Part 68

900 127 90
                                    

Ho a'yu gaes. Aiem not fain so mach. So kalo jelek maafkan. Benar2 di bawah mud bagus.


..

"Jadi, kau akan sekolah kedokteran?"

Ini Hee Jin, si manis dari keluarga Jeon. Teman Kihoon beberapa hari ini. Tak jarang mereka pulang bersama seperti sekarang.

"Em" Kihoon hanya berdehem seraya mencari obyek dari kameranya.

"Tapi, kau kan suka memfoto"

"Apa salahnya. Kalau aku mau, aku bisa melakukan keduanya"

Hee Jin sedikit berpikir. "Aa, benar juga. Kau, kan pintar"

"Tentu"

"Aku heran kenapa keluargamu pintar semua, sih?"

"Kami belajar"

"Aku belajar. Tapi, tidak sepintar kalian"

"Berarti kau bodoh"

"Hei! Aku tidak bodoh! Jangan menghinaku!" Pekik Hee Jin.

"Lalu?"

"Hanya sedikit kurang beruntung, mungkin?"

"Jangan mengandalkan keberuntungan"

"Kenapa?"

"Ibuku bilang begitu"

"Jangan hanya mengandalkan keberuntungan. Jika keberuntungan itu tidak lagi berpihak padamu maka, kau akan hancur saat itu juga" begitu nasihat sang ibu yang teringat jelas di otak cerdas si bungsu dari keluarga Min.

"Baiklah. Aku pulang dulu"

Jelas mereka beda arah. Kihoon masih harus jalan lurus. Sementara, Hee Jin harus berbelok di persimpangan. "Sampai jumpa"

"Tunggu!" Seru Kihoon saat Hee Jin sudah berbelok.

Ckrk!

Tepat saat Hee Jin berbalik, Kihoon mengambil gambarnya.

"Hei! Apa yang kau lakukan?!" Pekik Hee Jin

"Tidak ada. Pulanglah!"

Kihoon segera berbalik meninggalkan temannya. Sebelum akhirnya, di kejar oleh Hee Jin dan di raih kamera itu olehnya.

Sayang, reflek Kihoon cukup bagus. Sebelum terambil dia segera menjauhkan kameranya.

"Kihoon! Di hapus dulu!"

"Tidak bisa!"

Tejadilah rebutan di antara keduanya. Kihoon yang sibuk menjauhkan kamera dari jangkauan Hee Jin. Sementara, Hee Jin sibuk meraih kamera seraya berteriak minta di hapus gambarnya.

"Pulang saja sana!"

"Tidak. Di hapus dulu"

"Pulanglah!"

Hee Jin menghela napas putus asa. "Baiklah!" Jawabnya tegas. Meninggalkan Kihoon yang masih berdiri di sana.

Tak di sangka, Kihoon berjalan di belakangnya.

"Kenapa kau mengikutiku?"

Kihoon tidak menjawab. Dia justru jalan sejajar dengannya. "Apa lagi?" Jengah Hee Jin.

..

Berakhirlah mereka di sini. Duduk di taman kecil pinggir jalan.

"Mungkin aku akan mengambil kelas cepat?"

"Kelas cepat?" Hee Jin menatap bingung.

"Em, kelas akselerasi. Jadi, aku hanya akan sekolah 2 tahun"

"Kenapa begitu?"

"Ada yang menyarankan"

Keduanya diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Apa nanti kau akan melupakanku?" Celetuk Hee Jin tanpa sadar.

"Kau ingin aku melupakanmu?"

"Ma-maksudku, kau kan baru berteman denganku. Siapa tahu kau jadi mudah lupa padaku"

"Kau menyukaiku?"

..

Putra bungsu keluarga Min ini tiba di rumah. wajahnya sedikit muram.

"Kapan aku di sambut ibu ketika pulang?" gumamnya memandang rumah besar di depannya.

Perlahan dia mulai membuka pintu. Pandangannya mengedar ke seluruh ruangan. Hanya cahaya remang-remang yang menyelimuti. Sunyi, sepi, begitu yang selalu dia dapatkan ketika masuk ke dalam. Sambutan yang sederhana, bukan?




To be continue--

Maafkan kemaren gak bisa up.

Kemarin saya kena semprot sama atasan. Ya anggap aja gitu. Soalnya saya nganggapnya gitu. Jadi badmood. Pen marah juga gak bisa. Pen ngumpat juga percuma. Dan sampe sekarang sakitnya tuh masih disini. Syedih, kawan!

Kayanya saya juga gak sepenuhnya salah. Tapi, ya sudahlah. Saya mah udah biasa salah dan di salahkan. Yang bener aja di salahin, apalagi yang salah?

Hufftt

Serba salah saya...

Cuma di sini saya bisa meluapkan emosi saya.

Btw, apa anda percaya saya itu tomboy?


Lavyu

Ryeozka

FIX! LOVE / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang