Sekarang udah di perkotaan :v
Semoga selalu bisa update setiap hari ya, meskipun hanya satu part 😭
____
Gadis dengan rambut sebahu terlihat celingukan di gerbang depan rumah Fahmi. Berkali-kali dia mengucapkan salam. Namun tak kunjung ada jawaban.
"Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumussalaam." Jawaban terdengar tepat ketika dia mengucapkan salam keempat kalinya.
Niken keluar untuk membuka gerbang.
"Cari siapa ya?"
Naina, gadis berambut sebahu itu mencium tangan Niken.
"Saya Naina. Fahmi ada, Tan?"
"Oh, temannya Fahmi?"
Naina tersenyum.
"Ada. Ayo masuk."
Naina mengikuti Niken untuk masuk ke rumah. Dia suka dengan rumah Fahmi. Rumah itu minimalis, tapi terlihat rapi dan bersih.
"Fahmi!" Panggil Niken dari ruang tamu.
"Fahmi! Ini ada teman kamu!" Ulangnya.
Fahmi yang sedang tidur pun mulai terganggu. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya. Fahmi duduk, mencoba mengumpulkan nyawanya kembali.
Fahmi menuruni tangga dengan langkah gontai dan wajah khas bangun tidur. Rambutnya acak-acakan. Menambah kesan cool pada dirinya.
"Lo. Gue kira siapa." Fahmi menyapa Naina dengan suara serak, khas bangung tidur.
"Gue ganggu lo tidur ya?"
Fahmi tersenyum kecil.
"Nggak. Ada apa?" Fahmi duduk di depan Naina.
"Nggak. Tadi kebetulan gue lewat perumahan lo aja. Terus gue inget kalau lo tinggal di sini. Jadi gue mampir."
"Kok tahu rumah gue?"
"Gue tanya sama satpam komplek nomor rumah lo berapa."
"Oh."
"Bentar gue ambilin minum dulu." Fahmi beranjak untuk mengambilkan Naina minuman.
"Fahmi, itu siapa? Pacar kamu?" Tanya Niken yang sedang menyiapkan kue kering untuk Naina.
"Temen Fahmi."
"Baru pertama kali lho ada cewek yang ke sini, selain Kiki."
"Biasa aja apa Ma." Dengus Fahmi.
"Nggak bisa dong. Ini tuh luar biasa. Papa harus tahu ini."
"Terserah deh." Fahmi pergi dari dapur dengan dua gelas sirup di tangannya.
"Sorry nggak pake nampan." Ucap Fahmi cuek.
Naina hanya tertawa.
"Santai kali."
"Kamu teman se kelas Fahmi?" Tanya Niken yang duduk di samping Fahmi setelah menyimpan kue kering di atas meja.
"Iya Tante." Jawab Naina ramah.
"Ini dicicipi kue yang bikin Tante."
Naina tersenyum dan mengambil satu kue dari piring pipih itu.
"Enak?"
"Enak! Tante jago bikin kue ya."
Niken terkekeh.
"Masih amatiran. Cuma dari pada nggak ngapa-ngapain aja."
Naina mengerucutkan bibirnya membentuk huruf O.
"Kamu cewek pertama yang ke sini, selain Kiki lho."
"Masa sih Tante?"
"Iya. Dulu Tante sampai mikir kalau Fahmi itu nggak suka sama perempuan."
Fahmi melirik tajam Ibunya.
"Fahmi nggak doyan batangan, Ma!"
Naina tergelak mendengarnya. Ternyata Fahmi sama saja. Di sekolah dan di rumah, dia tetap pemarah.
"Fahmi masih suka perempuan kok, Tan. Iya kan, Mi?"
Fahmi hanya tersenyum kecil menanggapinya.
Fahmi, Niken, dan Naina sedang larut dalam perbincangan mereka. Ternyata alibi Naina yang berkata bawah dia lewat depan perumahan Fahmi menguntungkan juga.
Saat mereka sedang asik berbincang, Kiki juga tengah asik mendengarkan Ken menyanyi untuknya. Mereka duduk di teras depan rumah. Ken mengenakan celana boxer warna hitam dengan kaos putih bertuliskan Nevada sebagai atasannya. Kiki sendiri hanya mengenakan kaos terusan warna dusty dan hotpants jeans seperti biasa, style Kiki memang selalu begitu ketika dia di rumah.
"Bang, ajakin Kak Salsa main ke sini dong."
"Nggak ah!"
"Ishh! Abang! Kiki belum pernah ketemu dia lho. Baru lihat lewat foto doang." Kiki merengut.
"Salsa nggak mau ketemu lo."
"Kenapa? Kiki jelek ya, Bang?"
"Hm." Ken terus memetik gitarnya.
Entah kenapa Kiki menangis. Kiki teringat kata-kata Naina tadi, dia juga ingat ucapan Fahmi yang mengatakan bahwa dirinya seperti badut.
"Dek? Lo kenapa nangis? Abang cuma bercanda, elah. Baperan amat."
Kiki masih terus menangis.
"Jangan nangis. Aduh! Nanti Abang dimarahin sama Bunda."
Kiki tidak peduli, dia tetap menangis.
"Lo nggak jelek. Abang bercanda. Iya nanti Abang ajakin Kak Salsa main ke sini. Jangan nangis lagi." Bujuk Ken.
"Tapi kemarin Fahmi bilang Kiki kaya badut. Terus teman Kiki bilang kalau Fahmi pernah bilang ke dia, kalau dia cantik. Sekarang Abang ngatain Kiki jelek." Kiki tambah menangis.
"Gue nggak ngatain lo jelek, Dek. Kan lo sendiri yang tanya tadi."
"Tapi Abang bilang, hm. Gitu!"
"Gue cuma ngiya-in doang."
"Abaaaaaaang! Abang tuh sama kaya Fahmi! Jahat!" Kiki berteriak sangat keras dengan suaranya yang melengking itu. Bahkan sampai terdengar ke rumah Fahmi.
Fahmi terkejut mendengar teriakan Kiki. Spontan Fahmi berlari keluar. Pintu gerbang Kiki terbuka lebar. Fahmi dapat melihat jika Kiki sedang menangis dalam pelukan Ken, tapi dia tidak tahu apa yang membuat Kiki menangis seperti itu. Samar-samar dia mendengar Kiki meneriaki dirinya dan Ken, Fahmi khawatir jika tangisannya itu ada hubungannya dengan dirinya.
"Kiki kenapa, Mi?" Niken dan Naina ikut keluar.
"Nggak tahu. Fahmi ke rumah Kiki dulu."
Fahmi berlari kecil untuk sampai ke rumah Kiki. Niken manatap bingung putra semata wayangnya itu.
"Naina, maaf ya. Fahminya ke rumah Kiki sebentar."
"Nggak apa-apa Tante. Kalau gitu Naina pulang dulu ya Tan. Kan tadi cuma mampir." Naina terkekeh.
"Nggak nungguin Fahmi dulu? Fahmi cuma pengen tahu Kiki kenapa kok. Nanti dia pulang lagi."
"Nggak usah Tan. Naina pulang aja."
Niken tersenyum.
"Hati-hati ya."
Naina mencium tangan Niken.
"Asslamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalaam."
KAMU SEDANG MEMBACA
K E E Y A R A [Completed]
Teen FictionInsyaaAllah lucu 😂 InsyaaAllah ndak nyesel kalo baca. DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA SAYA!!!!!!! Kalian boleh membaca, tapi tolong, jangan diplagiat. Author nulisnya juga nggak gampang, perlu berbulan-bulan buat selesaiin cerita ini. Jadi tolongg, s...