11. Fahmi Anjing?

3.9K 214 3
                                    

Rumah dua lantai itu tampak sepi. Suara melengking yang biasa menghiasi belum kunjung terdengar. Rasanya seperti rumah kosong tak berpenghuni saja. Begitu pun hati. Yang biasanya meramaikan, jika mendadak hilang, tentu akan merasa kesepian. Yang biasa menemani, jika mendadak pergi, mau tidak mau harus sendiri. Hati ibarat rumah, sejauh apapun dia pergi, hatimu tetap menjadi rumah yang memberi nyaman disetiap kepulangan. Kalau kata Akum sih, Cinta selalu menemukan jalannya. Jadi tidak perlu terlalu sibuk mengejar 'dia'. Dia yang selalu kau kejar itu seperti bayanganmu. Ketika kamu terus mengejarnya, maka dia akan berlari menjauhimu. Tapi jika kamu pergi meninggalkannya, tidak ada pilihan lain baginya selain mengikutimu.

Hari ini Ken libur kuliah. Seharian dia hanya berdiam diri di rumah, sibuk berkutat dengan game di ponselnya. Kalau sudah begini aku jadi tidak tahu, sebenarnya yang tidak memiliki teman itu Ken atau Kiki.

"Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Bapak, Ibu, Akang, Teteh, Sadayanaaaa. Kiki pulang nih! Woy! Kiki pulang!"

"BUNDA! ABANG!" Kiki berlari menaiki tangga di rumahnya.

Ken yang sedang tiduran di kamar, dengan ponsel di tangannya pun terkejut. Suara Kiki benar-benar luar biasa.

Bukk!

Ponsel Ken jatuh menimpa wajah tampannya.

"Anjir! Toa pos kamling ngagetin bae, ah elah!" Ken keluar dari kamarnya. Dia sudah tidak mood  untuk melanjutkan game-nya, toh sudah game over saat ponselnya jatuh tadi.

Kamar Kiki dan Ken bersebelahan. Tapi kamar Kiki lebih dekat dengan anak tangga. Ken selalu melewati kamar Kiki jika ingin keluar atau masuk kamar.

"JENUH AKU MENDENGAR, ALUNAN KATA CINTA. LEBIH BAIK SENDI-"

Brakkk!

Ken menendang pintu kamar berwarna putih itu.

"ABANG!"

Ken semacam tuli, dia tidak memperdulikan teriakan dari sang adik. Entahlah, Ken akhir-akhir ini sangat sensitif. Terhitung sejak celana dalamnya diberikan kepada orang gila kemarin. Siapa lagi dalangnya jika bukan Kiki, adik kecilnya yang menyebalkan itu. Ken sendiri tidak ingin seperti ini dengan Kiki. Tapi Ken juga manusia biasa. Celana dalam itu pemberian orang terkasihnya. Bayangkan saja jika kamu yang kehilangan celana dalam itu. Bahkan Ken tidak pernah membiarkan siapapun mencucinya, Ken hanya percaya dengan dirinya sendiri. Baginya, hanya dirinya yang bisa mencuci dengan kasih sayang. Meskipun mencuci seharusnya dengan tangan, tapi bagi Ken tetap perlu kasih sayang.

Ken duduk di sofa sembari mengutak-atik ponselnya. Dia hanya berselancar disosial media, mood-nya untuk bermain game seperti biasa benar-benar rusak. Hancur lebur, luluh lantah, berantakan!

"Abang masih marah sama Kiki, ya?" Tanya Kiki saat dia sudah berganti pakaian.

Kiki memakai kaos terusan berwarna abu-abu dengan hot pants sebagai bawahan. Dia hanya menyepol rambutnya asal sehingga memperlihatkan leher jenjangnya dengan jelas, tapi entah kenapa itu justru menambah kesan manis dan imut dalam dirinya. Tubuhnya yang mungil tenggelam oleh kaos yang kebesaran itu.

"Bang?"

"Abang?"

"Bang Ken?"

"Bang Kenzo?!"

"Bang Kenzo Alfarizi?!!"

"Bang Kenzo Alfarizi anaknya Ayah Keenan sama Bunda Amira, abangnya Keeyara Asyqilla yang paling cantik seduniaaaa!!!"

"BAAAAANG!"

"Ishhh..."

"Bang, dosa tahu diemin orang lebih dari tiga hari." Kiki meraih makanan ringan yang ada di atas meja.

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang