Judulnya part ini Gercep! Kaya authornya harus Gercep biar nggak kehabisan kelas.
Heuuuuu kalau nggak dapet kelas nikah juga nih gue 😐_________
Ken dan Kiki berada di atas motor besar milik Ken. Amira baru saja menyuruh Ken untuk mengambil pesanan kue di toko kue langganannya. Karena Ken tidak mungkin membawanya sendiri, jadilah dia mengajak Kiki. Kiki senang bukan main, itu berarti Ken sudah tidak marah lagi padanya.
"Assalamu'alaikum, Tante." Ken menyapa Diana, pemilik toko kue itu karena kebetulan mereka sudah saling kenal.
"Wa'alaikumussalaam. Ken? Kiki? Mau ambil pesanan Bunda ya?"
"Iya nih, Tan." Jawab Ken.
"Bentar ya." Diana tersenyum ramah.
"Ndes? Nandes? Ambilkan kue Mama yang kotaknya warna merah!" Teriak Diana.
Tak lama kemudian, seorang lelaki bertubuh jangkung datang dengan membawa kue yang Diana maksud.
"Kak Nandes?" Panggil Kiki.
"Kiki? Lo ngapain di sini?" Tanya Nandes tak kalah terkejut.
"Ambil pesanan kue Bunda, kakak?" Tanya Kiki.
"Kalian udah kenal? Ini anak Tante yang pertama. Kakaknya Nanda." Diana menepuk-nepuk pundak anak sulungnya itu.
"Oh, kita tahu Tan kalau Nanda punya kakak. Tapi nggak tahu kalau kakaknya cowok." Ken terkekeh.
"Iya, ini namanya Nandes. Dia emang susah banget kalau diajak ke toko. Jadi jarang yang tahu kalau Tante punya anak laki-laki. Oh iya, ini kuenya."
"Makasih, Tan. Udah dibayar Bunda kan?"
Diana mengangguk.
"Udah. Langsung bawa aja. Hati-hati ya.""Makasih Tan. Kalau gitu Ken sama Kiki pulang ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalaam."
Ken dan Kiki keluar dari toko kue milik Diana. Sedangkan di dalam toko, Nandes masih terus memikirkan Kiki. Kenapa dunia begitu sempit? Dan kenapa dia sangat bodoh? Kenapa Nandes tidak meminta nomor atau ID Line Kiki?
"Ma, rumah Kiki di mana?"
"Memangnya kenapa?"
"Nggak. Tanya aja." Jawab Nandes asal.
"Cari dibuku pelanggan sana. Kayanya ada. Soalnya Mama suka suruh Bang Naim buat ngantar kue ke rumah Kiki." Diana memberi tahu tanpa curiga.
Nandes langsung meraih buku yang Diana maksud. Dia tidak ingin membuang-buang waktu.
"Nama Mamanya Kiki siapa, Ma?
"Amira Kastrina." Jawab Diana.
Mata Nandes membaca dengan jeli seluruh nama yang ada dibuku itu. Satu persatu ia eja untuk mendapatkan alamat Kiki.
"Nah!"
"Ma, Nandes keluar dulu." Nandes berlari keluar toko.
"Hey! Mau kemana?! Mama nanti pulang sama siapa?!" Teriak Diana dari dalam.
"Nanti Nandes jemput!" Nandes tak kalah teriak.
Nandes menyusuri jalanan Bandung untuk sampai di rumah gadis mungil yang akhir-akhir ini menyita perhatiannya. Tidak dapat dipungkiri jika setelah di perpustakaan itu, Nandes ingin terus bertemu dengan Kiki. Nandes terus saja memikirkan Kiki. Dimana rumahnya, apa kesukaannya, apa yang tidak Kiki sukai, semuanya tentang Kiki ingin diketahuinya.
Setelah menempuh perjalanan selama 20menit, Nandes tiba di perumahan Kiki. Nandes harus mengelilingi perumahan itu, mencari rumah dengan nomor 8.
Nandes berhenti di rumah Kiki. Dia memencet bel yang ada di luar pagar. Usaha Nandes terbayar lunas karena yang membukakan pintu adalah Kiki, orang yang dia cari.
Kiki sudah berganti pakaian. Dia tidak lagi mengenakan jeans panjang dan kemeja seperti tadi, pakaian Kiki lebih santai. Seperti biasa, dia mengenakan kaos oblong yang kedodoran juga hotpants. Baginya, pakaian seperti itu sangat nyaman jika dipakai di rumah.
"Kak Nandes?" Kiki terkejut.
"Eh, ha-hai?" Sapa Nandes.
"Kakak ngapain ke sini? Kuenya salah ya?" Tanya Kiki polos.
Nandes terkekeh mendengarnya.
"Kuenya bener, kok."
"Terus?" Tanya Kiki masih belum mengerti.
"Gue mau ketemu lo." Nandes to the point.
"Ha? Emang ada apa?" Baiklah, Kiki memang terlalu polos.
"Gue mau minta ID Line lo." Nandes menyodorkan ponselnya.
Gerak cepat sekali Nandes ini.
Kiki masih sedikit terkejut. Namun tak lama kemudian dia langsung menguasai dirinya.
"Oh. Kenapa nggak besok aja di sekolah sih Kak? Pakai jauh-jauh ke sini segala." Kiki terkekeh dan mengambil ponsel Nandes.
Kiki mengetikkan ID Line-nya, kemudian mengembalikan ponsel Nandes.
"Ya udah. Gue balik ya. Thanks, Keeyara!" Nandes menggoyang-goyangkan ponselnya.
"Loh? Cuma gitu? Nggak mau mampir dulu, Kak?" Kiki benar-benar bigung dibuatnya. Untuk apa Nandes datang ke rumahnya jika hanya meminta ID Line? Bahkan itu bisa ia minta besok di sekolah.
"Lain kali deh gue mampir. Gue balik ya." Nandes menaiki motor besar warna hitamnya.
Kiki hanya tersenyum dan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
K E E Y A R A [Completed]
Roman pour AdolescentsInsyaaAllah lucu 😂 InsyaaAllah ndak nyesel kalo baca. DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA SAYA!!!!!!! Kalian boleh membaca, tapi tolong, jangan diplagiat. Author nulisnya juga nggak gampang, perlu berbulan-bulan buat selesaiin cerita ini. Jadi tolongg, s...