Bangkit sedang berjalan di koridor dengan seragam yang lusuh. Ada beberapa noda di sana. Sepertinya Bangkit kembali berkelahi, tapi dengan siapa lagi dia berkelahi?
"Dari mana, lo?" Tanya Bangun saat Bangkit sudah berada di dekatnya.
"Ada."
"Berantem lagi, lo?"
"Hm." Jawab Bangkit seadanya.
"Bangkit, Bangkit. Lo nggak kasihan sama Tante Rena?"
"Kenapa sih, Bang, lo selalu bawa-bawa Mama?"
"Karena gue kasihan sama nyokap lo. Dia udah capek-capek ngurusin lo dari kecil. Tapi lo malah bikin masalah terus."
"Nyokap lo udah ditinggal sam-"
"Udah, Bang. Nggak usah bahas itu di sini." Tatapan Bangkit dingin tapi menusuk.
Persis seperti tatapan seseorang yang kesepian. Bangkit memang kesepian.
"Ya udahlah, terserah lo. Emang paling susah dibilangin. Nih, kenalin, temen-temen gue."
Bangkit hanya tersenyum simpul, bahkan tidak berniat memperkenalkan dirinya.
"Menurut gue lo nggak butuh kenalan sama yang cowok. Jadi gue kenalin yang cewek aja, Sani."
"Sani." Sani memperkenalkan dirinya dengan senyum manis.
Bangkit hanya tersenyum kecut.
"Baju lo nggak ganti dari kelas X ya?" Tanya Bangkit cuek membuat seluruh teman Bangun tertawa terpingkal-pingkal.
Sani hanya mendengus. Dia merasa telah direndahkan di depan lelaki-lelaki ini. Padahal Sani tidak sadar jika diri sendiri yang membuatnya rendah.
"Lo deket banget sama Bangkit, Ngun?" Tanya Tegar.
"Hm. Sepupu gue. Emang brandalan gitu. Keluar masuk BP."
"Bangun! Itu bukannya kapten Laskar, ya?" Tanya Sani.
"Mana?"
"Itu, yang bajunya nggak ada lengannya itu."
"Oh, Fahmi?"
"Iya, Fahmi. Itu Fahmi, kan?"
"Iya, emang kenapa?"
"Kok dia cium pipinya cewek itu, sih?"
"Cewek mana?" Tanya Bangun penasaran. Dia langsung berdiri untuk melihat lebih jelas.
Terlihat Kiki sedang menangkup pipinya dan Fahmi yang berlari menjauhinya.
"Itu bukannya cewek Fahmi ya? Yang makan sama kita di kantin." Ucap Tegar.
"Iya, tapi itu juga cewek yang kemarin ke rumah sakit sama lo, kan, Kit?" Bangun bertanya kepada Bangkit.
"Iya." Jawab Bangkit singkat.
"Lo kenal dia?" Tanya Sani.
Bangkit hanya diam.
"Kok dia bisa ke rumah sakit sama lo? Dia kan cewek Fahmi, segampang itu ya dia pergi sama cowok lain?"
"Iya, sama gampangnya sama lo yang mamerin body lo ini." Bangkit menatap Sani jijik dan memilih untuk pergi.
Bangkit tidak suka dengan gaya pakaian dan juga cara Sani menjelek-jelekan Kiki di depan umum, di depan orang-orang yang tidak mengenal Kiki, di depan siswa SMA Gemilang.
"Bangkit kenapa, dah?" Tanya salah satu teman Bangun.
"Lo jangan sembarangan berasumsi kaya gitu, San. Kalau cewek itu dengar, nggak enak."
"Emang gue salah, gitu? Gue kan bilang kenyataan."
"San, jangan cari masalah. Kita main di kandang orang."
"Gue nggak cari masalah, gue cuma bilang kenyataan. Ke-nya-ta-an!"
Sani kesal. Dia sudah menunggu-nunggu saat seperti ini. Saat bertemu kembali dengan Fahmi. Dan disaat semuanya sudah terwujud, dia harus melihat Fahmi yang sedang mencium pipi gadis lain. Rasanya Sani ingin membakar SMA Laskar agar Fahmi dan gadis itu mati terbakar bersama!
"Gue ingetin lagi, jangan bikin keributan di sini. Jangan main api di tambang minyak." Bangun berdiri untuk bergabung dengan tim lawan.
"Dengerin, San." Ucap salah satu teman Bangun sebelum ia menyusulnya.
Sani hanya mendengus. Dia memilih diam dan tidak menanggapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
K E E Y A R A [Completed]
Teen FictionInsyaaAllah lucu 😂 InsyaaAllah ndak nyesel kalo baca. DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA SAYA!!!!!!! Kalian boleh membaca, tapi tolong, jangan diplagiat. Author nulisnya juga nggak gampang, perlu berbulan-bulan buat selesaiin cerita ini. Jadi tolongg, s...