62. Runyam (2)

2.4K 142 2
                                    

Kiki menatap tubuh tegap Nandes yang menaiki tangga menuju kelasnya. Kiki tidak tahu apakah dia menyukai Nandes atau tidak. Kiki hanya senang bersama Nandes, dia baik. Selebihnya Kiki tidak mengerti dengan perasaannya.

"Ki! Kiki!" Teriak Asep.

"Asep kenapa teriak-teriak, ih!"

"Fa-Fahmi.." Asep sibuk mengatur nafasnya.

"Gila! Ngos-ngosan gue." Asep memegang dadanya.

"Fahmi kenapa?" Kiki penasaran.

"Fahmi berantem, sama Bangkit."

"Ha?!"

"Di mana?" Kiki panik.

"Asep, di mana Fahmi?!"

"Di kelas Bangkit.." nafas Asep masih tidak beraturan.

Kiki berlari meninggalkan Asep. Asep menarik nafas dengan kasar. Mencari pasokan udara sebanyak-banyaknya sebelum menyusul Kiki.

Kiki berlari ke menuruni tangga. Dia harus segera sampai di kelas Bangkit.

Banyak murid Laskar di kelas Bangkit, mereka menonton Fahmi dan Bangkit yang babu hantam. Kiki menerobos masuk. Beberapa yang tahu Kiki datang, menyingkir untuk memberi Kiki jalan. Mereka tahu Kiki adalah orang yang menyebabkan dua lelaki tampan di sekolah mereka berkelahi hebat seperti ini.

Berkali-kali Bangkit terhuyung karena pukulan Fahmi, begitu juga Fahmi. Setiap Fahmi berhasil meninju Bangkit, Bangkit selalu membalasnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka sama-sama kuat.

Fahmi dengan sabuk hitam Taekwondo-nya dan Bangkit yang juga jago Karate. Hanya saja Fahmi selama ini lebih tenang dan elegan. Dia dingin dengan orang yang tidak dia kenal, sedangkan Bangkit, dia urakan dan selalu membuat onar. Bertolak belakang sekali.

Fahmi hampir melayangkan pukulan kerasnya lagi.

Bangkit yang ingin Fahmi tinju tiba-tiba tersungkur ke samping.

Bukkk!

"Aw!"

Kiki terjatuh dan ditahan oleh Bangkit.

Fahmi salah sasaran. Bangkit yang ingin ia habisi, Bangkit yang ini dia pukul, kenapa Kiki mencegahnya dan membahayakan dirinya sendiri.

Darah kembali bercucuran di hidung Kiki. Bagaimana tidak, pukulan keras Fahmi tepat  mengenai hidung Kiki. Luka di hidung Kiki kemarin, bukannya sembuh justru semakin parah.

"Ki!" Bangkit menggoyangkan tubuh kecil Kiki.

Kiki pingsan seketika karena dia tidak dapat menahan sakit yang dia rasakan.

"Bangsat!"

Bangkit mendekap Kiki, dia menatap nyalang ke arah Fahmi.

Bugh!

Bangkit meninju wajah Fahmi dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk merangkul tubuh Kiki yang lemah tidak berdaya.

Bughhh!

Bangkit menendang perut Fahmi dengan keras sampai Fahmi tersungkur ke lantai.

Fahmi diam tidak membalas karena dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lakukan. Dia menyakiti gadis mungilnya.

Fahmi diam, tatapan matanya kosong. Bahkan dia tidak menyadari jika gadis mungilnya telah pergi, dibawa adik kelasnya yang brandalan.

Bangkit membopong Kiki, dia berlari keluar gerbang sekolah. Presetan dengan satpam yang terus memanggilnya. Yang terpenting adalah Kiki. Keselamatan Kiki.

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang