilah di tanganku sekarang juga.

"Maaf, adik anda gagal kami selamatkan"

"DOKTER!" Tanganku sudah terayun memukulnya.

"KIYOON!" ibu dan semuanya sudah histeris di belakangku.

Sungguh, siapa yang mengizinkan ini terjadi?


Sekeras apapun aku pada adikku, kakak mana yang tidak menangis jika di tinggal adikku. Bahkan, air mataku sudah tak hentinya mengalir. Sekarang, hanya foto di bingkai itu yang bisa ku pandang. Siapa lagi yang bisa ku hajar? Siapa yang bisa ku ajak bersaing? Siapa yang bisa ku ajak bertengkar?

"Kakak?"

Suaranya, itu suaranya. "Kihoon!"

"Kakak, ibu dan ayah selalu bahagia karenamu. Mereka selalu mengandalkanmu. Jadi, kakak harus selalu membahagiakan mereka dan membuat mereka bangga" bisa-bisanya dia tersenyum konyol.

"Kakak, kau tahu, kan aku tidak bisa melakukan itu? Jadi, kakak harus bisa melakukan itu. Jangan khawatir! Ibu akan memberi kakak adik yang cantik. Aku pergi, kak"

Aku terjatuh. Tepat sebelum kami berangkat ke pemakaman. Hingga ayah harus membangunkanku. Merangkulku mengikuti langkah menuju tempat pembaringan terakhirnya.

FIX! LOVE / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang