67. Canggung, Lagi.

2.6K 146 1
                                    

Fahmi sedang bergelut dengan pikirannya ketika Somad dan Niken berangkat ke rumah sakit. Awalnya Fahmi tidak ingin ke sana. Tapi dia ingin tahu keadaan gadis mungilnya secara langsung. Fahmi ingin Kiki tahu, jika Fahmi mengkhawatirkannya.

Akhirnya, akal sehat Fahmi membawanya ke rumah sakit. Menjelaskan semua yang terjadi. Tapi dia tidak bisa berbincang banyak hal dengan Kiki karena ada orang tua mereka di sana.

"Kiki kira, Fahmi nggak bakal ke sini." Ucap Kiki saat Fahmi duduk di samping ranjangnya.

Fahmi duduk di samping ranjang, sedangkan Keenan dan Somad duduk di sofa. Amira, Niken dan Ken duduk di lantai beralaskan tikar.

"Gue ke sini." Fahmi menjawabnya singkat.

Kiki hanya tersenyum samar.

Kiki tidak tahu harus berkata apa, Fahmi sendiri bingung ingin membahas apa. Bukan pertama kali mereka terjerat dalam kebingungan seperti ini.

"Sorry, gue bikin lo kaya gini." Ucap Fahmi kemudian.

Kiki kembali tersenyum.

"Jangan senyum, Ki. Please." Batin Fahmi.

"Nggak apa-apa. Fahmi nggak sengaja, kan?"

Fahmi mengangguk. Tentu saja dia tidak sengaja. Fahmi gila jika dengan sengaja melakukannya.

"Sakit banget, ya?"

"Kemarin sakit banget. Sekarang udah enggak. Kan udah diobatin."

Fahmi merutuki dirinya.

"Garing, anjay!" Fahmi mengumpat dalam hati.

Ia sadar jika pembicaraan ini tidak menarik. Lagi pula, untuk apa Fahmi tanya sakit atau tidak. Padahal sudah jelas-jelas Kiki pinsan, itu berarti sangat sakit.

"Kiki jarang banget ngobrol sama Fahmi sekarang." Kiki menatap nanar atap ruangannya.

Fahmi diam, menunggu Kiki melanjutkan perkataannya.

"Kiki nggak pernah berangkat sama Fahmi lagi. Fahmi nggak pernah jemput Kiki buat ke kantin. Fahmi nggak pernah temenin Kiki ke toilet. Fahmi sibuk banget, ya?"

Fahmi tidak tahu harus menjawab apa. Dia sama sekali tidak sibuk. Fahmi tidak tahu alasan apa yang tepat, yang akan ia gunakan. Latihan futsal? Tentu tidak. Fahmi hanya latihan futsal ketika pulang sekolah. Rasanya latihan futsal bukan alasan yang tepat.

"Om Keenan pulang, gue pikir lo pengen quality time." Jawab Fahmi.

Kiki tersenyum.

Dia tahu, bukan itu jawaban Fahmi.

"Fahmi pernah suka sama seseorang?" Tanya Kiki.

"Lo udah pernah tanya itu, Ki."

"Oh.." cicit Kiki pelan.

Awalnya Kiki hanya ingin mencari bahan pembicaraan.

"Dulu, waktu Kiki tanya itu. Kiki nggak tahu lagi suka sama seseorang apa enggak."

Awalnya Kiki tidak ingin menceritakan ini. Tapi menurutnya tidak ada salahnya. Toh Fahmi sahabatnya. Tempatnya mencurahkan semua isi hatinya.

Fahmi diam.

"Fahmi, rasanya waktu perasaan Fahmi dibalas itu, gimana, sih?" Tanya Kiki.

Fahmi dan Kiki berbincang dengan volume suara yang pelan. Menyebabkan keluarga mereka tidak tahu apa yang Fahmi dan Kiki bicarakan. Yang mereka tahu hanya, Fahmi dan Kiki sedang berbincang.

"Gue nggak tahu."

"Kok, nggak tahu?"

"Gue nggak tahu orang yang gue suka, suka sama gue apa nggak."

Raut wajah Kiki tampak berpikir.

"Emmm, harusnya Fahmi tanya. Biar tahu."

Fahmi menatap Kiki lekat.

"Iya, kapan-kapan gue tanya."

"Kalau lo?" Tanya Fahmi.

"Kiki? Kenapa?"

"Lo tahu gimana perasaan orang yang lo suka?"

"Kiki nggak tahu suka sama siapa."

Fahmi mengangkat sebelah alisnya.

"Apa sih, yang lo tahu." Dengan ragu, Fahmi mengacak rambut Kiki.

Kiki tersenyum geli ketika Fahmi melakukan itu. Bukan karena rambutnya diacak oleh Fahmi, dia tersenyum geli karena seorang Fahmi memiliki keraguan dalam tindakannya.

"Fahmi, kemarin Kak Nandes nembak Kiki."

Fahmi terkejut. Rahangnya sedikit mengeras. Hati Fahmi tersulut api. Dia kembali diliputi amarah.

"Terus, lo?" Tanya Fahmi dingin.

Kiki menggeleng.

"Kiki nggak tahu, Kak Nandes nembaknya nggak romantis. Nggak kaya difilm-film. Masa nembak Kiki di kantin sambil makan batagor."

Fahmi diam.

"Fahmi marah, ya?" Tanya Kiki karena Fahmi diam.

"Kiki cuma mau cerita sama Fahmi. Tapi kalau cerita Kiki bikin Fahmi marah, Kiki minta maaf."

Fahmi menatap Kiki. Tidak pernah Kiki meminta maaf karena cerita yang ia ceritakan mengganggu Fahmi. Meskipun cerita-cerita itu mengganggu Fahmi, suara melengking Kiki merusak fokus Fahmi, biasanya Kiki tidak pernah meminta maaf.

Tapi sekarang berbeda, Kiki meminta maaf untuk cerita yang ia ceritakan. Cerita yang memang sangat mengganggu Fahmi. Cerita yang membuat Fahmi marah. Rasanya Fahmi ingin menghajar kakak kelasnya yang terlalu berani itu. Berani-beraninya dia menembak gadis mungil Fahmi.

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang