61. Blushing

2.4K 129 0
                                    

"Udah tenang?" Tanya Nandes dengan suara rendahnya.

Kiki mengangguk pelan.

Nandes tersenyum dan mengusap sisa air mata yang ada di pipi tirus Kiki.

"Jangan pernah takut sama apapun. Lo harus jadi cewek yang pemberani, Kee. Jangan cengeng. Gue di sini."

Kiki menatap Nandes lekat.

"Lo beruntung karena banyak yang sayang sama lo, pengen jaga lo. Apa yang lo takutin?" Tambahnya.

Kiki menggeleng.

Ya, Kiki beruntung karena banyak yang berusaha menjaganya. Keenan, Ken, Nandes, Fahmi tapi dulu. Dan sekarang Bangkit. Siswa brandalan itu bisa menjadi teman baik Kiki.

Nandes terkekeh melihat Kiki yang hanya mengangguk dan menggelengkan kepalanya.

"Dasar bocah!" Nandes menoel hidung Kiki pelan.

"Kak.. hidung Kiki tuh sakit." Kiki merengut.

"Sorry gue nggak tahu. Tapi kenapa?" Suara Nandes melembut.

Kiki menggeleng. Dia tidak ingin menceritakannya kepada Nandes.

"Lecet waktu Kiki lagi ngupil." Kiki berbohong.

Nandes terbahak mendengarnya.

"Makanya kalau ngupil jangan terlalu semangat." Nandes mengacak rambut Kiki gemas.

Nandes senang di samping Kiki. Kiki cantik, pipi tirusnya pas di wajahnya yang oval. Dia baik dan pintar. Kiki yang polos membuat Nandes merasa bahwa hal-hal yang mereka bicarakan sangat ringan dan menyenangkan.

"Kak, Kiki kasih tahu sesuatu, tapi Kak Nandes jangan bilang siapa-siapa."

"Apa?" Nandes menaikkan sebelah alisnya.

Kiki berjinjit untuk membisikan sesuatu di telinga Nandes.

"Serius?!" Mata Nandes membelalak tak percaya.

Nandes kembali memeluk Kiki erat. Lebih erat dari yang pertama.

"Kak Nandes, Kiki nggak bisa nafas!" Kiki memukul dada bidang Nandes berkali-kali.

Nandes terkekeh dan melepas pelukannya.

"Sorry gue terlalu seneng."

"Gue bakal bantuin lo buat menang olimpiade Kimia." Nandes memegang kedua pundak Kiki.

Ya, sesuatu yang Kiki bisikkan adalah tentang dirinya yang menjadi kandidat untuk mengikuti olimpiade Kimia mewakili sekolahnya.

Nandes sangat senang mendengarnya. Dia akan membantu Kiki agar Kiki bisa menjadi juara umum di olimpiade itu. Nandes akan menggunakan pengalaman olimpiadenya untuk membantu Kiki. Dulu, Nandes juga ikut olimpiade Kimia, tapi hanya mendapat juara dua. Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi pada adik kelas yang sangat dia sayangi, Kiki harus bisa lebih baik dari dirinya.

"Tapi Kiki tetap takut. Kiki ngrasa nggak pantas." Ucap Kiki pelan.

"Lo yang kepilih, artinya cuma lo yang pantes, Kee. Sama kaya gue. Lo yang gue pilih, berarti cuma lo yang pantes buat gue." Nandes menangkup wajah Kiki dengan tangan kekarnya.

"Kaak.. Kiki malu." Kiki menundukkan kepalanya.

Nandes terbahak.

"Blushing, humm?" Nandes mengangkat kepala Kiki.

"Kakak.."

Nandes masih terbahak.

"Udah sana masuk. Gue nggak tahan lihat muka lo yang merah gitu."

Kiki menyentuh pipinya.

"Merah banget, ya?" Kiki bertanya dengan polos.

"Soalnya Kiki malu banget." Kiki menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Banget! Tapi gue suka." Nandes mengucapkan kalimat itu seperti tidak ada beban di dalamnya.

"Gue balik, ya."

Kiki mengangguk.

Nandes kembali ke kelas, sebelumnya dia mengusap lembut puncak kepala Kiki.

Kiki menatap tubuh tegap Nandes yang menaiki tangga menuju kelasnya. Kiki tidak tahu apakah dia menyukai Nandes atau tidak. Kiki hanya senang bersama Nandes, dia baik. Selebihnya Kiki tidak mengerti dengan perasaannya.

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang