26. Pulang Bareng

2.6K 157 0
                                    

Sepuluh menit lagi bel pulang berbunyi. Koridor sekolah tampak masih sepi karena hampir seluruh kelas belum menyelesaikan kegiatan belajar mengajar mereka. Begitu juga kelas Kiki. Belum ada tanda-tanda guru akan mengakhiri pelajaran di kelasnya. Ira sudah sangat bosan, dia ingin cepat pulang dan istirahat. Tapi tidak dengan bintang kelas mereka. Gadis mungil yang selalu menjadi bintang kelas itu masih semangat mengikuti pelajaran, bahkan didetik-detik terakhir seperti ini.

Seorang lelaki bersandar di dinding kelas Kiki. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana, dengan tas yang tersampir di bahu kanannya. Kaki kirinya tertekuk ke belakang, bertumpu pada dinding kelas XI IPA 1. Pelajaran di kelasnya berakhir sejak lima menit yang lalu. Semacam ada dorongan tersendiri yang membawanya ke sini. Bahkan, dia rela menuruni tangga, dan menyusuri koridor yang masih sepi.

Guru kelas Kiki keluar diikuti oleh siswa laki-laki. Selalu saja begitu, siswa laki-laki selalu terburu-buru untuk keluar kelas. Kiki dan Ira segera berkemas dan meninggalkan kelas mereka.

Langkah Kiki terhenti.

"Kak Nandes?"

"Hai, Kee." Nandes mengubah posisinya menjadi siap. Dia tersenyum sangat manis kepada Kiki.

"Ki, gue duluan ya. Pengen boker nih!" Ira memegang perutnya.

"Jorok, Ira!" Kiki memukul lengan Ira, pelan.

Nandes hanya terkekeh melihat mereka.

"Bodoamat!" Ira langsung berlari meninggalkan mereka.

"Kak Nandes ngapain?"

"Nungguin lo. Pulang bareng, yuk!"

"Tap-"

"Lo tadi pagi udah nolak buat berangkat bareng gue lho, Kee."

Wajah Kiki berubah.

"Maaf ya, Kak!" Kiki menunduk, merasa bersalah.

Nandes terkekeh dan mengacak rambut Kiki gemas.

Tubuh Kiki seketika menegang. Dia sudah biasa diperlakukan seperti ini oleh Fahmi. Tapi kenapa ada signal aneh di tubuhnya ketika Nandes yang melakukannya?

"Dimaafin. Tapi ada syaratnya."

Kiki menatap Nandes.

"Pulang bareng gue."

Nandes menarik tangan Kiki tanpa menunggu persetujuan dari empunya.

Kiki menurut. Dia berjalan di belakang Nandes dengan senyum yang tak pernah pudar. Tangan kecil Kiki masih digenggam oleh Nandes. Kiki dan Nandes berjalan membelah keramaian, seluruh pasang mata menatap mereka, terutama Kiki. Selama ini Kiki selalu bersama Fahmi, melihat Kiki berjalan dengan orang lain membuat mereka menerka-nerka apa yang terjadi. Bahkan Kiki saat ini sama sekali tidak mengingat Fahmi. Dia lupa jika dia seharusnya pulang bersama sahabatnya itu

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang