"Mampir?" Tanya Kiki.
"Lain kali ya. Gue harus jemput Mama di toko."
Kiki tersenyum dan mengangguk. Dia tetap berdiri di depan pagar rumahnya sampai motor besar warna hitam itu menjauh.
Kiki masuk ke rumah dengan senyum yang terus mengembang. Kiki merasa ada yang aneh dalam dirinya, tapi Kiki tidak tahu apa itu.
"Udah pulang lo?" Tanya Ken.
"Hm." Kiki terus melangkahkan kaki kecilnya, dia menaiki satu persatu tangga di rumahnya. Mengabaikan Ken yang sedang menatapnya aneh.
"Tumben tu toa pos kamling diem bae." Ken berkata pada dirinya sendiri.
"Adek udah pulang, Bang?" Tanya Amira dari dapur.
"Udah, Bun."
"Panggil, suruh makan dulu."
Ken berlari kecil menaiki tangga.
"Ki? Turun! Makan!" Perintah Ken.
"Iyaaaa!" Teriak Kiki dari dalam.
Setelah mendengar jawaban Kiki, Ken kembali turun. Dia menonton televisi sembari menikmati keripik kentang yang berada di tangannya.
Setengah jam kemudian, Kiki baru turun dari kamarnya.
"Lo abis semedi apa gimana sih?" Tanya Ken yang masih fokus pada televisinya.
"Ck! Tadi tuh Kiki berak dulu."
"Lo mau makan ngapain berak dulu, bego!"
"Ya kan biar perutnya kosong, Bang. Biar nanti makannya banyak." Jawab Kiki asal.
Ken hanya mengerutkan keningnya. Baru kali ini dia mendengar teori semacam itu. Ternyata Kiki terlalu banyak belajar.
Kiki mengambil sepiring nasi dan membawanya ke ruang keluarga untuk ia nikmati bersama Ken.
"Makan lo bener-bener banyak." Ucap Ken setelah melirik piring Kiki.
"Iya kan tadi isinya habis dikeluarin." Kiki menyendok makanannya.
"Emang bisa ya, gitu?"
"Bisa. Abang coba aja. Berak dulu sebelum makan." Kiki menyuap kedua kalinya.
"Berak lo tadi banyak?"
"Nggak. Soalnya Kiki cuma makan dikit di sekolah. Cilok Kiki belum habis tapi Ira udah ngajakin Kiki ke kelas." Kiki menggigit tahu gorengnya.
"Dek? Gue bingung deh sama lo." Ucap Ken kemudian.
Kiki menghentikan kunyahannya. Mulutnya masih penuh dengan makanan.
"Lo nggak jijik gitu ngomongin berak waktu lagi makan?"
Kiki nampak berpikir dengan pipi menggembung.
"Enggwak. Kwan cwuma ngwomwongin. Nggwak ngwliat lwangswung." Ucap Kiki tidak jelas.
"Ck! Telen dulu, bego!" Ken melemparkan remot tv kepada Kiki.
Kiki mengunyah makanannya dan menelannya.
"Enggak. Kan cuma ngomongin. Nggak ngliat langsung." Ulang Kiki.
"Jorok lo jadi cewe!"
"Kiki-" Ucapan Kiki terpotong karena ada seseorang yang membuka pintu rumahnya.
Ken menoleh ke pintu. Memastikan siapa yang datang.
"Baru pulang, Mi?" Tanya Ken.
Fahmi hanya tersenyum miring.
"Fahmi? Kok Fahmi baru pulang langung ke sini? Ganti baju dulu, ih!" Ucap Kiki.
Fahmi hanya diam dan berjalan mendekati kakak-beradik itu.
"Lo baru pulang, emang habis dari mana?" Tanya Ken lagi.
"Ada." Jawab Fahmi sembari menatap tajam Kiki.
Kiki yang hendak menyuap kembali pun berhenti dengan sendok yang dipenuhi nasi menggantung di depan mulutnya. Tatapan tajam Fahmu benar-benar membuat Kiki mati kutu. Bahkan dia menjadi tidak nafsu makan.
"Lo pulang sama siapa?" Tanya Fahmi dingin.
"Ki-Kiki pulang sama Kak Nan-Nandes." Jawab Kiki gugup karena takut dengan tatapan Fahmi.
Tatapan Fahmi memang selalu tajam, tapi tidak pernah setajam ini jika memandang Kiki.
"Lo nggak nungguin Kiki daritadi kan, Mi?" Ken takut jika Fahmi menunggu Kiki sejak tadi, tapi Kiki justru sudah makan dengan lahapnya di rumah.
Fahmi tersenyum miring, lagi.
"Nggak. Gue emang lagi ada urusan sama anak futsal." Jawab Fahmi.
"Gue balik." Fahmi keluar dari rumah Kiki meninggalkan Kiki yang masih ketakutan. Dia tidak pernah mendapatkan tatapan seperti itu dari Fahmi. Biasanya Fahmi menunjukkan tatapan teduhnya pada Kiki, tapi tidak kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
K E E Y A R A [Completed]
Genç KurguInsyaaAllah lucu 😂 InsyaaAllah ndak nyesel kalo baca. DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA SAYA!!!!!!! Kalian boleh membaca, tapi tolong, jangan diplagiat. Author nulisnya juga nggak gampang, perlu berbulan-bulan buat selesaiin cerita ini. Jadi tolongg, s...