4. Pertandingan

3.9K 232 4
                                    

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Hari di mana akan diselenggarakan pertandingan persahabatan antara SMA Laskar dengan SMA Gemilang. SMA Gemilang tampak penuh, banyak murid SMA Laskar yang ikut untuk mendukung tim kebanggaan mereka. Tak terkecuali Kiki.

Kiki datang bersama Fahmi. Mereka memasuki gerbang SMA Gemilang dengan motor trail hijau kesayangan Fahmi. Fahmi datang sedikit lebih awal bersama timnya karena mereka harus mengadakan rapat sebentar sebelum pertandingan dimulai.

"Jangan jauh-jauh. Jangan ke mana-mana sendiri. Ajak Ira terus." Nasehat Fahmi.

"Iya. Tapi Kiki pengen pipis." Kiki meringis mencengkeram roknya.

"Jangan digituin roknya! Nanti kusut, Kiki!"

Kiki melepas remasannya dan langsung ditarik oleh Fahmi.

"Tungguin ya." Pinta Kiki.

"Hm."

Benar, Fahmi masih setia berdiri di samping pintu yang bertuliskan 'Toilet Wanita' tersebut. Banyak siswi SMA Gemilang yang menahan nafasnya karena Fahmi berdiri di sana. Bagaimana tidak, Fahmi mengenakan kaos tim fitsal tanpa lengannya. Kaos Fahmi memang berbeda, dia tidak suka diberi lengan. Hal itu juga menjadikan ciri khas untuknya sebagai seorang kapten. Otot lengan Fahmi yang kekar terlihat jelas, bahkan seluruh tangan Fahmi putihnya rata!

"Udah?" Tanya Fahmi saat Kiki keluar dari toilet.

Kiki mengangguk.

"Fahmi, ke kantin dulu ya. Nanti kalau Fahmi udah main Kiki nggak bisa ke mana-mana."

Fahmi mengangkat alisnya.

"Ya kan Kiki harus nonton Fahmi main." Kiki menatap Fahmi.

"Jadi beli cemilan dulu di kantin." Imbuhnya.

"Tapi gue buru-buru harus rapat, Ki. Anak-anak udah ngumpul."

"Bentar doang, kok. Kiki cuma beli ciki sama susu kotak doang. Ira juga belum dateng. Kiki nggak berani sendirian di sana."

"Di sana banyak orang, Ki. Lo nggak sendirian."

"Tapi kan Kiki enggak kenal. Ya udah kalau Fahmi nggak mau ke kantin."

"Janji beli ciki sama susu kotak doang. Jangan lama!" Fahmi menyerah.

"Iya. Janji." Kiki menarik Fahmi menuju kantin.

Benar, Kiki hanya membeli beberapa ciki untuknya dan Ira. Juga susu kotak untuknya dan Fahmi.

"Nih." Kiki memasukan sedotan yang telah tertancap dikotak susu ke mulut Fahmi.

"Biar Fahmi nanti menang."

Fahmi terkekeh dan meraih susu itu untuk diminum dengan tangannya sendiri. Bagaimana bisa susu kotak menentukan menang atau kalah.

"Ira!" Teriak Kiki saat dia melihat Ira di pinggir lapangan.

Ira pun melambaikan tangannya.

"Jangan ke mana-mana sendirian. Ajak Ira." Nasehat Fahmi sekali lagi saat mereka di dekat Ira.

"Iya, Fahmi."

Fahmi pun menghampiri teman-temannya untuk rapat sebentar, meninggalkan Kiki bersama Ira.

"Posesif banget si Fahmi." Ira terkekeh.

"Fahmi udah bilang gitu berkali-kali." Dengus Kiki.

Pertandingan segera dimulai. Fahmi melemparkan bungkus susu kotak yang diberikan Kiki setelah menenggak habis isinya. Dia berlari kecil ke tengah lapangan menyusul teman-temannya. Tim dari SMA Gemilang juga sudah terlihat berkumpul di sana. Fahmi ber-high five dengan Bangun, kapten dari SMA Gemilang.

"Fahmi! Kapten Futsal SMA Laskar." Bangun terkekeh.

"Bangun, pecundang!" Fahmi terbahak.

"Sialan, lo." Tinju Bangun pelan.

Fahmi dan Bangun terbahak bersama. Mereka memang kenal cukup dekat, dan berteman baik.

Peluit wasit terdengar nyaring pertanda pertandingan telah dimulai. Seluruh penonton riuh mendukung tim kebanggaan mereka masing-masing. Termasuk Ira, dia sudah mencak-mencak memanggil nama-nama pemain dari sekolahnya. Tapi tidak dengan Kiki. Kiki justru asik menikmati ciki yang dia beli di kantin tadi.

"Ira nggak mau?" Kiki menawarkan cikinya kepada Ira.

"Lo tuh jangan makan mulu! Itu Fahmi main. Dukung kek!"

"Kiki dukung kok."

"Apaan! Lo aja makan terus!" Cibir Ira.

"Kiki kan dateng kesini buat dukung Fahmi. Berarti Kiki dukung Fahmi dong."

"Tapi lo dari tadi makan terus, Keeyara!"

"Teriakin nama Fahmi kek, apa kek, jangan makan terus." Ira sudah frustasi melihat kelakuan sahabatnya.

Kiki juga frustasi mendengar ocehan Ira. Memangnya mendukung harus teriak-teriak? Pikirnya.

"Fahmiiiii!" Akhirnya Kiki memanggil nama Fahmi.

Fahmi yang mendengarnya pun menoleh. Seperti mendapat suntikan semangat karena sudah hampir setengah permainan, dia tidak mendengar suara Kiki. Fahmi menggiring bola dengan sangat lincah, sesekali mengoper kepada teman-teman satu timnya. Fahmi menatap tajam gawang lawannya. Dia menendang keras bola yang berada dikakinya. Tendangan Fahmi sangat mengecoh, dia mengambil ancang-ancang untuk menendang ke bagian kiri gawang, namun kenyataannya bola itu melesat ke arah kanan.

"Aaa Fahmiiii!"

"Fahmi idolaquuu!"

"Fahmi keren banget!"

"Ya ampun Fahmi!"

Kurang lebih begitu sorak sorai yang memenuhi lapangan. Seluruh penonton berteriak heboh melihat aksi Fahmi. Bagi Fahmi sendiri, dia hanya butuh sedikit suntikan semangat dari gadis kecilnya untuk melakukan hal itu bahkan lebih.

"Fahmiiiiiii!" Lagi-lagi Kiki berteriak.

"Fahmi kamu keren!" Ulangnya.

Kiki terus berteriak meski tenggorokannya mengering dan susu kotaknya telah habis. Nanti dia harus minta ditraktir oleh Fahmi, Fahmi harus bertanggung jawab! Pikirnya.

"Bangun ayo dong!"

"Bangun jangan mau kalah!"

"Fahmi semangattt!"

"Bangun kejar!"

"Rebut bolanya bangun!"

"Fahmi kamu harus menang yaaa!"

Suara terakhir itu adalah suara Kiki. Terdengar sangat melengking mengalahkan suara-suara yang lain, tapi bukannya keberatan, Fahmi justru tersenyum kecil. Fahmi senang gadis ajaibnya itu menyemangatinya. Fahmi senang gadis ajaibnya menginginkan dia menang. Dan Fahmi akan melakukan itu. Untuk gadisnya, gadis mungil yang ajaib.

______

Instagram penulis: @dewimurniw

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang