54. Kandidat

2.5K 134 3
                                    

Kiki berjalan di koridor dengan gontai. Pagi ini dia ke sekolah diantar Keenan. Rencananya, Keenan akan di rumah selama satu minggu. Setelah itu ia harus kembali ke laut.

"Kak Kiki?" Panggil salah satu adik kelas Kiki.

"Ya?" Kiki tersenyum kepada siswi berkaca mata itu.

"Kak, tadi dipanggil sama Bu Handa."

"Pagi-pagi gini?" Kiki bertanya.

Siswi itu hanya mengangguk.

"Aku duluan ya, Kak."

"Oke. Eh, tapi nama kamu siapa?"

"Sesil, Kak."

Kiki tersenyum tulus.

"Makasih ya, Sesil."

Sesil membalas senyum Kiki tak kalah tulus. Sesil adalah salah satu pengagum Kiki. Dia tahu kakak kelasnya yang cantik itu sangat baik dan pintar. Kabar tentang Kiki selalu menjadi bintang kelas telah menyebar ke seluruh penjuru di sekolahnya. Diam-diam Sesil selalu ke perpustakaan, membaca buku, dan belajar agar ia bisa seperti Kiki. Padahal Kiki sendiri jarang ke perpustakaan, dia pergi ke perpustakaan hanya jika butuh saja. Pahamkan?

Sesil juga tahu jika Kiki sangat dekat dengan Fahmi. Setahu Sesil, mereka berpacaran. Bukan hanya Sesil, seluruh murid di SMA Laskar juga tahu bahwa Kiki berpacaran dengan Fahmi, tentu saja selain sahabat Fahmi, Ira, dan Naina. Sesil berasumsi bahwa Kiki adalah wanita paling beruntung yang dikaruniai paras cantik, otak cerdas, dan lelaki seperti Fahmi. Disaat seluruh siswi di SMA nya mengidam-idamkan sosok Fahmi, Kiki yang berhasil mendapatkannya. Tapi bagi Sesil hal itu wajar, Kiki baik, Kiki cantik, dan dia pintar. Wajar jika most wanted di sekolahnya itu memilih Kiki dibanding ratusan siswi lainnya.

Kiki tidak jadi ke kelas, dia harus ke ruang guru untuk memastikan semuanya. Untuk apa Bu Handa, guru Kimia itu memanggil Kiki sepagi ini.

Beberapa kali Kiki tersenyum ramah kepada siswa yang berpapasan dengannya.

"Permisi." Kiki mengetuk pintu yang terbuka itu.

"Kiki? Masuk!" Bu Handa terlihat duduk di tempatnya.

Bu Handa adalah guru yang baik, namun terkenal dengan ketegasannya. Dia tidak segan-segan menghukum murid yang tidak menaati peraturan. Dia tidak galak, tutur katanya selalu lembut, namun tetap tersirat ketegasan di dalamnya. Dia selalu menjelaskan pelajaran dengan tenang, dan rinci. Membuat siswanya mudah mengerti. Kiki menyukai pelajaran Kimia karena Bu Handa. Terbukti dengan Kiki susah payah ke perpustakaan untuk mencari buku Kimia jika menurutnya referensi yang dia miliki kurang.

Guru memang memberi pengaruh banyak. Guru yang menyenangkan bisa membuat siswanya merasa nyaman, meski mereka sulit mengerti mata pelajaran yang diajarkan, jika gurunya menyenangkan, mereka akan menyukai mata pelajaran itu. Dan kita akan mahir dalam sebuah mata pelajaran jika kita sudah menyukainya. Begitu pentingnya peran seorang guru.

Kiki cenligukan, baru beberapa guru yang datang. Sepertinya ini memang terlalu pagi.

"Ibu manggil Kiki?" Tanya Kiki saat dia di depan Bu Handa.

"Iya. Maaf ya Ibu manggil Kiki sepagi ini, langsung aja ya. Sebentar lagi ada olimpiade Kimia, Ibu mau Kiki yang mewakili sekolah kita." Bu Handa tersenyum tulus.

"Ta-tapi, Bu.."

"Ibu tahu Kiki bisa. Ini beberapa soal untuk latihan. Tolong di-fotocopy, terus dipelajari di rumah. Nanti balikin ke Ibu lagi. Oh, iyam Nanti siang pulang sekolah, Kiki jangan pulang dulu. Kumpul di aula sama teman-teman olimpiade yang lain."

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang