36. Prioritas?

2.4K 148 2
                                    

"Ki, lo lihat story-nya si Naina nggak?" Tanya Ira saat dia di kelas bersama Kiki.

"Naina? Murid baru itu? Temannya Fahmi itu?" Tanya Kiki.

"Ck. Iya!"

"Enggak. Kiki kan enggak simpan nomor dia."

"Ck. Bukan di WhatsApp Keeyara! Di Instagram!"

"Kiki enggak follow dia." Ucap Kiki lagi.

"Ya udah, nih, gue kasih tahu." Ira buru-buru mengambil ponselnya dari dalam tas.

Tangannya lincah memasukkan sandi di ponselnya. Setelah terbuka, dia menyentuh gambar aplikasi Instagram miliknya.

"Nih!" Ira menyodorkan ponselnya ke depan wajah Kiki.

"Nggak kelihatan, Ira!" Dengus Kiki.

Mana mungkin Kiki bisa melihat apa yang ada di ponsel Ira jika dia menyodorkannya terlalu dekat, bahkan hanya berjarak 3cm dari wajahnya. Ira langsung sedikit menjauhkan ponselnya.

Kiki menatap layar ponsel Ira dengan seksama.

"Lo ngrasa ada yang aneh nggak?" Tanya Ira.

Kiki diam, tampak berpikir.

"Enggak." Jawab Kiki.

"Bego!"

"Beneran enggak ada yang aneh. Itu kan cuma Fahmi sama temen-temennya latihan futsal." Jelas Kiki.

"Lo bisa baca tulisan ini kan, Ki?" Ira kembali menunjukannya kepada Kiki.

"My Captain?" Baca Kiki pelan.

"Lo tahu kan artinya apa? Lo bisa Bahasa Inggris kan?" Tanya Ira bertubi-tubi.

"Kaptenku." Jawab Kiki benar.

"Nah, aneh kan?"

"Apanya yang aneh, Ira? Kan benar, Fahmi kapten di sekolah, terus Naina sekolah di sini, jadi Fahmi kaptennya Naina."

"Lo emang bener-bener bego ya." Ira mengusap wajahnya kasar.

"Makanya jangan belajar rumus relativitas terus!" Tambah Ira.

Kiki hanya mendengus.

"Sekarang gini. Pertama, kenapa dia bisa nonton Fahmi latihan? Kedua, kenapa dia bikin story gitu? Pakai nulis My Captain segala lagi!"

"Dari dulu gue emang nggak suka sama anak baru itu."

"Sok cantik!"

"Sok kecentilan!"

Ira terus sama mengoceh, marah-marah sembari menatap ponselnya. Dia terus mengulang insta story milik Naina.

"Ki? Lo dengerin gue nggak, sih?!"

Ira menoleh ke samping dan tidak mendapati Kiki di sana. Ternyata Kiki sudah lebih dulu keluar dari kelasnya. Mungkin dia tidak tahan mendengarkan ocehan Ira.

"Bangke! Udah ngomong sampe berbusa tapi ditinggalin!"

"Emang dasar semut rangrang!" Ira terus mengumpat.

Kiki keluar kelas untuk masuk ke kelas yang lain. Dia masuk ke kelas Fahmi. Mata Kiki menyapu seluruh ruangan, dan dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Fahmi, lelaki tampan itu duduk di kursi Wahyu dengan seorang gadis di sampingnya. Naina, dia duduk di kursi Fahmi. Mereka menghadap ke belakang, terlihat beberapa kali mereka tertawa bersama. Di sana ada Abas, Satya dan Thole yang duduk di kursinya. Sedangkan Wahyu, dia duduk di meja Trisna, samping meja Abas.

Kiki berjalan mendekati mereka.

"Hai?" Sapa Kiki.

"Kiki? Yayangnya Bang Abas? Sini!"

Kiki hanya terkekeh mendengar ucapan Abas, selalu saja begitu.

Kiki tampak bingung, dia tidak tahu harus duduk di mana. Wahyu yang menyadarinya pun menarik kursi yang ada di depan meja Trisna, untuk Kiki duduk di sana.

"Duduk sini, Ki!" Perintah Wahyu.

Kiki hanya mengangguk.

"Dari mana?" Tanya Fahmi.

"Kelas." Jawab Kiki.

"Fahmi nggak ke kantin?" Tanya Kiki.

"Enggak. Gue nggak laper. Lo nggak ke kantin?" Tanya Fahmi.

Kiki menggeleng.

"Nggak ada temannya." Jawab Kiki.

"Ira ke mana?" Tanya Wahyu

"Di kelas."

"Kenapa nggak ngajak Ira?"

"Ira sibuk mainan HP terus." Dengus Kiki.

"Lo pengen ke kantin?" Fahmi kembali bertanya.

"Biar diantar Abas ya?" Imbuhnya.

"Emang Fahmi mau ngapain?"

"Nggak. Kasihan aja Naina kalau gue tinggal sendiri."

Kiki mengedarkan pandangannya.

"Kelas Fahmi banyak orang, kok." Ucapnya polos.

Fahmi terkekeh, "Ke kantin sama Abas, ya?" Ulangnya.

Kiki hanya tersenyum.

"Kiki nggak lapar kok."

"Jangan suka bohong pas lagi laper." Peringat Fahmi.

"Kiki beneran."

Kiki tetap tidak ingin ke kantin bersama Abas. Bukannya dia tidak ingin ke kantin, dia ingin, tapi bukan bersama Abas. Kiki ke kelas Fahmi untuk mengajaknya ke kantin. Biasanya Fahmi yang ke kelas Kiki, menjemput Kiki untuk ke kantin bersama. Tapi hari ini Fahmi tidak terlihat ke kelas Kiki. Hal itulah yang membawa langkah kecil Kiki sampai ke kelas Fahmi.

Tapi dugaannya salah. Keinginannya untuk ke kantin bersama Fahmi tidak terwujud. Fahmi sedang tidak ingin ke kantin. Dia ingin di kelas saja, bersama Naina. Kiki sedikit kecewa, bukan karena Fahmi memilih untuk menemani Naina dibanding dirinya. Kiki hanya kecewa, Fahmi membiarkan dirinya kelaparan hari ini. Padahal Fahmi tahu, Kiki paling tidak bisa menahan lapar. Dan ini pertama kalinya Fahmi membiarkannya kelaparan.

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang