Pagi ini, Kiki benar-benar diantar oleh Keenan.
Kiki sangat bahagia. Sudah lima bulan dia tidak bertemu dengan Ayahnya. Kepulangan Keenan benar-benar kejutan baginya. Biasanya Keenan akan memberi kabar jika ia akan pulang. Tapi kali ini tidak. Tentu saja Kiki sangat terkejut dibuatnya.
"Ayah, di laut itu rasanya gimana?" Tanya Kiki saat mereka di mobil.
"Di laut itu rasanya senang."
"Ayah senang?"
"Senang dong."
"Kenapa?"
"Ayah senang karena itu pekerjaan Ayah. Karenanya Ayah bisa menyekolahkan Abang sama Adek. Karenanya Bunda jadi bisa ke salon sama ikut arisan ibu-ibu rempong."
Kiki tergelak mendengarnya.
"Ayah nggak takut kalau ada badai?"
"Nggak. Laut itu sahabat Ayah. Tidak ada seorang sahabat yang ingin sahabatnya terluka. Laut tidak mungkin membiarkan Ayah terluka di atasnya."
"Sekalipun ada badai?"
"Iya. Sekalipun ada badai."
"Pernah ada badai?"
"Pernah."
"Kiki mau Ayah baik-baik aja." Cicit Kiki.
"Ayah baik-baik aja, sayang." Keenan mengusap rambut halus Kiki.
"Ayah akan selalu baik-baik saja buat Bunda, Abang, sama Adek."
Kiki tersenyum. Baginya, Keenan adalah lelaki sejati.
"Kata Kacung, kalau nilai Kiki turun, Ayah bakal ngajak Kiki berlayar terus nyeburin Kiki ke laut biar dimakan hiu."
Keenan terbahak mendengarnya.
"Siapa Kacung?" Tanya Keenan dengan sisa tawanya.
"Teman Kiki. Emang iya, Yah?"
"Iya dong! Makanya Adek harus belajar. Biar nilainya nggak turun."
Kiki mengangguk mantap.
"Terus kata Abang, Kiki nggak boleh kecewain Ayah sama Bunda. Ayah udah capek cari uang buat Kiki, Bunda juga udah capek ngrawat Abang sama Kiki sendirian."
Keenan tersenyum penuh arti. Ternyata Ken, anak sulungnya tumbuh menjadi lelaki dewasa. Dia bisa mengatakan hal sebijak itu kepada adiknya.
"Abang benar. Jangan kecewain Ayah sama Bunda. Jangan nakal. Jangan bikin Ayah sama Bunda khawatir."
"Gimana sekolahnya?" Tanya Keenan kemudian.
"Nggak gimana-gimana."
"Anak Ayah yang cantik ini, udah punya pacar?"
"Belum." Jawab Kiki polos.
"Jangan pacaran dulu. Belajar yang benar. Ayah nggak bolehin Kiki pacaran."
"Ck! Ayah kaya Fahmi."
"Kenapa?"
"Fahmi juga nggak bolehin Kiki pacaran." Dengus Kiki.
"Loh? Memang kenapa?"
"Nggak tahu. Tanya aja sama Fahmi. Fahmi sekarang aneh masa, Yah."
"Aneh gimana?"
"Masa Fahmi kemarin berantem."
Keenan terkekeh.
"Fahmi cowok. Biasa berantem."
"Emang Ayah dulu suka berantem?"
"Suka. Dulu Bundamu banyak yang mau, Ayah harus berantem dulu biar bisa dapatin Bundamu."
"Bunda cantik ya Yah, sampai banyak yang suka."
"Cantik dong! Kalau nggak cantik, Ayah mana mungkin suka."
"Kalau Kiki, cantik nggak?"
"Cantik banget, dong! Kan perpaduan Ayah sama Bunda."
"Perpaduan?" Ulang Kiki.
"Aah.." Keenan tampak berpikir. Ia ingat ucapan Amira untuk tidak mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak ia katakan kepada Kiki.
"Nanti pulang sekolah mau di jemput Ayah?" Keenan mengalihkan pembicaraan.
"Mauuuu!" Kiki mengangguk antusias seakan tidak berpikir keras sebelumnya.
Kiki dan Keenan terus berbincang sampai mobil mereka tiba di depan SMA Laskar.
Bagi Kiki, pagi ini sangat manis. Dia berangkat sekolah diantar Keenan. Dia bisa bercerita banyak hal kepada Keenan. Rasanya Kiki ingin setiap hari merasakan manisnya pagi seperti pagi ini, tapi Kiki tahu itu tidak mungkin. Makanya Kiki berusaha memanfaatkan setiap detik yang ia lewati dengan Keenan. Tidak akan Kiki sia-siakan barang sedetik pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
K E E Y A R A [Completed]
Teen FictionInsyaaAllah lucu 😂 InsyaaAllah ndak nyesel kalo baca. DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA SAYA!!!!!!! Kalian boleh membaca, tapi tolong, jangan diplagiat. Author nulisnya juga nggak gampang, perlu berbulan-bulan buat selesaiin cerita ini. Jadi tolongg, s...