Part 42

1.1K 162 69
                                    

Maafkan tidak jadi dabel kemarin.








..

Saatnya menginjak kelas baru. Saatnya dengan semua yang baru. Tapi, adakah hati yang baru?

Siapa yang menginginkan hati baru?

Bukan. Bukan itu. Hanya saja, bisa melupakan sesuatu yang sempat mengganggu hati itu adalah suatu yang menyenangkan.

"Mulai sekarang, kalian harus lebih rajin belajar. Kalian bukan lagi siswa kelas satu atau dua. Kalian kelas tiga. Kelas terakhir untuk menuju masa depan, mengerti?"

Itu pesan guru yang sering siswa dengar setiap kali di kelas akhir. Sungguh, Hyun Jin muak dengan nasihat seperti itu.

Hei! Ingatlah! Hidup itu tidak semudah teori yang kau pelajari. Hidup itu adalah apa yang kau alami dan apa yang telah terjadi. Hidup itu apa yang kau jalani, bukan apa yang tertulis di kertas putih. Bukan juga nasihat bertubi-tubi yang berujung omong kosong.

Ah! Baiklah. Kalian pasti rumit memahami ini.

Jam istirahat.

Saatnya melegakan tenggorokan juga perut. Hyun Jin dengan percaya diri melangkah ke kantin. Mengabaikan segala hal yang mengganggunya.

"Kakak?!"

Seorang siswa mendekatinya. Membuat Hyun Jin cukup terkejut. "Jihoon?"

"Iya, aku sekolah di sini"

"Woo.. Kau sudah SMA sekarang"

"Kakak tidak lihat aku pakai seragam sama denganmu?"

Keduanya terkekeh. Tidak tahu saja ada yang memperhatikan mereka dari jauh.







..

Bug bug bug

Apalagi kalau bukan suara bola yang memantul. Masih sama. Ya, Hyun Jin masih menyukai basket. Basket yang menjadi mimpinya.

"Masih tidak bosan bermain basket?"

Dia menoleh. Melihat sosok yang selalu saja menghampirinya.

"Kenapa? Kau saja tidak bosan bermain bulu tangkis"

"Kenapa tidak jadi atlet basket saja?"

Hyun Jin berjalan menuju kursi di pinggir lapangan. "Itu masalahku"

Kini keduanya duduk di sana. Hyun Jin hanya bisa menghela napas berat.

"Orang sepertimu juga punya masalah?" Ejek Kiyoon.

"Mana ada orang hidup tanpa masalah"

Keduanya terdiam. Hingga Hyun Jin kembali membuka suara. "Kemana kau akan melanjutkan setelah lulus?"

"Kau mau ikut?"

"Aku tidak mungkin mampu mengejarmu, Min Kiyoon si otak seribu"

"Kalau begitu tunggu aku. Tidak perlu mengejarku"

Hyun Jin langsung melirik orang di sampingnya. "Apa maksudmu?"

"Jangan mengejarku. Tunggu saja sampai aku mencintaimu"

Bug!

Seketika bola di tangan Hyun Jin mengenai lengan Kiyoon. "Dasar gila! Maksudku mengejar nilaimu. Bukan mengejar cintamu, otak seribu!"

"Sial! Kenapa wajahku panas begini. Mana jantungku seperti loncat-loncat" begitu kiranya gumam hati Hyun Jin.

"Aku tahu, kau menyukaiku. Terlihat dari wajah merahmu"

"Apa?! Jangan mengada-ada, otak seribu! Ini karena sinar matahari" elak Hyun Jin yang membuat Kiyoon mengeluarkan senyumnya.

"Kenapa kau selalu memanggilku otak seribu?"

"Ya, karena kau pintar. Setidaknya menurut orang-orang"

"Kalau aku otak seribu, lalu kau apa? Tidak punya otak?" Sindir Kiyoon yang cukup menusuk teman kecilnya.

"Sialan! Terserah kau saja"

Hyun Jin beranjak dari sana. Bermaksud meninggalkan pria yang selalu menyebalkan baginya. Sementara, Kiyoon masih duduk di sana memandangnya.






"Kakak!"

"Jihoon?"

Kiyoon terkejut. Dia langsung melihat sumber suara. Dua orang itu terlihat asik berbicara.

"Kenapa kau bisa di sini?"

"Kebetulan. Sedang apa kakak di sini?"

"Bermain basket sebentar"

"Basket? Memang bisa?"

Hyun Jin meninju lengan adik kelasnya. "Enak saja. Jangan meremehkanku"

"Pukulan kakak sakit" erang Jihoon. "Kakak bermain dengannya?"

"Siapa? Otak seribu itu?"

"Apa?"

"Maksudku, Kiyoon. Cih! Dia hanya mengganggu saja"

"Bagaimana kalau bermain denganku?" Tawar Jihoon.

Hyun Jin berpikir sejenak. "Baik! Siapa takut?"

Mereka segera menghampiri Kiyoon yang masih berdiri di sana. Entah kenapa dia belum pergi.

"Hei! Di mana bolaku?" Tegas Hyun Jin.

Tidak bersuara, Kiyoon hanya mengarahkan kepalanya.






.

Hyun Jin dan Jihoon terlihat asik bermain. Sesekali mereka terlihat tertawa. Tak jarang pula Jihoon tampak mengumpat karena kalah dengan kakak kelasnya.

"Kau kalah, Park Jihoon!" Teriak Hyun Jin lantang di sertai tawa.

"Nanti aku menang!" jawab Jihoon seraya berlari kearah sang kakak kelas.

Niat hati mengambil bola. Jihoon justru menabrak Hyun Jin hingga memeluknya. Membuat yang di seberang saja menatap lekat.

Hei! Kiyoon belum pergi, kawan. Dia masih berdiri di salah satu sisi lapangan. Tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Di mana wajah Hyun Jin dan Jihoon begitu dekat.

Akankah mereka berciuman?






To be continue--


Maaf kawan. Entah kenapa kemaren otak tiba2 ngadat. Berasa kosong.

Dan maaf ini basa-basi sekali. Juga maaf ku sekip jauh. Langsung tahun ajaran baru aja. Biar jihoon cepet sma. Hehehe...

Maaf atas segala kejelekan, typo dan segala kekurangan di book ini.

Lavyu

Ryeozka

Gue heran kenapa perbandingannya gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue heran kenapa perbandingannya gitu. Itu pembacanya kmna?

FIX! LOVE / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang