Prolog

9.5K 333 12
                                    

"Fahmi, Kiki cantik nggak?"

Lagi-lagi Kiki menanyakan hal itu. Seharian ini, Kiki sudah bertanya sebanyak 13 kali. Bahkan Fahmi sudah jengah mendengarnya. Fahmi ingin sekali memasukan gadis mungil dan menyebalkan ini ke dalam karung, lalu membuangnya di Kali Ciliwung!

"Hm."

"Fahmi kok gitu sih? Jangan Hm doang, dong!"

"Lo tuh pengennya apa sih, Ki? Lo tanya lo cantik, iya lo cantik. Cantik banget! Puas!" Fahmi sudah tidak tahu lagi harus menjawab apa, dia bosan mendengar pertanyaan itu.

Sebenarnya apa sih motivasi wanita ketika mereka menanyakan hal itu? Kenapa mereka tidak pernah puas dengan jawaban Iya seorang lelaki? Kenapa mereka terus menanyakannya lagi dan lagi?

"Hehe, puass." Kiki nyengir kuda yang membuat Fahmi memutar bola matanya malas.

"Kiki punya pacar, boleh?"

Fahmi yang sedang minum es teh plastiknya tiba-tiba tersedak. Dia menatap tajam gadis mungil di sampingnya.

"Ira teman sebangku Kiki punya pacar, Kiki boleh punya pacar?"

"Nggak!" Jawab Fahmi tegas.

"Kenapa?" Kiki menautkan alisnya, wajahnya benar-benar polos.

"Lo masih kecil."

"Berarti Ira juga masih kecil? Dia kan satu kelas sama Kiki, tapi Ira punya pacar." Kiki tak mau kalah.

"Lo lebih kecil. Tinggi lo cuma segini." Fahmi berdiri dan menyetarakan telapak tangannya agar sejajar dengan dada bidangnya. Memang, tubuh Kiki tergolong kecil dan mungil, hanya sedada Fahmi saja. Dia tidak setinggi teman-temannya yang lain. Entahlah, Kiki yang terlalu kecil atau Fahmi yang terlalu tinggi.

"Jadi jangan ngaco!" Fahmi meninggalkan Kiki di kantin, dia melempar kasar es teh yang membuatnya tersedak ke tempat sampah, di samping penjual cilok kuah.

"Sebel! Fahmi jahat! Sedih Kiki tuh."

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang