Pintu kamar Kiki terbuka lebar.
Memperlihatkan Kiki dengan kaos terusan warna merah maroon dan hotpants warna hitam. Rambut sepunggung Kiki terurai bebas dengan bando kelinci yang telinganya menjulang ke atas. Bando itu menyingkirkan rambut bagian depan Kiki, sehingga tidak mengganggu.
Kiki sedang duduk di depan meja belajarnya. Puluhan lembar kertas berada di hadapannya. Tangannya sibuk menulis angka-angka yang tidak asing, sering dia temui. Ratusan senyawa telah dihafalnya sejak lama.
Kiki, gadis mungil yang sangat menyukai Kimia itu tengah berkutat dengan ratusan soal.
Di sampingnya duduk seorang lelaki yang selama ini menemani hari-harinya. Lelaki jangkung itu mengenakan kaos oblong warna putih dengan tulisan kecil berbunyi Nevada di dada bagian kanan atas. Lelaki jangkung itu memakai celana jeans selutut yang mengekspos betis kekarnya. Topi putih polos yang sengaja di balik bertengger di kepalanya.
Fahmi, lelaki yang kini tengah bersama Kiki itu sedang menikmati keripik kentang. Fahmi bersandar di meja belajar Kiki, siku kanannya bertumpu di sana. Tangan kiri Fahmi memegang toples, dan tangan kanannya ia gunakan untuk makan keripik juga menyuapi Kiki. Fahmi duduk dengan nyaman sembari menaruh pergelangan kaki kanannya di atas paha kirinya.
Nakas yang tidak jauh dari mereka terdapat beberapa cemilan yang berbeda, dan dua gelas cendol yang mereka beli sebelum pulang tadi.
Fahmi sengaja membeli lima bungkus cendol karena Kiki sangat menyukainya. Dua bungkus ia minum bersama Kiki ketika belajar, sisanya Fahmi simpan di kulkas rumah Kiki. Agar Kiki dapat menikmatinya sewaktu-waktu, juga Amira dan Ken dapat meminumnya jika ingin.
Dahi Kiki beberapa kali bergelombang ketika menatap soal di depannya. Tangan Kiki sibuk menulis dan mulut Kiki sibuk mengunyah keripik kentang, Fahmi terus menyuapi Kiki.
"Dari 150 soal itu, lo bisa ngerjain berapa?" Tanya Fahmi.
"135an." Jawab Kiki tanpa beralih dari soal.
Fahmi tersenyum, dari 150 soal, Kiki bisa mengerjakan 135, berarti hanya 15 soal yang Kiki ragu untuk mengerjakannya. Ragu bukan berarti tidak bisa dan salah, bahkan ketika Kiki menjawabnya asal, masih ada kemungkinan untuk benar.
"Fahmi, minum." Pinta Kiki tanpa mengalihkan tatapannya dari soal yang ia kerjakan, seolah soal itu akan hilang jika Kiki berpaling barang sedetikpun.
Fahmi meletakkan toples yang ia pegang, ia mengambil satu gelas cendol yang sudah ada sedotan di dalamnya dengan tangan kirinya, tangan kanannya mengarahkan sedotan itu ke mulut Kiki, sesekali Fahmi menekan sedotan itu sehingga sedotan itu mampet dan airnya gagal mengalir.
"Fahmi! Kalau mau ganggu Kiki mending pulang!" Sarkas Kiki.
Kiki memang akan berubah menjadi galak ketika dia sedang serius belajar.
Fahmi terbahak.
"Nyelo atuh,"
Fahmi menyimpan kembali gelas berisi cendol itu ke nakas. Dia kembali meraih toples berisi keripik kentang, menyantapnya dan sesekali menyuapi Kiki.
"Lo serius banget." Celethuk Fahmi disela-sela kunyahannya.
"Kiki harus menang olimpiade." Kiki masih fokus.
Fahmi tersenyum simpul.
"Lo cuma harus lakuin yang terbaik, sisanya Allah yang nentuin."
Kiki mendengus, dia beralih menatap Fahmi.
"Fahmi nggak mau Kiki menang?"
"Mau."
"Tapi kok gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
K E E Y A R A [Completed]
Teen FictionInsyaaAllah lucu 😂 InsyaaAllah ndak nyesel kalo baca. DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA SAYA!!!!!!! Kalian boleh membaca, tapi tolong, jangan diplagiat. Author nulisnya juga nggak gampang, perlu berbulan-bulan buat selesaiin cerita ini. Jadi tolongg, s...