83. Ki, Pengen Nggak?

2.8K 157 2
                                    

Kiki duduk sendiri di taman sekolahnya. Fahmi masih ada kelas. Sedangkan guru Kiki tidak masuk hari ini. Rasanya sangat bosan sendirian di taman.

"Ira pacaran terus. Kiki kesal!" Dengus Kiki.

"Panggilan Kepada Keeyara Asyqilla, ke aula sekarang! Sekali lagi. Panggilan kepada Keeyara Asyqilla, ke aula sekarang!"

Suara Pak Handoko terdengar sangat keras melalui speaker sekolah.

"Kenapa Kiki dipanggil lewat speaker?"

Kiki bangkit dari duduknya. Dia berlari menuju aula. Memenuhi panggilan yang menggema memanggil namanya.

Aula tampak penuh, kursi-kursi mulai terisi. Kiki celingukan mencari seseorang yang mungkin dia kenal.

Annisa, siswi kelas XI IPA 4. Hanya itu yang Kiki tahu. Itupun hanya sebatas tahu namanya.

"Hai.." sapa Kiki.

"E-eh?" Gadis berhijab dengan wajah teduh itu sedikit terkejut.

"Kiki boleh duduk sini?"

Annisa tersenyum dengan sangat tulus.

"Silahkan."

"Annisa." Annisa mengulurkan tangan.

Kiki tersenyum, "Kiki."

"Keeyara anak IPA 1 'kan?"

Kiki mengangguk.

"Annisa tahu?"

Annisa terkekeh.

"Tahu, dong. Murid paling pinter, apa lagi Kimia. Pacarnya Fahmi si kapten futsal juga."

Kiki terbahak mendengarnya.

"Kiki bukan pacar Fahmi, kok. Annisa pasti suka dengerin gosip ya?"

"Loh? Emang bukan?"

Kiki terkekeh dan menggeleng.

"Sa, kita ngapain di sini?"

"Loh? Kamu ke sini, tapi nggak tahu mau ngapain?"

Kiki hanya meringis dan menggeleng.

"Kita mau do'a bersama buat olimpiade. Sama penyuluhan nanti prosedurnya gimana."

"Astaga! Kiki nggak pernah belajar buat olimpiade." Raut wajah Kiki berubah.

"Nggak pernah belajar? Emang belum dikasih soal-soal?"

"U-udah, sih. Tapi Kiki lupa."

Annisa menggeleng, "Kok bisa olimpiade lupa. Ya udah, nanti pulang sekolah belajar. Olimpiadenya masih tiga hari lagi, kok."

"Ha? Tiga hari?!"

"Yang belakang, ada apa ya?" Tiba-tiba seseorang yang berdiri di depan panggung bersuara.

Kiki langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Annisa, Kiki nggak pernah belajar." Suara Kiki melemah.

Kiki bahkan lupa jika dia menjadi kandidat olimpiade. Masalah Kiki telah membuatnya terlena. Kiki sibuk menangis. Kiki sibuk memikirkan masalah dihidupnya.

"Nggak apa-apa, nanti belajar. Masih ada waktu dua hari." Annisa tersenyum menenangkan.

Hampir satu jam Kiki di aula bersama puluhan siswa yang menjadi kandidat olimpiade. Kiki masih memikirkan tentang nasibnya kelak. Selama ini dia tidak pernah belajar. Dan olimpiade tinggal tiga hari lagi. Kiki tidak ingin mengecewakan orang yang telah memberinya kepercayaan. Tapi di sisi lain, Kiki tidak yakin dengan dirinya sendiri.

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang