52. Rindu (?)

2.7K 147 0
                                    

Senja telah menyapa. Akhirnya siang lelah bertahan. Lelah adalah sebuah kepastian, semua hal pasti akan sampai pada sebuah titik, di mana kelelahan bersarang di sana. Entah lelah karena menunggu, lelah karena terus mencoba mengerti dan tidak pernah dimengerti, atau lelah karena berjuang sendirian. Berjuang sendirian memang melelahkan, padahal kita tahu jika sebuah hubungan tidak mungkin bisa dipertahankan oleh sebelah pihak saja.

Seperti Kiki dan Fahmi. Hubungan persahabatan mereka tidak bisa hanya dipertahankan dan diperjuangkan oleh salah satu pihak, entah Kiki atau Fahmi. Tidak bisa. Mereka harus berjalan bersama, merangkul, membimbing satu sama lain. Tapi sebenarnya siapa yang paling berjuang di sini? Kiki dengan kedeketannya dengan Nandes, atau Fahmi yang justru memilih untuk bersama Naina.

Sampai detik ini tidak ada yang tahu hubungan seperti apa yang terjalin antara Fahmi dan Naina. Semuanya terlalu rapat. Bahkan sahabat-sahabatnya pun tidak tahu menahu. Fahmi sangat dekat dan perhatian dengan Naina, mungkinkah mereka sepasang kekasih? Tapi semudah itu kah seorang Fahmi untuk menjalin hubungan? Jadi, apa yang diucapkan Ken tempo lalu benar? Jika Fahmi sedang mendekati orang yang dia sukai?

Fahmi pulang ke rumah diantar oleh senja. Latihan hari ini cukup melelahkan. Fahmi terlalu memporsir latihannya. Dia latihan terlalu keras karena menurutnya babak penyisihan segera berakhir, meski sejauh ini sekolahnya selalu menang, tapi dia harus masuk final dan keluar sebagai juara.

Deru motor Fahmi terdengar masuk ke pekarangan rumahnya. Sayup-sayup deru motor itu juga terdengar sampai rumah Kiki.

Kiki yang baru selesai mandi pun mendekat ke jendela kamarnya, dia mengintip untuk memastikan apakah itu Fahmi atau bukan.

Mata jernih Kiki menatap Fahmi dari jendela kamarnya. Terlihat Fahmi melepas helm fullface-nya. Di jok belakang masih ada helm bogo yang biasa Kiki pakai. Tiba-tiba dada Kiki sesak. Semua kembali terlintas, semua hal yang pernah ia lalui bersama Fahmi, motor Fahmi, dan helm yang ada di motor itu.

Fahmi tiba-tiba menoleh ke kamar Kiki saat dia ingin melangkahkan kakinya. Entah mengapa Fahmu sendiri rindu dengan gadis mungilnya itu. Fahmi rindu mereka berangkat sekolah bersama. Fahmi rindu melihat tingkah konyol dan manja Kiki. Fahmi selalu berpikir bagaimana beratnya gadis mungilnya itu dalam melalui hari-harinya. Selama ini Kiki terlalu dimanjakan oleh Fahmi, selalu diantar jika ingin ke manapun, selalu dibelikan oleh Fahmi jika ia ingin makan apapun-kecuali waktu mereka makan di SMA Gemilang karena saat itu Fahmi sengaja menggoda Kiki.

Kiki langsung beringsut ketika tahu Fahmi menoleh ke kamarnya. Kiki tidak ingin Fahmi tahu jika Kiki mengintipnya. Fahmi tidak boleh tahu jika dia sedang diperhatikan. Sikap Fahmi selama ini cukup menyadarkan Kiki bahwa Fahmi menyukai Naina. Dan benar kata Ken, sebagai sahabat yang baik, Kiki harus mendukung apa yang terbaik untuk sahabatnya. Ucapan Ira juga benar, jika akhirnya Fahmi pacaran dengan Naina, Kiki harus tahu diri dan menjaga jarak. Kiki tidak ingin menjadi pelakor dan mengganggu pacar orang. Meskipun sampai sekarang belum ada kejelasan, setidaknya Kiki harus belajar.

Mendapati tidak ada apapun di kamar gadis mungilnya, Fahmi berjalan dan masuk ke rumah.

"Assalamu'alaikum."

Fahmi masuk dan berjalan ke kamarnya.

Tidak ada tanda-tanda Niken dan Somad. Fahmi akan mencari tahu nanti. Saat ini dia sangat lelah dan ingin mandi untuk menyegarkan tubuhnya.

Fahmi membuka kamarnya, dia melepas sepatunya di depan pintu dengan kakinya, tidak ada niatan untuk berjongkok sama sekali. Fahmi membuang kaos kakinya ke lantai. Juga melempar tasnya ke sembarang arah. Fahmi masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Niken yang berada di dapur dan merasa mendengar suara motor Fahmi pun memastikan. Dia keluar untuk memeriksa motor kesayangan Fahmi.

"Motornya ada, berarti udah pulang." Gumamnya lirih.

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang